Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad Rasulullah

Selasa, 31 Agustus 2010

SYAHADAT

Syahadat merupakan asas dan dasar bagi rukun Islam lainnya. Syahadat merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. [1]Syahadat sering disebut dengan Syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat (Dalam bahasa arab Syahadatain berarti 2 kalimat Syahadat). Kedua kalimat syahadat itu adalah:

* Kalimat pertama : Syahadat1

Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh
artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah

* Kalimat kedua : Berkas:Syahadat2

wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh
artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad saw adalah Rasul / utusan Allah.
Makna Syahadat[2]

* Kalimat pertama menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai satu-satunya Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allâh sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.

* Kalimat kedua menunjukkan pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allâh. Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allâh seperti yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya meyakini hadist-hadis Muhammad saw. Termasuk di dalamnya adalah tidak mempercayai klaim kerasulan setelah Muhammad saw.

Makna LAA ILAAHA ILLALLAH[3]

Kalau kita tinjau sebenarnya kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH mengandung dua makna, yaitu makna penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah, dan makna menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Allah semata.

Berkaitan dengan mengilmui kalimat ini Allah ta'ala berfirman: "Maka ketahuilah(ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah" (QS Muhammad : 19)

Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah wajib dan mesti didahulukan daripada rukun-rukun islam yang lain. Disamping itu nabi kita pun menyatakan: "Barang siapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam surga" ( HR Ahmad)

Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah mereka yang memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang Allah menciptakan alam karenanya. Rasul mengajak paman beliau Abu Thalib, Ketika maut datang kepada Abu Thalib dengan ajakan "wahai pamanku ucapkanlah LAA ILAAHA ILLALLAH sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia sebagai hujah di hadapan Allah" namun Abu Thalib enggan untuk mengucapkan dan meninggal dalam keadaan musyrik.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tinggal selama 13 tahun di makkah mengajak orang-orang dengan perkataan beliau "Katakan LAA ILAAHA ILLALLAH" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada sesembahan yang satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian dari orang tua kami". Orang qurays di Zaman nabi sangat paham makna kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya tidak akan menyeru/berdoa kepada selain Allah.

Kandungan Kalimat Syahadat[4]

* Ikrar

Ikrar yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang diyakininya.Ketika kita mengucapkan kalimat syahadah, maka kita memiliki kewajiban untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang kita ikrarkan itu.

* Sumpah

Syahadat juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Artinya, Seorang muslim itu berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran Islam.

* Janji

Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang berjanji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah SWT, yang terkandung dalam Al Qur'an maupun Sunnah Rasul.
[sunting] Syarat Syahadat
Berkas:SYAHADA1.JPG
Kaligrafi tulisan syahadat

Syarat syahadat adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya maka yang disyaratkannya itu tidak sempurna. Jadi jika seseorang mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa dikatakan syahadatnya itu tidak sah.

Syarat syahadat ada tujuh [5] , yaitu:

* Pengetahuan

Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya. Dia wajib memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi ucapannya.

* Keyakinan

Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut.

* Keikhlasan

Ikhlas berarti bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat. Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima oleh Allah SWT.

* Kejujuran

Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Pernyataan syahadat harus dinyatakan dengan lisan, diyakini dalam hati, lalu diaktualisasikan dalam amal perbuatan.

* Kecintaan

Kecintaan berarti mencintai Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman. Cinta juga harus disertai dengan amarah yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah Rasulullah SAW.

* Penerimaan

Penerimaan berarti penerimaan hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Dan hal ini harus membuahkan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT, dengan jalan meyakini bahwa tak ada yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang dari syariat Islam. Artinya, bagi seorang muslim tidak ada pilihan lain kecuali Al Qur'an dan Sunnah Rasul.

* Ketundukan

Ketundukan yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya secara lahiriyah. Artinya, seorang muslim yang bersyahadat harus mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Perbedaan antara penerimaan dengan ketundukan yaitu bahwa penerimaan dilakukan dengan hati, sedangkan ketundukan dilakukan dengan fisik.Oleh karena itu, setiap muslim yang bersyahadat selalu siap melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupannya.
[sunting] Asas Dari Tauhid Dan Islam[6]

LAA ILAAHA ILLALLAH adalah asas dari Tauhid dan Islam dengannya terealisasikan segala bentuk ibadah kepada Allah dengan ketundukan kepada Allah, berdoa kepadanya semata dan berhukum dengan syariat Allah.

Seorang ulama besar Ibnu Rajab mengatakan: Al ilaah adalah yang ditaati dan tidak dimaksiati, diagungkan dan dibesarkan dicinta, dicintai, ditakuti, dan dimintai pertolongan harapan. Itu semua tak boleh dipalingkan sedikit pun kepada selain Allah. Kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya selama tidak membatalkannya dengan aktivitas kesyirikan.

Inti Syahadat[7]

Inilah sekilas tentang makna LAA ILAAHA ILLALLAH yang pada intinya adalah pengakuan bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah ta'ala semata.
[sunting] Makna Syahadat bagi muslim

Bagi penganut agama Islam, Syahadat memiliki makna sebagai berikut[8]:

1. pintu masuk menuju islam; syarat sahnya iman adalah dengan bersyahadatain (bersaksi dengan dua kalimat syahadah)
2. intisari ajaran islam; pokok dari ajaran islam adalah syahadatain, sebagaimana ajaran yang dibawa Nabi-nabi dan Rosul-rosul sebelumnya
3. pondasi iman; bangunan iman dan islam itu sesungguhnya berdiri di atas dua kalimat syahadah
4. pembeda antara muslim dengan kafir; hal ini berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban syariat[9] yang akan diterima atau ditanggung oleh seseorang setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadah
5. jaminan masuk surga; Allah SWT memberi jaminan surga kepada orang yang bersyahadatain

Penafsiran Yang Salah (Bathil)[10]

Perlu untuk diketahui, bahwa telah banyak penafsiran yang bathil yang beredar ditengah masyarakat muslim Indonesia secara khususnya mengenai makna LAA ILAAHA ILLALLAH, dan semoga kita terhindar dari kebathilan ini, yakni:

Laa ilaaha illallah artinya: "Tidak ada sesembahan kecuali Allah." Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah.

Laa ilaaha illallah artinya: "Tidak ada pencipta selain Allah." Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.

Laa ilaaha illallah artinya: "Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah." Ini juga sebagian dari makna kalimat laa ilaaha illallah. Tapi bukan ini yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup.

Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami menghimbau dan memperingati di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut syariat Islam yang shohih dan para muhaqqiq (ulama peneliti) adalah "Laa ilaaha illallah ma'buuda bihaqqin illallah" (tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas.
dari Wikipedia bahasa Indonesia-ensklopedia bebas

Senin, 30 Agustus 2010

Makna Puasa

Puasa merupakan salah satu rukun Islam. Di dalam Al-Quran ada 2 kata, yaitu SHIYAM dan SHAUM. Kedua-duanya berasal dari kata yang sama, yang artinya menahan. Orang yang menahan diri disebut Shaim.

SHAUM di dalam Al-Quran berarti menahan diri untuk tidak bicara, sedangkan
SHIYAM di dalam Al-Quran berarti menahan diri dari hal-hal yang buruk menurut Allah

Seringkali kata dalam Al-Quran tapi pemaknaannya dipersempit oleh hokum (fiqh). Seperti shalat, sebenarnya bermakna doa. Tapi dalam hukum (fiqh) itu adalah gerakan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut fiqh, walaupun tidak khusyu tapi kalau sudah melakukan gerakan2 tertentu yg diawali takbir dan diakhiri salam, maka sudah bisa dikatakan itu shalat. Namun sebetulnya menurut Al-Quran, dia belum shalat yang sesungguhnya. Hukum hanya mengatur yang nampak saja, tapi tidak mengatur yang esensi.

Begitu juga dengan makna SHIYAM. Shiyam menurut hukum adalah tidak makan, minum dan seks sejak terbit matahari sampai terbenam matahari. Tapi sebenarnya makna dalam Al-Quran adalah bukan hanya sampai di situ, tapi juga menahan diri dari segala yang buruk.

Untuk apa SHIYAM ? Kata Allah dalam Al-Quran, adalah agar kita menjadi “Tattaqun”.Surat Al-Baqarah ayat 183. Apa arti Tattaqun ? Tattaqun adalah “kamu menjadi orang-orang yang terhindar dari segala bencana, musibah baik di dunia maupun di akhirat kelak”.

Manusia dalam hidupnya selalu menginginkan kesempurnaan. Orang yang kayapun ingin lebih kaya lagi. Orang menginginkan dirinya dan orang lain menjadi orang-orang yang terbaik dan lebih sempurna dari waktu ke waktu. Bahkan lingkungan tempat tinggalnya pun ingin lebih sempurna dan sempurna lagi. Karya-karya-nya pun disempurnakan terus menerus. Sesuatu dinilai sempurna jika memenuhi tiga hal, yaitu indah, baik dan benar.

Untuk kesempurnaan ini, manusia menemukan bahwa Allah itulah yang Maha Sempurna, karena itu manusia ingin meneladaniNya. (Mempunyai sifat yang Maha Sempurna, karya-karya Allah sangat sempurna dan penuh ketelitian. Allah itu Maha Baik, Maha Indah dan juga Dialah Kebenaran itu sendiri (Al-Haq). PerbuatanNya tidak ada kesalahan atau error disana sini, walaupun jutaan bahkan triliyunan karyaNya. Tidak ada kita mendengar God Error, tapi manusia selalu melakukan Human Error. Manusia ingin memperkecil kesalahan yang diperbuatnya, mengecilkan nilai Human Error. Berapa banyak musibah yang diakibatkan oleh Human Error. Manusia ingin sempurna seperti sempurnaNya sang Maha Sempurna. Manusia ingin meneladaniNya. –RED).

Puasa adalah upaya untuk meneladaniNya. Itulah yang dimaksud “Puasa untukKu, dan Akulah yang akan membalas-Nya” dalam sebuah hadits. Shalat, Zakat, Haji juga untuk Allah, namun semuanya bukan untuk meneladani Allah. Sedangkan Puasa adalah untuk meneladani Allah, agar menjadi sempurna.

Dalam menuju kesempurnaan lingkungan, metode menghilangkan kotoran adalah yang lebih diutamakan daripada menghiasinya. Begitu juga dengan sifat yang buruk dan dari hal-hal yang buruk itu lebih diutamakan untuk dibersihkan. Mana yang lebih dulu : menahan marah atau membaca Quran di bulan Ramadhan ? Jawabannya adalah menahan marah. Apa gunanya parfum jika belum mandi ? Dan umumnya masyarakat melakukan mandi dan pakai parfum namun masih main kotor pula. Ini adalah bahasa kiasan.

Apa hal yang buruk dalam diri manusia ? Yang tidak baik dari diri manusia adalah nafsu ammarah kepada keburukan. Puasa adalah untuk mengatur nafsu sehingga tidak selalu menjadi ammarah kepada keburukan, tapi menjadi nafsu yang muthmainnah dan nafsu yang selalu menyuruh kepada kebaikan.
di ambil dari pengajian Prof. DR. M.Quraisy Syihab, MA.

Minggu, 08 Agustus 2010

Empat Amalan Utama Bulan Ramadhan

"Wahai orang-orang yang beriman, telah wajib ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang bertakwa." - Surah Al Baqarah: 183

Ramadhan adalah bulan yang amat bermakna bagi mereka yang tahu menilai dan menghargai kelebihannya. Ramadhan merupakan masa untuk menguji tahap kesabaran, waktu menunjukkan simpati kepada yang memerlukan ihsan, juga bulan mulia untuk menambah ibadat dan amalan.

Rasulullah SAW telah menggariskan empat amalan utama yang digalakkan dalam bulan ini iaitu;

1. Melazimkan bacaan kalimah taiyibah;
2. Beristighfar;
3. Memohon memasuki jannah dan
4. Berlindung dengan-Nya daripada neraka jahannam.

Rasulullah SAW telah menggesa para sahabat untuk menjadikan keempat-empat perkara ini sebagai suatu amalan. Abu Saeed Khudri r.a meriwayatkan bahawa:

"Suatu ketika Nabi Musa AS memohon kepada Allah SWT agar diberikan satu kalimat khas yang mana Baginda dapat mengingati Allah SWT dan dapat memohon sesuatu melaluinya. Lantas Allah SWT menyuruhnya menyebut kalimah tersebut. Nabi Musa AS berkata: "Wahai Allah, kalimah ini dibaca oleh semua hamba-Mu, aku mengkehendaki yang khusus." Lalu Allah SWT menjawab, "Wahai Musa, jika ketujuh-tujuh langit dan bumi dan semua yang terkandung di dalamnya kecuali Aku diletakkan ke atas sebelah dacing dan kalimah ini pada sebelah yang lain, kalimah ini lebih berat lagi daripada segala sesuatu."

Di dalam hadis yang lain pula dinyatakan bahawa jika seseorang menyebut kalimah taiyibah ini, iaitu "laa ilaha illallah" dengan seikhlas hati, maka pintu syurga akan segera terbuka untuknya.

Kita juga digalakkan untuk memperbanyakkan istighfar kerana Allah SWT telah berjanji akan memberi kita jalan keluar daripada segala kesukaran dan membebaskan kita daripada segala kesedihan. Malahan sesiapa yang memperbanyakkan istighfar akan memperolehi rezeki daripada sumber yang tidak pernah disangkakan. Kalimah istighfar yang mudah disebut adalah seperti "astaghfirullah". Tidak ada batasan dalam mengulang sebutan istighfar ini. Semakin kerap ia diulang, semakin banyaklah pahala yang dikumpul.

Di samping itu, kita turut dituntut agar sentiasa berdoa supaya ditempatkan di dalam syurga sambil meminta kepada Yang Maha Esa menjauhkan kita daripada ancaman api neraka. Doa yang boleh diamalkan untuk memohon agar ditempatkan di dalam syurga ialah seperti berikut:

"Allahhumma as'alukal jannata wa a'uzubika minannar."

Dengan memperbanyakkan amalan di atas, maka akan bertambah banyaklah amal ibadah yang kita lakukan untuk memenuhi bulan Ramadhan ini. Ramadhanlah masanya yang paling sesuai untuk memperbanyakkan ibadah lantaran tiadanya gangguan godaan daripada iblis dan syaitan.

Justeru, sebagai umat yang sentiasa mendambakan kasih sayang-Nya, perhatian dan ganjaran-ganjaran yang telah dijanjikan-Nya, maka layaklah kita sebagai hamba-Nya merebut peluang ini yang datang hanya sekali dalam setahun. Jika kita sanggup berhabis wang ringgit semata-mata untuk tujuan kecantikan
dan hiburan, maka Allah SWT memberi peluang untuk kita berkunjung ke syurga-Nya secara percuma. Tidak perlukan bayaran, hanya sedikit masa dan keikhlasan. Masih enggankah lagi kita menerima tawaran ini? Fikirkan.

Marhaban Ya Ramadhan

"Berpuasa pada bulan Ramadhan dan berpuasa sebanyak tiga hari pada setiap bulan akan menjauhkan fikiran jahat daripada hati dan membersihkannya."

Ramadhan menjenguk lagi. Dan sedari awal kedatangannya memang dinanti. Inilah masa yang paling sesuai untuk merebut ganjaran pahala yang berlipat kali ganda tanpa diganggu-gugat oleh syaitan dan iblis, hanya nafsu yang perlu dikawal. Setiap individu mempunyai cara yang tersendiri menyambut Ramadhan. Ada juga mukmin yang memulakan sambutan puasa dengan berpuasa sunat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
yang bermaksud:

"Janganlah kamu mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali seseorang yang telah membiasakan diri berpuasa sunat, maka ia dibolehkan berpuasa." - HR Tujuh Ahli Hadith

Puasa Ramadhan tidak boleh dimulakan dengan berpuasa sunat atas alasan ingin menyambut ketibaan Ramadhan. Namun, jika seseorang individu itu telah biasa dan memang mengamalkan berpuasa sunat di dalam hidupnya, maka individu ini tidak
ditegah untuk berpuasa sunat walaupun puasa sunat yang dilakukannya adalah pada sehari atau dua hari sebelum kedatangan Ramadhan. Malahan, hal seperti ini dibolehkan di dalam Islam. Misalnya, jika seseorang itu telah biasa berpuasa sunat pada setiap hari Isnin dan Ramadhan pada tahun itu jatuh pada hari Selasa, maka individu itu dibolehkan meneruskan puasa sunatnya sebagaimana lazimnya.

Namun jika individu itu sengaja melakukan puasa sunat sedangkan itu bukanlah kebiasaan amalannya, maka puasa seperti ini adalah diharamkan kerana ia dikatakan sebagai mendahului ibadat puasa Ramadhan. Walaupun ada segolongan individu yang berpendapat puasa seperti ini sebagai satu penghormatan untuk menyambut ketibaan Ramadhan tetapi Rasulullah SAW sendiri menidakkan dalil yang sebegini dan menegah sama sekali amalannya.

Terdapat segelintir golongan bukan Islam yang berpendapat ibadat puasa ini tidak lain daripada meletih dan menyeksakan lantaran pantang larang yang perlu dipatuhi, namun pendapat-pendapat sebegini mula terhakis berikutan penemuan dan kajian yang dijalankan menunjukkan bahawa puasa adalah satu amalan yang baik bagi menjamin tahap kesihatan mental dan fizikal secara keseluruhannya.

Di samping menerangkan kepada mereka tentang konsep sebenar ibadat dalam Islam, kita sentiasa digalakkan untuk memperbaiki dan menambah amalan dari semada ke semasa terutamanya di dalam bulan Ramadhan ini. Ibadat utama dalam Ramadhan ialah untuk mengerjakan puasa.

"Barangsiapa tidak membulatkan niatnya berpuasa sebelum fajar (subuh), maka tidak ada puasa baginya." - HR Ahmad & Ashabus Sunan

Awal puasa ialah berniat untuk mengerjakan ibadat tersebut.



Niat puasa terbahagi kepada dua iaitu:

Berniat setiap malam sebelum datangnya waktu Subuh - seseorang yang berkeinginan untuk berpuasa, wajib menyatakan niatnya; Berniat pada awal bulan Ramadhan sebelum datangnya waktu Subuh - seseorang yang ingin berpuasa pada bulan tersebut, wajib menyatakan niatnya untuk berpuasa selama satu bulan Ramadhan.

Kedua-dua pengertian ini boleh diterima pakai, namun bagi mendidik anak-anak kecil berlatih berpuasa, lebih wajar jika kaedah yang pertama ini diterapkan kepada mereka. Manakala kaedah yang kedua pula lebih mudah dan meringankan Seseorang yang akan mengerjakan ibadat puasa selama sebulan Ramadhan, memadai jika menyatakan niat puasanya sekali pada malam pertama Ramadhan. Jika niatnya dinyatakan setiap malam, maka hal ini dikategorikan sebagai sunat dan tidak mendatangkan sebarang kemudaratan.

Selamat Berpuasa

Senin, 02 Agustus 2010

Syukur menurut konsep Al-Qur'an

Bersyukur (berterima kasih), kepada sesama manusia lebih cenderung kepada menunjukkan perasaan senang menghargai. Adapun bersyukur kepada Allah lebih cenderung kepada pengakuan bahwa semua kenikmatan adalah pemberian dari Allah. Inilah yang disebut sebagai syukur. Lawan kata dari syukur nikmat adalah kufur nikmat, yaitu mengingkari bahwa kenikmatan bukan diberikan oleh Allah. Kufur nikmat berpotensi merusak keimanan.

Bersyukur kepada Allah adalah salah satu konsep yang secara prinsip ditegaskan di dalam Al-Qur'an pada hampir 70 ayat. Perumpamaan dari orang yang bersyukur dan kufur diberikan dan keadaan mereka di akhirat digambarkan. Alasan kenapa begitu pentingnya bersyukur kepada Allah adalah fungsinya sebagai indikator keimanan dan pengakuan atas keesaan Allah. Dalam salah satu ayat, bersyukur digambarkan sebagai penganutan tunggal kepada Allah:

Hai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya dia saja yang kamu sembah. (Al-Baqarah: 172)

Pada ayat lain bersyukur digambarkan sebagai lawan kemusyrikan:

Baik kepadamu maupun kepada nabi sebelummu telah diwahyukan: "Jika engkau mempersekutukan Tuhan, maka akan terbuang percumalah segala amalmu dan pastilah engkau menjadi orang yang merugi. Karena itu sembahlah Allah olehmu, dan jadilah orang yang bersyukur (Az-Zumar: 65-66)

Pernyataan menantang Iblis (pada hari penolakannya untuk bersujud kepada Adam), menegaskan pentingnya bersyukur kepada Allah:

Kemudian saya akan memperdayakan mereka dengan mendatanginya dari muka, dari belakang, dari kanan dan dari kiri. Dan Engkau tidak akan menemui lagi kebanyakan mereka sebagai golongan orang-orang yang bersyukur. (Al-A'raf: 17)

Ayat diatas menjelaskan bahwa Iblis mencurahkan hidupnya semata-mata untuk menyesatkan manusia. Tujuan utamanya untuk membuat manusia mengingkari nikmat Allah. Apabila tindakan Iblis ini direnungkan betul-betul, jelaslah bahwa manusia akan tersesat apabila mengingkari nikmat Allah.

Bersyukur kepada Allah merupakan salah satu ujian dari Allah. Manusia dikaruniani banyak kenikmatan dan diberitahu cara memanfaatkannya. Sebagai balasannya, manusia diharapkan untuk taat kepada penciptanya. Namun manusia diberi kebebasan untuk memilih apakah hendak bersyukur atau tidak:

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya dengan beban perintah dan larangan. Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat. Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus: Ada yang bersyukur, namun ada pula yang kafir. (Al-Insan: 2-3)

Menurut ayat tersebut, bersyukur atau tidaknya manusia adalah tanda jelas beriman atau kafirkah ia.

Bersyukur juga berhubungan erat dengan keadaan di akhirat. Tidak ada hukuman yang dijatuhkan kepada orang beriman dan bersyukur:

Masak Allah akan menyiksamu juga jika kamu bersyukur dan beriman? Malah Allah adalah pembalas jasa kepada orang mukmin yang bersyukur serta Maha Mengetahui. An-Nisa: 147

Ayat ini bersama dengan sejumlah ayat lain memberikan berita baik kepada orang-orang yang bersyukur kepada pencipta mereka:

Dan ingat pulalah ketika Tuhanmu memberikan pernyataan: "Jika kamu bersyukur pasti Kutambah nikmatKu kepadamu; sebaliknya jika kamu mengingkari nikmat itu, tentu siksaanku lebih dahsyat. (Ibrahim: 7) Karunia itulah yang disampaikan Allah sebagai berita gembira kepada hamba-hambaNya yang beriman dan mengerjakan kebaikan. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu atas seruanku ini, kecuali hanya kasih sayang dalam kekeluargaan. Siapa yang mengerjakan kebaikan, Kami lipat gandakan kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Penilai. (Ash-Syura: 23) Kaum Luthpun telah mendustakan peringatan Tuhan. Kami hembuskan kepada mereka angin puyuh, kecuali kaum keluarga Luth, mereka telah kami selamatkan sebelum fajar menyingsing. Suatu anugrah dari kami. Demikianlah kami memberi ganjaran kepada siapa yang bersyukur. (Al-Qamar: 33-35)

"Seandainya kalian menghitung nikmat Allah, tentu kalian tidak akan mampu" (An-Nahl: 18). Menurut ayat tersebut, jangankan menghitung nikmat, mengkategorikannya saja tidak mungkin sebab nikmat Allah tidak terbatas banyaknya. Karenanya seorang mukmin tidak seharusnya menghitung nikmat, melainkan berdzikir dan mewujudkan rasa syukurnya.

Anggapan kebanyakan orang, bersyukur kepada Allah hanya perlu dilakukan pada saat mendapatkan anugrah besar atau terbebas dari masalah besar adalah keliru. Padahal jika mau merenung sebentar saja, mereka akan menyadari bahwa mereka dikelilingi oleh nikmat yang tidak terbatas banyaknya. Setiap waktu setiap menit, tercurah kenikmatan tak terhenti seperti hidup, kesehatan, kecerdasan, panca indra, udara yang dihirup...; pendek kata segala sesuatu yang memungkinkan orang untuk hidup diberikan oleh Allah. Sebagai balasan semua itu, seseorang diharapkan untuk mengabdi kepada Allah sebagai rasa syukurnya. Orang-orang yang tidak memperhatikan semua kenikmatan yang mereka terima, dengan demikian telah mengingkari nikmat (kufur). Mereka baru mau bersyukur apabila semua kenikmatan telah dicabut. Sebagai contoh, kesehatan yang tidak pernah mereka akui sebagai nikmat baru mereka syukuri setelah mereka sakit.

Al-Qur'an memerintahkan untuk mengingat nikmat Allah berulang-kali karena manusia cenderung melupakannya. Seluruh buku yang ada di dunia ini tidak akan cukup untuk menulis nikmat Allah. Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang sempurna, memiliki panca indra yang memungkinkan manusia untuk merasakan dunia di sekelilingnya, membimbingnya menuju jalan yang benar melalui Al-Qur'an dan Al-Hadits, menciptakan air segar dan makanan yang berlimpah, melancarkan pelayaran, yang kesemuanya itu ditujukan untuk keuntungan manusia. Setiap orang yang berdoa dan berbuat baik pasti juga bersyukur kepada Allah sebab orang-orang yang mengingkari nikmat Allah pasti juga tidak pernah ingat kepada Allah. Seseorang yang bertingkah laku seperti hewan, mengkonsumsi segala sesuatu yang diberikan padanya tanpa mau berfikir mengapa semua itu dianugrahkan dan siapa yang menganugrahkan, sudah selayaknya mengubah tingkah laku seperti itu. Sebaliknya, bersyukur hanya di saat menerima nikmat besar saja tidak akan berarti. Itulah sebabnya orang mukmin hendaknya tidak pernah lupa untuk bersyukur kepada Allah.

Dari Al-Qur'an kita juga tahu bahwa hanya orang-orang yang bersyukurlah yang mau mengakui tanda-tanda kekuasaan Allah di dunia dan mengambil pelajaran darinya. Ayat-ayat di bawah ini menguraikan hal tersebut:

Adapun tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh dengan subur dengan izin Allah. Dan tanah yang gersang, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kebesaran kami bagi orang-orang yang bersyukur. (Al-A'raf: 58)
Dan sesungguhnya kami telah mengutus Musa kepada Bangsa Israil, dengan beberapa mukjizat dari kami sebagai pengukuhan dan disertai perintah dari Kami: "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kejahilan kepada cahaya iman yang terang-benderang, serta ingatkanlah mereka kepada "Hari-hari Allah"(Maksudnya, hari-hari yang penuh suka dan duka. Suka karena beroleh bahagia, dan duka karena ditimpa malapetaka, baik yang telah terjadi pada bangsa-bangsa sebelum Musa, maupun yang terjadi di zaman Musa sendiri). Dalam hal yang demikian terdapat tanda-tanda kekuasaan Tuhan bagi orang-orang yang selalu sabar dan bersyukur Maksudnya sabar jika kedatangan malapetaka, dan bersyukur jika beroleh kebahagiaan. Baik dan buruk, bahagia dan malapetaka tidak akan luput dari kehidupan manusia di dunia ini. Karena itu, sabar dan bersyukur adalah senjata ampuh yang wajib dipegang teguh selamanya)(Ibrahim: 5).
Apakah engkau tidak perhatikan, bahwa kapal itu dapat berlayar di lautan karena Karunia Allah jua Karunia Allah di sini ialah kodratNya yang menundukkan lautan dan angin, supaya kapal-kapal layar dapat berlayar di lautan), untuk diperlihatkanNya kepadamu di antara tanda-tanda kekuasaanNya. Dalam hal ini terdapat bukti-bukti kenyataan bagi semua orang yang sabar dan bersyukur. (Luqman: 31).
Namun begitu mereka berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak hubungan antara kami dan Syria" (Tujuan permintaan ini supaya negeri-negeri yang berdekatan itu dihapuskan, agar jarak perjalanan menjadi jauh dan panjang, sehingga terbuka kesempatan untuk melakukan monopoli dalam perdagangan) Itu berarti mereka menganiaya diri sendiri. Karena itu Kami jadikan peristiwa mereka jadi buah tutur, lalu kami ganyang mereka sehancur-hancurnya. Peristiwa ini seharusnya menjadi pelajaran bagi setiap yang sabar dan bersyukur. (Saba: 19)

Hikmah maupun bukti yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang dikaruniai wawasan dan kepekaan yang biasa dimiliki oleh orang-orang yang bersyukur.

Wawasan dan kepekaan tersebut merupakan balasan atas rasa syukur kepada Allah. Sebaliknya orang-orang yang ingkar dan tidak peka, untuk memperhatikannya pun mereka enggan.

Di dalam banyak ayat, Allah menasehati para rasulNya. Salah satunya adalah Musa, untuk bersyukur:

Allah berfirman: "Hai Musa! Sesungguhnya Aku telah memilihmu melebihi dari manusia yang lain untuk mengemban tugas kerasulan-Ku dan untuk berbicara secara langsung dengan-Ku. Oleh karena itu, pegang teguhlah Syari'at yang Aku berikan kepadamu, dan hendaklah engkau menjadi orang yang bersyukur. (Al-A'raf: 144)

Di dalam surat Al-Ahkaf ayat 15, seorang mukmin di dalam kematangannya (umur 40 tahun diacu di dalam Al-Qur'an sebagai umur kematangan), berdoa supaya dijadikan orang yang bersyukur:

Kami perintahkan kepada manusia supaya: Berbuat baik kepada kedua ibu-bapak. Ibunya mengandung dan melahirkannya dengan susah payah. Mengandung sampai dengan menyapihnya, tigapuluh bulan (Dihitung menurut masa kandungan yang terpendek, yaitu enam bulan. Ditambah dengan masa penyusuan yang sempurna yaitu duapuluh empat bulan (2 tahun), menjadi tigapuluh bulan). Sehingga manakala ia sampai dewasa, usianya cukup empatpuluh tahun, dia mendoa: "Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku bagaimana mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku. Jadikanlah amal perbuatanku sesuai dengan keridhaanMu dan berikanlah kebaikan kepadaku berkelanjutan sampai kepada anak-cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu, dan aku adalah orang yang berserah diri. (Al-Ahkaf: 15)

Diterjemahkan dari buklet "The Basic Concepts in The Qur'an" karya Harun Yahya www.harunyahya.com. Terjemahan Al-Qur'an dikutip dari "Terjemah dan Tafsir Al-Qur'an" susunan Bachtiar Surin terbitan Fa. SUMATRA. Bandung.
SELARAS