Marhaban Ahlan Wasahlan di BLOG NUR / CAHAYA Nur 'Ala Nur : Cahaya yang kita punya hanya titipan, cahaya yang hakikat adalah hanya milik Allah (Tuhan Semesta Alam).Blog ini mengajak anda berbagi berbuat kebaikan menuju zaman pencerahan.
Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad Rasulullah
Jumat, 02 Desember 2011
Keutamaan Bulan Muharram
Dan Puasa Asyuro
﴿ فضل شهر المحرم وصيام عاشوراء ﴾
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي
Muhammad bin Shalih Munajjid
Terjemah : Syafar Abu Difa
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2011 - 1432
Keutamaan Bulan Muharram
Dan Puasa Asyuro
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Muhammad, penutup para nabi dan pemimpin para rasul. Juga kepada keluarga dan seluruh sahabatnya.
Adapun selanjutnya:
Sesungguhnya bulan Allah Muharram adalah bulan yang agung lagi penuh berkah. Ia adalah bulan pertama ditahun hijriah dan salah satu bulan haram (yang disucikan). Yang disebut Allah dalam firmannya:
قال الله تعالى: ﴿ • ﴾
"Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (QS.at-Taubah:36)
Dan Nabi bersabda,
(( السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ))
"Dalam setahun ada dua belas bulan. Empat diantaranya adalah bulan haram. Tiga berurutan: Zulkaidah, Zulhijjah dan Muharram sedangkan (yang keempatnya) Rajab berada di antara Jumada dan Sya'ban." [Hadits riwayat al-Bukhari no.2958]
Maksud firman Allah : " Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu" adalah pada bulan-bulan haram, karena dosanya lebih besar dari bulan lainnya.
Ibnu Abbas berkata mengenai tafsir ayat: " Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu" mulanya pada seluruh bulan, lalu dikhususkan empat bulan saja yang kemudian ditetapkan menjadi bulan haram (bulan suci). (Perbuatan haram pada bulan-bulan itu) keharamannya melebihi bulan yang lain. Pada bulan-bulan itu perbuatan dosa lebih besar dan perbuatan baik pahalanya juga lebih besar.
Qotadah –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam tafsir ayat di atas: "Sesungguhnya kezaliman pada bulan-bulan haram adalah lebih besar kesalahan dan dosanya dibandingkan kezaliman pada bulan-bulan lainnya. Meskipun kezaliman dalam setiap keadaan tidak diperkenankan, akan tetapi Allah menjadikan lebih besar suatu perkara sesuai kehendak-Nya... Allah menyeleksi hamba-hambanya, Dia memilih rosul (utusan) dari malaikat dan dari manusia, memilih zikir dari segala ucapan, memilih mesjid dari tempat yang lain, memilih bulan haram (bulan suci) dari bulan-bulan yang lain, memilih hari jum'at dari hari-hari yang lain, memilih malam lailatul qodar dari malam-malam yang lain. Maka agungkanlah apa-apa yang telah Allah agungkan. Sesungguhnya yang mengagungkan apa yang Allah agungkan hanya ada pada orang-orang yang berfaham dan berakal. –selesai perkataannya- [Disarikan dari tafsir Ibnu Katsir surat at-Taubah:36]
Keutamaan Memperbanyak Puasa Sunnah Di Bulan Muharram
Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah ,
(( أَفْضَلُ الصِّيَام بَعْد رَمَضَان شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّم))
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram." [Hadits riwayat Muslim no.1982]
Sabdanya "Bulan Allah": disandarkan penyebutan bulan kepada Allah adalah sebagai pengagungan.
Al-Qoori berkata: yang dimaksud adalah seluruh bulan haram.
Akan tetapi telah falid bahwa Nabi tidak pernah berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Sehingga hadits ini bermakna anjuran untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram, bukan memuasai seluruh harinya.
Telah falid pula bahwa Nabi meperbanyak puasa di bulan Sa'ban. Bisa jadi hal itu karena keutamaan puasa Muharram belum diwahyukan kepadanya kecuali di akhir hayatnya sebelum dapat memuasainya. [Penjelasan an-Nawawi terhadap kitab Shahih Muslim]
Allah Memilih Waktu Dan Tempat Sekehendak-Nya
Al-Izz bin Abdussalam- semoga Allah merahmatinya- berkata, "Pengutamaan waktu dan tempat ada dua bentuk: pertama duniawi (keduniaan) dan kedua dini (keagamaan). Bentuk (kedua ini) berpulang kepada Allah. Dia menambahkan pahala orang-orang yang beramal pada waktu-waktu dan tempat-tempat itu. Seperti mengutamakan puasa diantara bulan-bulan, demikian juga hari asyuro (diantara hari yang lain). Pengutamaan tersebut berpulang kepada kedermawanan dan kebaikan Allah terhadap hambanya. [Qowaid al-Ahkam 1/38]
Asyuro Dalam Sejarah
Ibnu Abbas berkata,
"Ketika Nabi tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyuro (tanggal 10 Muharram). Beliaupun bertanya, '(Ada) apa ini?' Mereka menjawab, 'Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israel dari musuh-musuh mereka, sehingga Nabi Musa berpuasa pada hari ini.' Nabi berkata, 'Aku lebih berhak meneladani Musa dari pada kalian.' Maka Nabipun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan yang lain untuk memuasainya." [Hadits riwayat al-Bukhari no.1865]
Ungkapan: "Ini adalah hari baik" dalam riwayat Muslim diungkapkan dengan: "Ini adalah hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa beserta kaumnya dan menenggelamkan Fir'aun beserta pengikutnya".
Ungkapan: "Maka Musa memuasainya" dalam riwayat Muslim ada penambahan kalimat: "Sebagai rasa syukur kepada Allah , sehingga kamipun memuasainya". Sedangkan dalam lafal al-Bukhari: "Dan kami memusainya sebagai pengagungan terhadap Allah." Imam Ahmad meriwayatkan dengan tambahan: "Yaitu hari dimana bahtera Nabi Nuh belayar dengan tenang, sehingga Nabi Nuh memuasainya sebagai bentuk syukur."
Ungkapan: "Dan memerintahkan untuk memuasainya" di dalam riwayat al-Bukhari diungkapkan: "Beliau berkata kepada para sahabatnya, 'Kalian lebih berhak (meneladani) Musa dari pada mereka, maka puasailah!'."
Puasa Asyuro dikenal sejak dahulu hingga di masa jahiliah sebelum diutusnya Nabi .
Telah falid dari Aisyah , dia berkata, "Orang-orang jahiliah dahulu memuasainya."
Al-Qurthubi berkata, "Mungkin saja bangsa Quraisy memuasainya berpedoman kepada syari'at umat terdahulu seperti Ibrahim –alaihissalam-. Telah falid pula bahwa Nabi telah memuasainya sejak masih berada di Mekkah, sebelum berhijrah ke Madinah. Ketika tiba di Madinah, beliau mendapatkan kaum Yahudi merayakannya sehingga menanyakan sebab perayaan meraka. Kaum Yahudi menjawab sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadits.
Nabi memerintahkan untuk menyelisihi kaum Yahudi yang menjadikannya hari 'Id (hari raya). Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam hadits Abu Musa, dia berkata, "Hari Asyuro bagi kaum Yahudi termasuk hari raya." Dan dalam riwayat Muslim, "Hari Asyuro diagungkan oleh kaum Yahudi. Mereka menjadikannya hari raya." Masih dalam riwayat Muslim: "Dahulu Yahudi Khaibar menjadikannya hari raya. Para wanita mereka mengenakan perhiasan dan lencana mereka. Sehingga Nabi bersabda, "Maka berpuasalah kalian!" [Hadits riwayat al-Bukhari]
Yang nampak adalah bahwa perintah puasa Asyuro untuk menyelisihi kaum Yahudi. Sampai-sampai Nabi memerintahkan mereka yang tidak berpuasa dihari itu untuk memuasai sisa harinya, karena pada galibnya hari 'Id tidak berpuasa. [Selesai ringkasan perkataan Ibnu Hajar –rahimahullah- di dalam Fathul Baari penjelasan Shahih al-Bukhari]
Keutamaan Puasa Asyuro
Ibnu Abbas berkata: "Aku tidak melihat Nabi begitu antusias memuasai suatu hari yang lebih diharap keutamaannya dibanding hari-hari lain selain hari ini, yaitu hari Asyuro, dan bulan ini, maksudnya bulan Ramadhan." [Hadits riwayat al-Bukhari no.1867]
Makna antusias disini adalah mengharap dengan puasa itu pahala dan dilakukan dengan rasa sukacita.
Nabi bersabda:
(( صِيَامُ يَوْمَ عَاشُوْراَء أَحْتَسِبُ عَلى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ التِي قَبْلَه))
"Puasa hari Asyuro, aku mengharap pahala dari Allah dapat menghapus dosa setahun sebelumnya." [Hadits riwayat Muslim no.1976]
Ini merupakan keutamaan Allah kepada kita, menjadikan puasa sehari sebagai penghapus dosa setahun penuh. Allahlah pemilik keutamaan yang besar.
Hari apa asyuro itu?
An-Nawawi –rahimahullah- berkata, " Asyuro dan Tasu'a adalah dua nama yang dimadkan (dipanjangkan ), beginilah yang masyhur dalam kitab lughah (bahasa). Sahabat-sahabat kami mengatakan: Asyuro adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram. Sedangkan Tasu'a adalah hari kesembilannya. Demikian pula yang dikatakan oleh Jumhur ulama (kebanyakan ulama). Inilah yang nampak jelas dari hadits-hadits dan kandungan makna lafal. Hal itu amat difahami oleh ahli bahasa. (al-Majmu)
Dua nama itu adalah nama islami yang tidak dikenal dimasa jahiliah. [Kitab Kasyful Qonaa jilid 2, Shaum al-Muharram]
Ibnu Qudamah –rahimahullah- berkata, " Asyuro adalah hari kesepuluh dari bulan Muharram. Demikianlah pendapat Sa'id bin al-Musayyib dan al-Hasan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas , dia berkata, "Rasulullah memerintahkan untuk puasa Asyuro, yaitu pada hari kesepuluh dari bulan Muharram." [Riwayat at-Turmudzi, dan dia mengatakan hadits ini hasan shahih]
Disukai Memuasai Hari Kesembilan Dan Hari Kesepuluh
Abdullah bin Abbas c meriwayatkan: "Ketika Rasulullah berpuasa pada hari Asyuro dan memerintahkan untuk memuasainya, para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani." Maka Rasulullahpun berkata, "Jika tiba tahun depan, insyaAllah kita akan berpuasa (juga) at-tasuu'a (hari kesembilan)." Abdullah melanjutkan, "Belum tiba tahun berikutnya Rasulullah telah wafat. [Hadits riwayat Muslim 1916)
As-Syafi'i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishak dan yang lainnya berkata: "Disukai memuasai hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus, karena Nabi memuasai hari kesepuluh dan bertekat untuk berpuasa hari kesembilan.
Dengan demikian puasa Asyuro ada beberapa tingkatan; yang paling rendah memuasai tanggal sepuluh saja, tingkat di atasnya memuasai hari kesembilan dan kesepuluh. Semakin banyak berpuasa pada bulan ini maka semakin utama dan baik.
Hikmah Disukainya Puasa Asyuro
An-Nawawi –rahimahullah- berkata, "Ulama dari kalangan sahabat kami (ulama Syafi'iah) dan selain mereka menyebutkan hikmah disukainya melaksanakan puasa at-Tasu'a sebagai berikut:
Pertama: maksudnya adalah menyelisihi kaum yahudi yang hanya memuasai hari kesepuluh.
Kedua: untuk menyambung puasa Asyuro dengan puasa lain. Sebagaimana dilarangnya memuasai hari jum'at saja. Yang demikian disebutkan oleh al-Khattabi dan yang lainnya.
Ketiga: kehati-hatian dalam ketepatan memuasai hari Asyuro, khawatir hitungan bulan (jumlah harinya) kurang sehingga terjadi ketidaktepatan. Boleh jadi menurut hitungan adalah hari kesembilan tetapi yang sebenarnya hari kesepuluh. –selesai perkataannya-
Yang paling tepat dari pendapat-pendapat itu adalah untuk menyelisihi Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata: "Rasulullah melarang tasyabuh (menyerupai) Ahli Kitab dalam banyak hadits-haditsnya, seperti sabda beliau tentang Asyuro: "Jika aku hidup sampai tahun depan, sungguh aku akan (juga) memuasai hari kesembilan." [Al-Fataawaa al-Kubro jilid 6 Saddu adz-Dzaroi' al-Muadhiah Ilal Muharrom]
Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata dalam footnote mengenai hadits [Jika aku hidup sampai tahun depan, sungguh aku (juga) akan memusai hari kesembilan]: "Bahwa tekad Nabi untuk berpuasa tanggal sembilan maknanya bukan mencukupkan pada hari itu saja, akan tetapi menggabungkannya dengan hari kesepuluh; bisa untuk kehati-hatian, bisa juga untuk menyelisihi kaum Yahudi dan Nasrani, dan alasan ini yang lebih kuat. Pendapat inilah yang diisyaratkan sebagian perawi Muslim. [Fathul Baari 4/245]
Hukum Memuasai Hari Asyuro Saja
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Puasa hari Asyuro menghapus dosa setahun. Memuasai hari ini saja tidak dimakruhkan (dibenci). [al-Fatawa al-Kubro jilid.5]
Di dalam kitab Tuhfatul Muhtaj oleh Ibnu Hajar al-Haitami disebutkan: "Tidak mengapa hanya memuasai hari itu saja (tanggal 10)." [Bab Soum Tatawu' jilid 3]
Asyuro Tetap Dipuasai Meskipun Bertepatan Dengan Hari Sabtu Atau Jum'at
Terdapat larangan menyendirikan hari jum'at dan sabtu dalam berpuasa kecuali puasa wajib. Akan tetapi kemakruhannya hilang jika ditambahkan satu hari atau jika bertepatan dengan ibadah syar'i yang biasa dilakukan, (seperti) sehari puasa sehari berbuka (puasa Dawud), atau nadzar, mengganti hutang puasa, atau puasa yang disyari'atkan seperti hari Arafah dan Asyuro. [Tuhfatul Muhtaaj jilid.3 Bab: Soum at-Tathawu. Musykil al-Atsar jilid.2 Bab: Soum Yaumus Sabt].
Al-Bahuti –rahimahullah- berkata, "Makruh hukumnya memuasai hari sabtu saja, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Bisyr dari kakak perempuannya, Nabi bersabda:
((لاَ تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلاَّ فِيمَا اُفْتُرِضَ عَلَيْكُمْ))
"Janganlah kalian memuasai hari sabtu kecuali apa yang telah diwajibkan kepada kalian."
[Hadits riwayat Ahmad dengan sanad yang baik dan juga diriwayatkan oleh Hakim. Hakim berkata: shahih dengan syarat al-Bukhari]
Hal itu karena hari sabtu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi. Menyendirikan hari itu saja merupakan bentuk tasyabuh (meniru mereka), kecuali hari jum'at atau sabtunya kebetulan bertepatan dengan kebiasaan puasanya, seperti bertepatan dengan hari Arafah dan Asyuro, dimana pada kedua hari itu dia biasa memuasainya. Pada yang demikian itu tidaklah makruh (dibenci), karena kebiasaannyalah yang membuatnya memuasai hari itu. [Kasyf al-Qona' jilid.2 bab. Soum at-Tatowwu']
Apa Yang Dilakukan Jika Awal Muharram Samar
Imam Ahmad berkata, "Jika samar baginya awal bulan Muharram, hendaknya berpuasa selama tiga hari. Hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa dia memuasai hari kesembilan dan kesepuluh. [Kitab al-Mughi oleh Ibnu Qudamah jilid.3 Syiam Asyuro]
Jika tidak tahu masuknya awal bulan Muharram dan inggin berjaga-jaga ketepatan hari kesepuluh, hendaknya menyempurnakan bilangan hari pada bulan Zulhijjah menjadi 30 hari, sebagaimana yang telah menjadi kaidah. Kemudian memuasai hari kesembilan dan kesepuluhnya. Jika ingin berjaga-jaga hari kesembilan, hendaknya memuasai hari kedelapan, kesembilan dan kesepuluh. (Agar bila jumlah hari pada bulan Zulhijjah kurang, dia telah mendapatkan hari kesembilan dan kesepuluh dengan yakin). Oleh karena puasa Asyuro adalah mustahabbah (disukai) bukan wajib, maka tidak diperintahkan untuk mengamati hilal (peralihan bulan) Muharram sebagaimana diperintahkan mengamati hilal Ramadhan dan Syawal.
Pahala Puasa Asyuro
Imam an-Nawawi –rahimahullah- berkata, "(Puasa Asyuro) menghapus seluruh dosa-dosa kecil. Artinya menghapus semua dosa pelakunya selain dosa besar. An-Nawawi –rahimahullah- melanjutkan: "Puasa hari arafah menghapuskan dosa dua tahun, puasa Asyuro menghapus dosa setahun, bacaan aamiin (dalam shalat berjamaah setelah al-Fatihah) jika bertepatan dengan bacaan aamiin malaikat dihapuskan dosanya yang telah lalu….
Semuanya itu dapat menghapuskan dosa. Jika terdapat dosa-dosa kecil yang bisa dihapus, maka dosa kecil itu dihapus. Jika dosa kecil dan besar tidak ada, maka pahalanya dicatat sebagai kebaikan dan diangkat derajatnya. Jika yang ada adalah dosa besar sedangkan dosa kecilnya tidak ada, kami berharap dapat meringankan dosa besar. [al-Majmu Syarh al-Muhadzzab jilid:6 Soum yaum 'Arafah]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata, "(Pahala berupa) penghapusan dosa ketika bersuci, shalat, puasa Ramadhan, puasa Arafah dan puasa Asyuro hanyalah untuk dosa kecil saja. [Al-Fatawa al-Kubro jilid:5]
Jangan Terkecoh Dengan Pahala Puasa
Sebagian orang terkecoh sehingga bersandar kepada pahala puasa Asyuro atau hari Arafah. Hingga sebagian mengatakan bahwa "puasa asyuro menghapuskan segala dosa selama setahun dan yang berlebih dari puasa Arafah adalah tambahan pahala."
Ibnu Qoyyim –rahimahullah- berkata, "Orang yang terkecoh ini tidak mengetahui bahwa puasa Ramadhan dan shalat lima waktu lebih agung dan lebih mulia dibanding puasa Arafah dan Asyuro. Puasa Arafah dan Asyuro hanyalah menghapus dosa yang ada di antara keduanya jika dosa besar ditinggalkan.
Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, Jum'at ke Juma'at berikutnya tidak mampu menghapus dosa kecil jika tidak disertakan dengan "meninggalkan dosa besar". Hingga (jika terkumpul) keduanya barulah mampu untuk menghapus dosa kecil.
Di antara orang-orang yang terkecoh ini menyangka bahwa keta'atannya lebih banyak daripada kemaksiatannya. Yang demikian karena dia tidak menghitung keburukan-keburukannya dan tidak pula menyelidiki dosa-dosanya. Jika berbuat ketaatan dia menghapal dan mengandalkannya. Mereka itu semisal orang yang beristighfar dengan lisannya atau bertasbih seratus kali sehari, tetapi kemudian menggibahi (menggunjingi/menggosipi) muslim lain dan mencabik-cabik kehormatan orang lain. Sepanjang hari yang dibicarakan adalah perkara yang tidak diridoi Allah. Jika seperti ini, yang ada hanyalah angan-angan mendapatkan keutamaan tasbih dan tahlil . Dia tidak menoleh kepada ancaman balasan berghibah, berdusta dan mengadu domba serta dosa-dosa lisan lainnya. Sungguh dia benar-benar tertipu. [Al-Mausu'ah al-Fiqhiah jilid.31 Ghururu]
Puasa Asyuro Tetapi Memiliki Hutang Puasa Ramadhan
Para ahli fiqih berbeda pendapat mengenai puasa sunnah
Asyuro sebelum menyelesaikan hutang puasa Ramadhan. Madzhab Hanafiah membolehkan puasa sunnah sebelum membayar hutang puasa Ramadhan tanpa memakruhkannya. Karena membayar hutang puasa Ramadhan tidak harus langsung. Madzhab Malikiah dan Safi'iah membolehkan dengan kemakruhan (dibenci), karena dia telah mengahkirkan pelaksanaan kewajiban.
Ad-Dasuqi berkata, "Dimakruhkan (tidak disukai) berpuasa sunnah bagi mereka yang memiliki puasa wajib, seperti puasa nazar, qodho, dan kafarah. Sama saja apakah puasa sunnah itu muakadah (ditekankan) atau ghairu muakadah (tidak ditekankan), seperti Asyuro dan sembilan Zulhijjah (Arafah). Madzhab Hanbali berpendapat haramnya puasa sunnah sebelum melunasi puasa Ramadhan dan puasa sunnahnya tidak sah. Sekalipun membayar hutang puasa waktunya lapang, tetapi haruslah dimulai dengan puasa wajib hingga menyelesaikannya. [Mausu'ah al-Fiqhiah jilid 28 shoum Tatawu']
Bagi seorang muslim hendaklah menyegerakan untuk membayar hutang puasa Ramadhannya agar dapat melakukan puasa sunnah Arafah dan Asyuro tanpa polemik. Jika dia memuasai hari Arafah dan Asyuro dengan niat Qodho' (niat membayar hutang puasa wajib) dimalam harinya hal itu bisa dijadikan pengqhodo puasa wajibnya. Dan keutamaan Allah itu amatlah besar.
Bid'ah (Perkara Yang Mengada-Ada) Pada Hari Asyuro
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- ditanya mengenai perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang ketika hari Asyuro, seperti memakai celak, mandi, mencat (mencutek) kuku, saling bersalam-salaman, memasak kacang-kacangan, menampakkan kegembiraan dan hal-hal lain. Apakah semua perbuatan itu ada dasarnya?
Beliau menjawab:
Segala puji bagi Allah. Tidak ada hadits shahih dari Nabi mengenai hal-hal yang disebutkan, tidak pula dari para sahabatnya. Imam-imam kaum musliminpun tidak ada yang menjadikannya perbuatan yang mustahab (disukai); tidak imam yang empat, tidak pula selain mereka. Para penulis kitab-kitab yang karyanya dijadikan referensipun tidak ada yang meriwayatkan sama sekali; tidak dari Nabi tidak pula dari para Sahabat dan Tabi'in, baik yang shahih maupun yang doif (lemah).
Tetapi sebagian muta'akhirin (orang-orang belakangan) memiliki hadits seperti yang mereka riwayatkan, "barangsiapa memakai celak pada hari Asyuro tidak akan sakit mata pada tahun itu", "siapa yang mandi pada hari Asyuro tidak akan sakit pada tahun itu" dan lain sebagainya. Mereka meriwayatkannya dalam hadits-hadits maudhu (palsu) yang didustakan atas nama Nabi . Riwayat palsu lain mengatakan, "siapa yang melapangkan keluarganya pada hari asyuro, akan Allah lapangkan baginya sisa tahun-tahunnya". Semua riwayat dari Nabi tersebut adalah riwayat dusta.
Kemudian Syaikh –rahimahullah- menyebutkan secara singkat peristiwa yang terjadi pada generasi awal umat ini, dari fitnah serta peristiwa-peristiwa pembunuhan Husain beserta apa yang dilakukan segolongan orang karenanya. Beliau berkata:
Sehingga terbentuklah kelompok-kelompok jahiliah dzolimah (bodoh lagi zalim); bisa kelompok mulhid munafik (tidak percaya tuhan lagi munafik), bisa juga dholah ghawiah (sesat lagi ekstrim). Mereka memperlihatkan kesetiaan kepada Husain dan ahlulbait (keluarga Nabi); menjadikan hari asyuro sebagai hari berkabung, kesedihan dan ratapan. Dipertontonkan pada saat itu syiar jahiliah dalam bentuk menampar-nampar pipi, mencabik-cabik pakain, berkabung dengan cara berkabung jahiliah. Melantunkan nasyid-nasyid kesedihan dan riwayat berita-berita yang penuh dengan kedustaan. Kejujuran yang tersisa hanyalah memperbaharui kesedihan dan ta'asub (fanatik golongan), membangkitkan kebencian serta permusuhan, menyusupkan fitnah di tengah kaum muslimin dan menjadikannya wasilah mencaci orang-orang soleh generasi pertama. Keburukan mereka dan bahayanya terhadap umat Islam tidak dapat dijabarkan oleh orang yang pakar bicara sekalipun.
Mereka itu bisa jadi dari kalangan nawashib yang sangat ta'asub (berlebih-lebihan membenci) kepada Husain dan keluarganya, juga dari orang-orang bodoh yang menghadapi kerusakan dengan kerusakan, kedustaan dengan kedustaan, dan bid'ah dengan bid'ah.
Mereka mengekspresikan syi'ar kegembiraan dan kesenangan pada hari Asyuro, seperti bercelak dan berdandan, melebihkan belanja harian, memasak makanan diluar kebiasaan, serta hal-hal lain yang layaknya dilakukan pada hari lebaran dan peringatan-peringatan. Walhasil, dari mereka ada yang menjadikan hari Asyuro seperti musim dari musim-musim hari raya dan kegembiraan, sedang sebagian lagi menjadikanya sebagai hari berkabung. Dipergelarkanlah hari kesedihan dan kegembiraan. Kedua kelompok ini (terjerumus) dalam kesalahan, keluar dari sunnah Nabi. [Fatawa al-Kubro Ibnu Taimiyah]
Ibnu al-Hajj –rahimahullah- menyebutkan bahwa di antara bid'ah Asyuro adalah membiasakan mengeluarkan zakat pada waktu itu, baik mengakhirkannya atau menyegerakannya. Termasuk juga mengkhususkan menyembelih ayam dan menggunakan hana (pacar) bagi wanita. [Al-Madkhal jilid.1 Yaum 'Asyuro]
Kita memohon kepada Allah, agar menjadikan kita sebagai orang-orang yang menjalankan sunnah Nabi mulia. Menghidupkan kita di atas Islam dan mematikan kita di dalam keimanan. Memberikan taufik kepada kita terhadap apa-apa yang dicintai dan diridhoi-Nya. Dan kita juga meminta pertolongan kepada-Nya untuk senantiasa berdzikir, bersyukur dan benar dalam beribadah kepada-Nya. Agar amal ibadah kita diterima dan dijadikan sebagai hamba-hamba-Nya yang bertakwa.
Shalawat semoga senantiasa tercurah kedapa Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya.
Senin, 14 November 2011
JUJUR
3H’s for Success: Honest, Humble, Helpful
Setelah buku @NotesFromQatar keluar,
rasanya semakin banyak orang yang mengenal singkatan yang menjadi tagline di buku tersebut,
yaitu 3P’s: Positive, Persistence, Pray!
Saya banyak melihat tulisan tersebut tertulis dimana-mana, baik itu twitter, facebook, status bbm, dsb. Selain itu, saya banyak juga menerima email dari orang-orang yang bersemangat setelah membaca buku #NFQ dan juga bilang kalo mereka menerapkan 3P’s dalam kehidupannya sehari-hari.
I’m so happy hearing this!
Bagi teman-teman yang mungkin belum tahu, 3P’s adalah semangat hidup yang harus dimiliki oleh semua manusia yang ingin meraih kesuksesan, terutama generasi muda Indonesia sebagai generasi penerus bangsa. Seberapa pun besar mimpi-mimpi dan impian yang dikhayalkan, InshaAllah bisa menjadi kenyataan dengan formula 3P’s tersebut. Untuk tahu lebih banyak, saya membahas panjang kali lebar kali tinggi tentang 3P’s di buku @NotesFromQatar. Jangan lupa beli di toko-toko buku kesayangan anda hehehe.. (teteppp promosi)
Nah, setelah formula 3P’s, sekarang saya mau ngasih formula sukses yang lain lagi nih.. Formula ini diajarkan oleh ayah saya, dan dibuat singkatan juga biar lebih mudah diingat. Sang formula adalah 3H’s: Honest, Humble, Helpful! Lalu apa bedanya 3P’s dengan 3H’s? Jadi gini, kalo 3P’s (Positive, Persistence, Pray) adalah semangat atau karakter yang melekat dalam diri kita (inside), sedangkan 3H’s (Honest, Humble, Helpful) adalah kualitas diri kita saat berinteraksi dengan orang lain (outside). Tiga kualitas ini sangatlah penting, karenaaa… Honest is the best attitude, Humble is the best approach, and Helpful is the best investment.
Untuk postingan hari ini, saya akan membahas tentang ‘H’ yang pertama dulu aja ya.. yaitu Honest atau jujur. Karena membahas kejujuran mencakup banyak hal jadi sebaiknya dipisahkan saja, kalo ga pasti pusing bacanya karena kebanyakan. Sedangkan dua lainnya, Humble dan Helpful akan dibahas berturut-turut di dua minggu ke depan. Setuju?? Mari kita mulai!
Honest
Secara definisi, jujur bisa diartikan sebagai adanya keselarasan antara yang terucap dengan kenyataan dalam perbuatan. Jadi, kalau suatu perbuatan atau perkataan sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan jujur, tetapi kalau tidak, berarti dusta atau bohong. Nabi Muhammad saw adalah contoh terbaik seorang manusia di muka bumi ini untuk hal kejujuran. Nama beliau sudah sangat popular di kalangan masyarakat Quraisy dengan sebutan Al-Amiin, yang berarti orang jujur dan sangat terpercaya.
Ada hal yang menarik dari penganugerahan gelar tersebut.
Pertama, gelar Al-Amiin diberikan oleh orang-orang Quraisy yang saat itu terkenal dengan peradaban jahiliyah (kebodohan). Sebuah peradaban yang sangat rusak dan tidak bermoral.Walaupun demikian, kejujuran Rasulullah tidak luntur oleh peradaban bobrok tersebut. Namun justru beliau menunjukkan bahwa kejujuran bisa berlaku dimana saja, bahkan dalam suatu peradaban terhancur sekalipun. Kaum yang paling bobrok pun memberikan suatu penghargaan kepada Nabi Muhammad saw dengan gelar Al-Amiin tersebut. Suatu gelar yang tidak pernah ada lagi setelah beliau wafat.
Kedua, gelar Al-Amiin telah diberikan oleh kaum Quraisy kepada Rasulullah saat berumur sekitar 20 tahun, dan ini jauh sebelum beliau diangkat menjadi seorang nabi pada umur 40 tahun. Penganugerahan gelar Al-Amin yang sudah diberikan jauh sebelum masa kerasulan beliau mengandung hikmah serta makna yang dalam bahwa kejujuran adalah modal dasar yang sangat diperlukan untuk menempuh kerasnya kehidupan, baik sebagai hamba Allah Swt maupun sebagai seorang rasul yang akan berlaku sebagai khalifah di muka bumi ini.
Mata Uang Universal
Jujur adalah perbuatan yang sangat terpuji dan menjadi mata uang universal yang berlaku dimana pun. Maksudnya, semua orang, tanpa pandang bulu, pasti suka dengan orang jujur. Dari mulai tukang parkir, tukang cendol, tukang batagor, sampe tukang pukul juga suka ama orang yang jujur. Dari profesi dokter, polisi, dosen, menteri, sampai seorang presiden pun kalo ditanya, “Suka ama orang jujur ga?” Jawabannya pasti iya semua. Kalo ada yang bilang nggak, berarti agak sakit itu orang hehehe..
Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang terbiasa jujur dalam berurusan dengan orang lain, rezekinya akan berkah dan lancar. Setiap orang juga berlomba-lomba datang kepada orang jujur tersebut untuk berurusan dengannya, baik itu dalam hal bisnis atau kegiatan lainnya. Setiap orang akan merasa senang berurusan dengan orang jujur karena merasa tenang dan bisa kecipratan nama baik. Setiap orang senang dengan kejujuran, baik kawan maupun lawan merasa tentram dengan orang jujur. Berbeda dengan pendusta. Temannya sendiripun merasa ga aman, apalagi musuhnya hehehe..
Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun kepercayaan (kredibilitas), dan begitu pula sebaliknya, dusta atau kebohongan dapat menghancurkan hidup seseorang. Berlaku jujur harus dilatih terus menerus dan dimulai dari sekarang, karena perilaku ini tidak akan muncul dalam satu atau dua kali latihan. Idealnya, seorang anak sudah diajarkan kejujuran sejak kecil dan harus diberikan contoh oleh orang tuanya. Ajaran dengan contoh itu lebih mudah masuknya, karena yang namanya anak kecil cenderung mengikuti apa yang dia lihat dibanding apa yang didengar.
Berbicara tentang hal ini, saya punya contoh. Ibu saya selalu mengajarkan kejujuran sejak kecil dan selalu dicontohkan olehnya. Mama tidak pernah berbohong sekalipun selama 24 tahun saya mengenalnya. Beliau adalah orang yang paling saya bisa percaya karena ya ga pernah bohong. Makanya kalau mama udah menjanjikan satu hal, pasti akan saya kejer itu dan ga bakalan lupa hahaha… Biasanya ujung-ujungnya pasti ditepatin, meskipun agak telat-telat dikit. The point is, teaching by giving example is much more effective than just merely words.
Biasakan jujur dimulai dari yang paling sederhana dan kecil sekalipun, walaupun terhadap anak kecil. Sesungguhnya Allah Swt menyukai orang-orang yang jujur. Nabi Muhammad saw pun menyuruh umatnya untuk berlaku jujur karena bisa mengantarkan menuju Surga, seperti yang tertera dalam hadits berikut.
“Diwajibkan atas kalian semua untuk berlaku jujur, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan membawa ke Surga. Seseorang yang senantiasa berbuat kejujuran akan ditulis di sisi Allah se agai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian perbuatan dusta (berbohong), karena kebohongan akan membawa kepada keburukan, dan keburukan akan menyeret ke neraka. Seorang hamba yang senantiasa berbohong kan ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dahsyatnya kejujuran
Indonesia adalah negara yang super sangat kaya, semua orang tahu itu. Dari orang bule, negro sampe orang Indonesia sendiri juga tahu fakta tersebut. Sumber Daya Alam (SDA) kita berlimpah ruah dari Sabang sampai Merauke. Sebut aja mau apa, semua ada di negara ini. Negara yang katanya terkenal dengan sebutan gemah ripah loh jinawi totoh tentrem dan seterusnya hehe… Tapi ada satu pertanyaan miris yang mungkin selalu ada di benak kita, kenapa bangsa ini belum juga makmur seutuhnya? Kenapa orang kaya makin kaya dan orang miskin makin miskin dan makin banyak???
Jawaban utamanya karena kejujuran. Lihat saja, segala permasalahan bangsa ini umumnya terjadi karena tidak adanya kejujuran. Problematika utama bangsa ini adalah KEMISKINAN. Lalu sumbernya dari mana? Apa karena negara ini miskin? Tentu tidak. Tapi kemiskinan terjadi karena banyaknya orang yang KORUPSI! Korupsi bisa diibaratkan sebagai tikus yang sangat rakus dan bisa memakan apa saja, bahkan kayu sekalipun. Kalau saja uang-uang tidak dikorupsi oleh segelintir orang dan kelompok, bayangkan betapa banyak alokasi dana yang bisa digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Andai saja semua elemen bangsa ini punya satu kualitas saja, yaitu jujur, dijamin beres semua urusan.
Saya teringat ada sebuah kisah pada zaman Rasulullah. Saat itu ada seseorang yang hendak ingin masuk Islam, tapi dia mengatakan tidak bisa meninggalkan perilaku-perilaku maksiatnya, jadi dia minta izin ke Rasulullah agar tetap dibolehkan melakukan maksiat. Intinya mungkin seperti ini, “Rasul, saya mau masuk Islam nih, tapi kalo boleh dilonggarin dikit aturannya ya, karena saya masih demen maksiat.” Rasulullah pun mempersilahkan orang tersebut untuk melakukan apa yang dia mau, namun dengan satu syarat: JANGAN BOHONG.
Kata orang tersebut, “Wah gampang banget syaratnya. Oke deh setuju!” Ternyata setelah beberapa hari, syarat yang tadinya terlihat ringan di awal, ternyata berat juga. Rasulullah terus bertanya kepada orang tersebut apa saja yang dilakukan setiap hari dan orang tersebut sangat malu jika menjawab habis berbuat maksiat. Akhirnya orang tersebut selalu berpikir seribu kali untuk melakukan maksiat karena ada ketakutan dalam dirinya akan ditanya Rasulullah sementara dia telah berjanji untuk tidak berbohong. Dampaknya, semakin lambat laun orang tersebut semakin meninggalkan hobi bermaksiatnya dan beribadah dengan giat.
Tips-tips Ringan Untuk Jujur
Jujur itu harus dilatih dan terus dipraktekkan dan bukan sekali praktek langsung jadi. Berikut beberapa tips & tricks untuk menjadi jujur (ini juga buat saya pribadi yang masih belum bisa jujur 100% hehe..)
1. Jangan mudah membuat janji. Biasanya orang bohong karena dia udah terlanjur buat janji dan ga bisa ditepatin. Misalkan ada seorang cowo janji ama gebetannya, “Besok kita dinner bareng di pinggir sungai Ciliwung ya neng.” Si neng udah sumringah dong dijanjikan seperti itu. Eehh ternyata karena satu dan lain hal, janji itu ga bisa dipenuhin, dan akhirnya si cowo ngarang alesan biar si neng ga marah, “Iya nih maaf ga bisa dinner bareng di sungai ciliwung karena harus nemenin nenek di rumah.” Padahal alasannya bukan itu. Maka dari itu, pastikan setiap janji yang diucapkan sudah diperhitungkan matang-matang, dan berusaha keraslah untuk memenuhi janji. Islam mengajarkan, jika ingin membuat suatu janji, awali dengan ucapan InshaAllah, yang artinya “jika Allah menghendaki”.
2. Latih Terus. Seperti yang sudah dibahas di atas, jujur itu adalah suatu sikap yang bisa didapatkan dengan latihan terus menerus. Kalau kita sudah biasa bohong, maka jangan sungkan-sungkan minta bantuan teman, sahabat, gebetan pacar, dll untuk membantu kita menghilangkan kebiasaan bohong. Misalkan, kalo kita bohong maka harus traktir temen makan sushi. Nah lama-lama kan mikir juga, kalo traktir terus bisa bangkrut nanti. Akhirnya mikir-mikir tiap kali mau bohong. Selain itu, bisa juga minta sahabat kita untk jitak kita sebagai hukuman setiap kalo berbohong.
3. Lebih Baik Diam Daripada Berbohong. Jika kita ditanya orang lain untuk mengatakan sesuatu, maka ya katakan sejujurnya. Kalau kita tidak mau menjawab jujur karena ada hal lain yang lebih penting untuk disembunyikan, maka sebaiknya ga perlu menjawab daripada bohong, atau segera alihkan perhatian pembicaraan dengan ganti topik. Kalau orang tersebut masih maksa, bilang aja, “mau tau aja deh loooo..” atau “kepo banget sih jadi orang!”
Nabi Muhammad saw pun mengajarkan dalam haditsnya, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia mengatakan yang baik, atau diam.” (HR. Bukhari)
4. Bicara apa adanya. Jangan mudah untuk menambah ucapan atau terpancing untuk menambah-nambah apa yang sebenarnya tidak terjadi, karena biasanya nanti ujungnya jadi bohong. Bahasa kerennya mungkin LEBAY alias terlalu berlebihan. Misalkan seorang pedagang lagi mau jual mobil dan dia tau kalau kualitas mobil itu biasa-biasa aja, ya sudah bilang aja apa adanya. Jangan dilebih-lebihin bilang mobil tersebut kualitas nomer 1, bisa terbang di jalanan, cuma ada satu-satunya di dunia, dan yang naik mobil ini keliatan seperti Brad Pitt dari luar kaca. Itu bohong bin ngibul namanya.
5. Bohong itu dosa dan penyakit berbahaya. Sebagai makhluk beragama yang beriman kepada Allah Swt, maka normalnya pasti ada perasaan takut dengan dosa. Kalau ada orang udah ga takut sama dosa, itu gawat banget, karena hatinya udah ketutup. Berbohong itu jelas dosa, dan dosa yang menumpuk akan menyeret kita ke neraka. Semakin sering kita berbohong, semakin sering lagi akan ada kebohongan yang lain untuk menutupi kebohongan kita di awal. Jadinya tambah banyak dosa dehh.. Cape dehhh…
6. Jangan terbiasa asbun dan asbak. Asbun singkatan dari asal bunyi dan asbak adalah asal nyablak hehehe.. Biasakanlah memiliki data dan fakta yang jelas sebelum berbicara. Orang yang punya kebiasaan asbun dan asbak bisa dipastikan akan terus digerogoti kebiasaan tersebut sampai akhir hayat. Akibatnya, orang di sekeliling kita sudah tidak akan pernah percaya lagi karena namanya sudah rusak. Kalau pun kebohongan tersebut berusaha ditutup-tutupi, bagaimanapun juga pasti akan diketahui oleh orang lain (bagaikan bangkai yang lama-lama baunya akan tercium juga).
7. Banyak-banyaklah bergaul dengan pembohong. Lho kok aneh banget sarannya? Ya iya, untuk merasakan bagaimana rasanya tidak enak dibohongi kita harus merasakan dulu jadi korban dikibulin, ditipu, dikadali, dibohongi dan lain sebagainya oleh orang yang lebih jago bohong daripada kita. Dengan tahu sakit kalau dibohongi maka kita tidak akan melakukan hal itu kepada orang lain. Setuju? :)
Sekian tulisan bagian pertama tentang honest dari tiga seri tulisan mengenai kualitas 3H’s. Semoga kita semua bisa menjadi pribadi-pribadi yang lebih jujur dimulai dari sekarang. Karena dengan kejujuran, InshaAllah kita akan mendapatkan balasan dari Sang Maha Pencipta berupa sebuah Surga yang akan kekal tinggal di dalamnya.
Allah Swt berfirman, “Ini adalah suatu hari yang bermanfa’at bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapnya . Itulah keberuntungan yang paling besar.” (QS. Al-Maidah [5]: 119)
.March 11, 2011 by Muhammad Assad
Rabu, 12 Oktober 2011
PUASA ITU MENYEHATKAN
Puasa Itu Menyehatkan
Oleh dr. H. Naharus Surur
PENDAHULUAN
Shaum atau yang lebih dikenal dengan sebutan puasa merupakan suatu kewajiban yang dilaksanakan tidak hanya Umat Muhammad tetapi juga oleh umat terdahulu sebagaimana tercantum dalam firman Allah QS 2:183.
Al Qurtubi dalam Al Jami'Li Ahkamil Qur'an pada saat menjelaskan ayat "Kama Kutiba 'Alal Ladzina Minqoblikum (artinya sebagaimana telah ditetapkan atas orang-orang sebelum kamu)" mengatakan bahwa Asy-Sy'bi, Qotadah dan lain-lain menandaskan bahwa penyerupaan (tasybih) disini, kembali pada waktu berpuasa dan kadar lama berpuasa. Sebenarnya Allah telah memfardhukan atas umat Nabi Musa dan Nabi Isa puasa Ramadhan, akan tetapi mereka merubahnya. Pada suatu ketika salah seorang pendeta sakit, lalu bernazar "Jika Allah menyembuhkannya dia akan menambah sepuluh hari lagi". Selain itu puasa juga dilakukan oleh orang mesir kuno, Yunani, orang Hindu dan umat yang lainnnya. Hasil penelitian para dokter menunjukkan bahwa manusia bukanlah satu-satunya mahluk hidup dimuka bumi ini juga melakukan puasa. Hewan berpuasa; seperti burung, ikan-ikan, serangga dan yang lain-lain. Mereka melakukan puasa dengan cara sesuai dengan dunianya, yaitu ada yang masuk lubang dengan tidak makan dan bergerak selama berhari-hari bahkan ada yang berbulan-bulan, burung yang tinggal di sarangnya pada musim tertentu, ikan yang masuk ke lubang di sungai atau di laut untuk beberapa masa tertentu.
Shaum juga merupakan salah satu ibadah yang sangat istimewa kedudukannya disisi Allah, ini sesuai dengan haidst "Segala amalan kebajikan anak Adam dilipatgandakan pahalanya dari sepuluh hingga 700 kali. Allah berfirman : "Kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku dan Aku memberikan balasan (pahala) kepadanya; ia telah meninggalkan syahwat dan makan minumnya lantaran Aku". Seorang yang berpuasa memperoleh dua kesenangan: Kesenangan dikala berbuka dan kesenangan dikala berhadapan dengan Allah. Dan benar-benar bau busuk mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi disisi Allah dari pada bau kasturi (HR. Muslim dari Abu Hurairah). Selain itu puasa juga memiliki keistimewaan-keistimewaan bila ditinjau dari segi kesehatan sesuai dengan hadist "Shumu tashihhu". Untuk mengurai lebih jauh tentang hadist tersebut diatas, maka kami akan uraikan dalam tulisan ini.
MANFAAT PUASA
Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda "Shumu tashihhu" (berpuasalah niscaya kamu akan sehat (HR. Thabrani) ). Sabda Rasulullah ini mengisyaratkan bahwa dibalik puasa tersebut ada hikmah bagi kesehatan manusia, baik kesehatan jasmani, rohani dan sosial. Sabda Rasulullah tersebut telah dibuktikan oleh para sarjana kedokteran baik itu kesehatan jasmani, rohani maupun kesehatan sosial. Ini sesuai dengan definisi sehat yang dibuat oleh WHO, sehat ialah kondisi baik tidak hanya jasmani, tetapi juga rohani dan sosial. Berikut ini akan kita uraikan lebih jauh tentang dampak-dampak positif puasa terhadap kehidupan manusia.
Dampak puasa terhadap kesehatan jasmani
Shaum memberikan manfaat secara fisik walaupun itu bukan tujuannya. Tujuan shaum adalah untuk menggapai taqwa dan taat kepada Allah. Ini disinggung karena orang-orang jahil yang menuduh bahwa shaum itu merusak fisik manusia. Dan sebagai jawaban penulis nukilkan beberapada percobaan ilmiah yang dilakukan oleh para pakar dibidang kedokteran beserta komentarnya. Bertitik tolak dari hadist Nabi SAW bahwa dengan berpuasa kita akan sehat dan itu digunakan sebagai landasan teoritik, terdapat dua dimensi yang perlu dianalisis lebih lanjut, yakni (1) puasa yang bagaimanakah yang dapat memberikan manfaat pada kesehatan; dan (2) kesehatan dalam bentuk apa yang dapat dipelihara atau ditingkatkan melalui aktivitas puasa. Untuk tujuan inilah, perlu ada pengamatan perubahan fisik yang terjadi pada seseorang yang menjalankan puasa dengan mencermati faktor psikis, sehingga akan dapat diungkapkan seberapa jauh kegiatan puasa dapat menjadikannya lebih sehat.
Oleh karena itu kita akan melihat hasil penelitian dampak puasa terhadap :
Fungsi Kimiawi Tubuh (metabolisme), Termasuk disini adalah Kadar gula darah, kolesterol, SGOT, SGPT, HDL, LDL, Trigliserida
Fungsi Fisiologi
Therapi atau Pengobatan
Untuk mengurai lebih jauh tentang dampak puasa terhadap ketiga hal tersebut, maka kami akan menjelaskan hal tersebut diatas lebih rinci dibawah ini :
Pengaruh Puasa terhadap Metabolisme
Secara bukti empirik bahwa puasa dapat mempengaruhi metabolisme tubuh manusia. Disamping jaringan otot dan lemak, peran liver sangat besar dalam menyediakan glukose sebagai bahan bakar utama untuk menunjang kehidupan. Dalam kondisi sedang berpuasa, liver melepaskan cadangan glukose dan aktif membentuk glukose baru dari sisa pembakaran glukose sebagai bahan limbah metabolisme.
Disamping itu puasa juga mempengaruhi metabolisme lemak. Sebagai cadangan bahan bakar, lemak juga memiliki fungsi struktural dalam tubuh manusia yang dapat mengendalikan keseimbangan kadar unsur-unsurnya; seperti kolesterol, trigliserida, HDL, LDL. Peran liver pun sangat besar dalam proses ini. Adanya gangguan keseimbangan lemak dapat juga menjurus pada timbulnya penyakit berupa gangguan pada sirkulasi darah dan jantung. Perlu diketahui bahwa timbulnya penyakit semacam itu dewasa ini ternyata cenderung meningkat seiring dengan semakin majunya peradaban manusia.
Dibawah ini akan kita lihat hasil penelitian, pengaruh puasa terhadap fungsi kimiawi tubuh.
Pengaruh Puasa terhadap Susunan Darah
Tidak ada pengaruh terhadap frekwensi denyut jantung dan suhu badan akibat shaum. Juga kondisi hemoglobin (Hb) tetap sebagaimana biasa. Ini disebabkan waktu shaum tidak cukup untuk menimbulkan pengaruh terhadap Hb. Ini tentunya juga tidak menimbulkan perubahan berarti pada tensi darah secara umum, meski ada sedikit penurunan tensi darah pada sebagian kondisi diawal Ramadhan.
Pengaruh Puasa terhadap Assimilasi Kalori bagi Sel
Tidak ada perubahan yang terlihat pada kadar assimilasi pokok didalam sel-sel tubuh selama masa shaum. Tetapi pada wanita hamil malah meningkat, berkisar antara 15,1 kalorimeter (lebih dari biasanya) pada hari-hari pertama shaum. Hasil dalam batas potensi tubuh jika kondisi hamil tidak dimasukkan.
Pengaruh Puasa terhadap Gula Darah
A B C D E
Tidak Shaum 92 97 90 88 93
Rata-rata Tingkat Gula darah pada orang puasa 84 80 80 74 86
Wanita Hamil 88 84 72 68 81
A = Sebelum Ramadhan
B,C,D = Hari pertama hari ke-10 akhir Ramadhan
E = Sebulan sesudah Ramadhan
Dari tabel tersebut nampak ada penurunan yang menyolok pada tingkatan jumlah gula darah dalam darah. Tapi ini masih dalam batas normal (70% mg-110 mg).
Pengaruh Puasa terhadap SGOT, SGPT, Fosfat alkalin, Albumin, Globulin dan Protein darah total.
Hasil penelitian pengaruh puasa terhadap Fungsi Hati tersebut adalah normal.
Pengaruh Puasa terhadap Laju Metabolik Basal (Basal Metabolic Rate, BMR)
Hasil penelitian pengaruh puasa terhadap BMR adalah dalam batas normal. Yodium yang mengikat protein normal. Hanya jika puasa diperpanjang maka BMR turun, seperti halnya pada kegiatan fisik berat. Ini menjamin bahwa turunnya berat badan tidak berlebihan. Dengan turunnya BMR, denyut nadi dan tekanan darah juga turun.
Pengaruh Puasa terhadap Laju Filtrasi Glomerular
Hasil penelitian pengaruh puasa terhadap LFG adalah normal dan gravitasi spesifik air kencing tetap konstan seluruhnya. Nitrogen urea darah normal.
Pengaruh Puasa terhadap Magnesium (Mg)
Selama berpuasa Mg darah meningkat. Beberapa reaksi ion magnesium dapat menimbulkan pengaruh kardioprotektif sehingga kini magnesium sering digunakan dalam pengobatan jantung.
Pengaruh Puasa terhadap fungsi Fisiologi tubuh
Tubuh manusia memiliki mekanisme alamiah yang digunakan untuk mangatasi kondisi-kondisi yang tak diinginkan, agar tetap dalam kondisi normal. Mekanisme alamiah ini disebut sebagai Hemeostatis. Dalam keadaan puasa selama 14 jam tubuh tidak mendapatkan supplai makanan, akan tetapi tubuh tetap bertahan. Ini disebabkan tubuh masih memiliki cadangan energi dalam bentuk lemak yang berasal dari karbohidrat yang disimpan dalam bentuk glikogen. Cadangan energi ini mampu bertahan sampai 25 jam. Dengan demikian, mereka yang berpuasa jangan khawatir menjadi sakit karena memiliki mekanisme alamiah untuk mempertahankan dirinya.
Dibawah ini kita akan mengetahui pengaruh mekanisme puasa terhadap fungsi fisiologi tubuh adalah :
Pengaruh Puasa terhadap Otak
Pengaruh puasa terhadap daya ingat sangat besar. Ini diakibatkan oleh karena puasa mengakibatkan tidur semakin nyenyak, dan pada saat tidur nyenyak tersebut terjadi sintesis protein yang digunakan untuk memulihkan fungsi otak.
Pengaruh Puasa terhadap Jantung
Dengan puasa jantung semakin sehat, oleh karena otot-otot jantung diberikan isitrahat yang cukup untuk mengadakan recovery. Selain itu juga ada ion Mg yang berfungsi sebagai kardioprotektor.
Kadar plasma Mg rendah selama satu atau dua hari setelah Myocardial infarction dan peluang pasien untuk sembuh dari serangan jantung meningkat bila Mg segera diberikan setelah serangan jantung. Puasa mengecilkan tingkat kematian dalam Myocardial infarction, kemungkinan dengan mengurangi resiko Arrhytmia serius, terutama ventricular vibrillation yang disebabkan oleh kenaikan konsentrasi lokal katekolamin. Kekurangan Mg meningkat ketegangan nadi jantung.
Pengaruh Puasa terhadap Sistem Pencernaan
Diluar bulan Ramadhan alat pencernaan kita bekerja extra keras selama hampir 11 bulan dari 12 bulan dalam satu tahun. Oleh karena itu sepantasnyalah alat pencernaan ini diberi istirahat, paling sedikit satu bulan dalam satu tahun.
Makanan yang masuk kedalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam, yaitu empat jam diproses didalam lambung dan empat jam didalam usus kecil. Jika makan sahur dilakukan pada pukul empat pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai berbuka kurang lebih selama 6 jam, alat pencernaan mengalami istirahat total. Hal ini terjadi selama satu bulan. Masa ini cukup untuk membersihkan makanan yang tertimbun dalam usus besar dan memberikan kepada usus besar untuk beristirahat dari proses pencernaan. Oleh karena itu dalam bulan puasa usus besar bersih dari makanan yang bertumpuk, suatu hal yang menjadikan makanan tidak masam karena tidak dicerna dan membebaskan seseorang dari gas dan bau yang tidak sedap dan rusaknya alat pencernaan.
Selama proses pencernaan didalam lambung, makanan berubah wujud menjadi seperti bubur dengan tingkat keasaman tertentu. Selanjutnya didalam usus kecil diproses, disaring dan diserap sampai tingkat molekular yang amat lembut, yang disebut sari-sari makanan. Setelah proses ini, sari-sari makanan yang mengandung gizi berproses menjadi darah, yang kemudian disupplai keseluruh tubuh.
Mekanisme kerja lambung pada saat puasa
SAHUR (Kurang lebih pukul 04.00 pagi)
Selama empat jam setelah sahur -- Makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dilambung, untuk selanjutnya dikirim ke usus kecil
Empat jam berikutnya -- Makanan diubah dari wujud bubur menjadi sari-sari makanan di usus kecil, selanjutnya disupplai keseluruh tubuh melalui pembuluh darah (Kurang lebih pukul 12.00 siang)
Enam jam berikutnya -- Alat-alat pencernaan (lambung dan usus kecil) mengalami istirahat selama kurang lebih enam jam (pukul 12.00-18.00)
BERBUKA PUASA (Kurang lebih pukul 18.00 sore)
Total : Kurang lebih empat belas jam selamanya, mulai dari setelah sahur sampai berbuka, tubuh orang yang berpuasa tidak disupplai oleh makanan.
Pengaruh Puasa terhadap Ginjal
Laju filtrasi Glomerular normal, dan gravitasi spesifik air kencing tetap konstan seluruhnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan apapun pada fungsi kedua ginjal selama shaum dan justru selama ginjal menguraikan timbunan zat sisa yang membahayakan tubuh seperti elektrolit ataupun purin yang dapat menimbulkan penyakit Gout.
Pengaruh Puasa terhadap Hepar (Hati)
Dalam kondisi sedang berpuasa, liver melepaskan cadangan glukose dan aktif membentuk glukose baru dari sisa pembakaran glukose sebagai limbah metabolisme.
Aktivitas pelepasan cadangan dan pembentukan glukose baru yang disentralisasi di liver merupakan hasil proses tubuh yang sangat komplek dalam rangka mempertahankan keseimbangan lingkungan dalam tubuh. Proses ini melibatkan hampir seluruh subsistem dan organ tubuh, termasuk didalamnya sistem hormon dan susunan syaraf pusat. Pengendalian fungsi hati dalam metabolisme sangat bergantung pada hormon pankreas, insulin dan glukagon. Hormon insulin bekerja menghambat pembentukan glukose, sedangkan glukagon justru memacu pembentukan serta pelepasan glukose. Sementara itu pelepasan hormon pankreas dipengaruhi oleh kadar glukose plasma (gula darah). Apabila glukose darah turun maka pelepasan insulin dihambat, sedangkan pelepasan glukagon dipacu, sehingga hati akan meningkatkan glukoneogenesis (pembentukan glukose baru) dan melepaskan glukosenya ke darah.
Pengaruh Puasa terhadap Kulit
Setiap saat tubuh mengalami metabolisme energi, yaitu peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi energi potensial dalam tubuh. Sisanya akan disimpan didalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, serta dalam bentuk lemak dan glikogen. Cadangan gizi inilah yang sewaktu-waktu akan dibakar menjadi energi jika tubuh tidak mendapat supplai pangan dari luar. Ketika berpuasa, cadangan energi yang tersimpan dalam organ-organ tubuh serta sel-sel penyimpannya. Peristiwa ini lazim disebut Peremajaan Sel. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila orang yang sering berpuasa, kulitnya akan menjadi lebih segar dan lembut.
Pengaruh Puasa terhadap Hormon
Pada saat-saat tertentu, misalnya disaat sedih, gembira, cemas, bersikap sosial dan yang lainnya. Kelenjar endoktrin menghasilkan zat-zat kimia yang mengeluarkan hormon. Jika tugasnya sudah selesai, pengeluaran hormon dihentikan untuk sementara, sambil menunggu tugas yang sama. Idealnya, hormon-hormon tersebut berfungsi secara seimbang didalam tubuh. Kelebihan atau kekurangan hormon tertentu berakibat buruk bagi kesehatan. Misalnya, kekurangan hormon insulin akan mengakibatkan terkena penyakit. Diabetes Melitus, sedang bila kelebihan akan mengakibatkan hiperglikemia. Demikian dengan hormon-hormon lainnya, kekurangan atau kelebihan produksinya akan menghasilkan efek yang kurang baik bagi tubuh dan kesehatan.
Meningkatkan Fungsi Organ Tubuh
Berpuasa berarti memberikan kesempatan interval selama kurang lebih empat belas jam bagi kerja organ-organ tubuh, seperti : lambung, ginjal, liver. Selama itu tubuh tidak menerima makanan ataupun minuman, sehingga menimbulkan efek berupa rangsangan terhadap seluruh sel, jaringan tubuh dan organ tubuh. Efek rangsangan ini akan menghasilkan, memulihkan dan meningkatkan fungsi-fungsi organ sesuai dengan fungsi fisiologisnya, misalnya panca indra menjadi tajam.
Pengaruh Puasa terhadap Therapi Penyakit
Berdasarkan penelitian para pakar kesehatan, disamping puasa berdampak menyehatkan fisik juga memiliki efek terhadap penyembuhan penyakit. Penelitian tersebut dilakukan diberbagai tempat seperti Jepang, Korea, Perancis, China, Taiwan dan Amerika Serikat.
Penyakit-penyakit yang biasanya dapat disembuhkan oleh puasa adalah penyakit yang diakibatkan oleh karena terlalu banyak mengkonsumsi salah satu Zat Gizi; baik itu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
Pada hal didalam Islam telah diatur tata cara makan yang sehat yang sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an surah Al A'rof ayat 31 yang artinya sebagai berikut : "… Makan dan minumlah tetapi jangan melampaui batas. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya". (QS 7:31)
Nabi Muhammad SAW telah bersabda, yang artinya : "Kami makan hanya bila merasa lapar, dan kalau makan tidak sampai kenyang".
Sabda Rasulullah yang lain "Perut adalah rumah penyakit dan pencegahan adalah pangkal obat. Dan asal semua penyakit adalah mengisi perut dengan berlebih-lebihan".
Sabda Rasulullah yang lain lagi "Tidaklah suatu tempat yang dipenuhi oleh bani Adam lebih jelek dari perutnya, padahal yang dibutuhkan oleh bani Adam sebatas penyangga tulang rusuk, kalau toh harus memenuhinya, maka sepertiga untuk makannya sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya".
Penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan oleh puasa tersebut adalah :
Diabetes Mellitus (Penyakit Kencing Manis)
Bila kita dalam mengkonsumsi karbohidrat berlebihan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan terjadinya penumpukan gula darah (glukose) dalam darah dan ini akan mengakibatkan timbulnya penyakit kencing manis.
Hal tersebut terjadi karena terlalu banyak makan mengakibatkan kelenjar ludah perut lelah, sehingga pankreas tidak cukup lagi menghasilkan insulin yang berfungsi mengolah gula. Gula yang tidak dapat diolah tersebut tetap beredar didarah, kemudian dikeluarkan melalui air kencing sehingga rasanya manis dan akibatnya kencing tersebut dikerubungi oleh semut.
Selain itu kelebihan gula didalam darah juga dapat menimbulkan Obesitas (kegemukan).
Pencegahan penyakit Kencing Manis dan Obesitas tesebut melalui Puasa, baik itu puasa sunah ataupun puasa Ramadhan. Selain itu juga melakukan olah raga yang teratur.
Hyperkolesterolaemia
Bila kita makan terlalu banyak, terutama lemak akan mengakibatkan kelebihan lemak yang akan disimpan didalam jaringan. Sampai suatu saat jaringan lemak tidak dapat lagi menampung, sehingga lemak tersebut beredar didalam darah, maka terjadilah Hyperkolesterolaemia. Kelebihan lemak didalam darah tersebut akan tertimbun di pembuluh darah dan akan mengakibatkan Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah) dan ini akan sangat membahayakan bagi organ-organ yang mendapatkan aliran darah dari pembuluh darah yang telah menyempit tersebut. Sehingga organ tersebut akan kekurangan darah dan dapat menimbulkan kematian bila yang terkena tersebut adalah organ vital seperti jantung.
Penimbunan lemak tersebut juga bisa terjadi ditempat lain seperti pada Hati, Otak, Benjolan-benjolan dibawah kulit seperti Atherum Cyste, Lipoma (jaringan lemak yang jinak), dll.
Dengan puasa maka kelebihan-kelebihan lemak tersebut akan dibakar sebagai cadangan energi sehingga lemak tersebut akan berkurang sampai hilang sama sekali.
Gout
Penyakit ini diakibatkan oleh karena tubuh kebanyakan protein. Protein tersebut yang diurai dan tidak dipakai sehingga menumpuk di sendi-sendi di seluruh tubuh manusia. Akibatnya sendi-sendi tersebut bengkakdan menimbulkan rasa nyeri. Dengan puasa penumpukan protein tersebut akan hilang bila belum terlalu parah.
Hipertensi (Darah Tinggi)
Salah satu penyebab penyakit ini adalah kelebihan garam (Natrium) didalam darah. Therapinya dengan diet (puasa) rendah garam.
Obesitas
Ini diakibatkan tubuh kelebihan terhadap zat gizi baik itu karbohidrat ataupun lemak. Untuk menghilangkan kegemukan tersebut, di luar negeri melakukan Starvation Diet (diet lapar), Dan didalam Islam dengan melakukan puasa.
Ulkus Peptikum
Penyakit ini adalah kerusakan mukosa lambung yang timbul atas pengaruh asam dan pepsin. Penyakit ini mengakibatkan produksi asam lambung yang berlebihan sehingga mengakibatkan kerusakan dinding lambung, oleh karena asam lambung tersebut bersifat korosif terhadap dinding lambung.
Pada saat puasa, getah lambung hanya akam memproduksi asam lambung dalam jumlah sedikit. Hal ini oleh karena ada pengaruh dari Niat, yaitu kesengajaan untuk menunda jam lapar.
Indikasi-indikasi kesempurnaan Puasa yang dapat memberikan dampak terhadap kesehatan :
Menyegerakan Berbuka Puasa
Dianjurkan orang yang berpuasa segera berbuka sebagaimana telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW baik melalui qoul (perkataan)-nya mapun melalui fi'il (perbuatan)-nya. Dalam Hadist riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya :
"Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka".
"Agama Islam senantiasa jaya selama umat Islam menyegerakan berbuka. Sebab orang-orang Yahudi dan Nasrani (biasa) mengakhirkannya" (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Huzaemah dan Hakim).
"Bahwa Nabi SAW biasa berbuka dengan beberapa ruthab (kurma yang baru masak) sebelum mengerjakan shalat, Jika tidak ada, dengan beberapa tamer (kurma kering). Jika tidak ada (juga), beliau minum air dengan beberapa teguk" (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Imam Ahmad).
Bagi negara-negara yang tidak dapat ruthab dan tamer dapat memakan makanan-makanan atau buah-buahan yang manis. Apa sebab Rasulullah menganjurkan makan makanan yang manis? Ini disebabkan karena kurma atau makanan yang manis mengandung Karbohidrat sederhana, yang langsung masuk dalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung melejit dan dapat digunakan untuk energi. Selain kurma, karbohidrat sederhana juga pada makanan yang manis seperti : es krim, jelly, selai, sirup, minuma ringan dan permen.
Selain karbohidrat sederhana ada juga Karbohidrat kompleks yaitu jenis karbohidrat yang memiliki ikatan kimiawi yang lebih dari satu rantai glukosa, sedang yang sederhana tadi mengandung satu rantai glukosa. Contoh karbohidrat kompleks adalah roti, nasi dan kentang, harus diuraikan dulu menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap dalam aliran darah dulu.
Mengakhirkan Sahur
Diantara amalan yang disunahkan oleh Nabi SAW bagi orang yang berpuasa adalah sahur yang diakhirkan. Hal ini dimaksudkan agar orang yang berpuasa mampu menjalankan puasa dan menahan lapar dan haus terutama waktu siangnya lebih lama daripada malamnya. Kita lihat sabda Rasulullah dibawah ini :
"Hendaklah kamu bersahur karena sesungguhnya didalam bersahur itu ada barokah" (HR. Bukhari dan Muslim)
"Perbedaan puasa kami dengan ahli kitab ialah makan sahur" (HR. Muslim, Abu Daud, Nasa'i, Tirmidzi).
"Sahur-sahur semuanya adalah (mengandung) barokah. Karena itu janganlah kamu tinggalkan maupun seorang diantara kamu minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah azza wa Jalla dan pada Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang bersahur" (HR. Imam Ahmad).
Hadist tersebut diatas semua menunjukkan bahwa kita semua disunahkan untuk mengakhirkan sahur. Ini mengandung hikmah yang dalam untuk mengoptimalkan puasa kita.
Bila kita mengakhirkan sahur (04.00) itu artinya bahwa waktu untuk timbulnya rasa lapar tersebut akan lebih lama. Proses pencernaan tersebut memerlukan waktu kurang lebih 8 jam (mulai dari mulut sampai usus kecil) dan itu berarti bahwa siang baru terasa lapar. Lapar yang dimaksud disini adalah disebabkan karena makanan-makanan meninggalkan lambung dan usus kecil dan ini dampaknya tidak apa-apa, bisa diatasi dengan sedikit menekan perut, maka akan hilang rasa lapar tersebut. Dan bukan karena lapar oleh karena kekurangan gula darah. Bila kekurangan gula darah bisa mengakibatkan lemas bahkan sampai pingsan.
Oleh dr. H. Naharus Surur
PENDAHULUAN
Shaum atau yang lebih dikenal dengan sebutan puasa merupakan suatu kewajiban yang dilaksanakan tidak hanya Umat Muhammad tetapi juga oleh umat terdahulu sebagaimana tercantum dalam firman Allah QS 2:183.
Al Qurtubi dalam Al Jami'Li Ahkamil Qur'an pada saat menjelaskan ayat "Kama Kutiba 'Alal Ladzina Minqoblikum (artinya sebagaimana telah ditetapkan atas orang-orang sebelum kamu)" mengatakan bahwa Asy-Sy'bi, Qotadah dan lain-lain menandaskan bahwa penyerupaan (tasybih) disini, kembali pada waktu berpuasa dan kadar lama berpuasa. Sebenarnya Allah telah memfardhukan atas umat Nabi Musa dan Nabi Isa puasa Ramadhan, akan tetapi mereka merubahnya. Pada suatu ketika salah seorang pendeta sakit, lalu bernazar "Jika Allah menyembuhkannya dia akan menambah sepuluh hari lagi". Selain itu puasa juga dilakukan oleh orang mesir kuno, Yunani, orang Hindu dan umat yang lainnnya. Hasil penelitian para dokter menunjukkan bahwa manusia bukanlah satu-satunya mahluk hidup dimuka bumi ini juga melakukan puasa. Hewan berpuasa; seperti burung, ikan-ikan, serangga dan yang lain-lain. Mereka melakukan puasa dengan cara sesuai dengan dunianya, yaitu ada yang masuk lubang dengan tidak makan dan bergerak selama berhari-hari bahkan ada yang berbulan-bulan, burung yang tinggal di sarangnya pada musim tertentu, ikan yang masuk ke lubang di sungai atau di laut untuk beberapa masa tertentu.
Shaum juga merupakan salah satu ibadah yang sangat istimewa kedudukannya disisi Allah, ini sesuai dengan haidst "Segala amalan kebajikan anak Adam dilipatgandakan pahalanya dari sepuluh hingga 700 kali. Allah berfirman : "Kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku dan Aku memberikan balasan (pahala) kepadanya; ia telah meninggalkan syahwat dan makan minumnya lantaran Aku". Seorang yang berpuasa memperoleh dua kesenangan: Kesenangan dikala berbuka dan kesenangan dikala berhadapan dengan Allah. Dan benar-benar bau busuk mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi disisi Allah dari pada bau kasturi (HR. Muslim dari Abu Hurairah). Selain itu puasa juga memiliki keistimewaan-keistimewaan bila ditinjau dari segi kesehatan sesuai dengan hadist "Shumu tashihhu". Untuk mengurai lebih jauh tentang hadist tersebut diatas, maka kami akan uraikan dalam tulisan ini.
MANFAAT PUASA
Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda "Shumu tashihhu" (berpuasalah niscaya kamu akan sehat (HR. Thabrani) ). Sabda Rasulullah ini mengisyaratkan bahwa dibalik puasa tersebut ada hikmah bagi kesehatan manusia, baik kesehatan jasmani, rohani dan sosial. Sabda Rasulullah tersebut telah dibuktikan oleh para sarjana kedokteran baik itu kesehatan jasmani, rohani maupun kesehatan sosial. Ini sesuai dengan definisi sehat yang dibuat oleh WHO, sehat ialah kondisi baik tidak hanya jasmani, tetapi juga rohani dan sosial. Berikut ini akan kita uraikan lebih jauh tentang dampak-dampak positif puasa terhadap kehidupan manusia.
Dampak puasa terhadap kesehatan jasmani
Shaum memberikan manfaat secara fisik walaupun itu bukan tujuannya. Tujuan shaum adalah untuk menggapai taqwa dan taat kepada Allah. Ini disinggung karena orang-orang jahil yang menuduh bahwa shaum itu merusak fisik manusia. Dan sebagai jawaban penulis nukilkan beberapada percobaan ilmiah yang dilakukan oleh para pakar dibidang kedokteran beserta komentarnya. Bertitik tolak dari hadist Nabi SAW bahwa dengan berpuasa kita akan sehat dan itu digunakan sebagai landasan teoritik, terdapat dua dimensi yang perlu dianalisis lebih lanjut, yakni (1) puasa yang bagaimanakah yang dapat memberikan manfaat pada kesehatan; dan (2) kesehatan dalam bentuk apa yang dapat dipelihara atau ditingkatkan melalui aktivitas puasa. Untuk tujuan inilah, perlu ada pengamatan perubahan fisik yang terjadi pada seseorang yang menjalankan puasa dengan mencermati faktor psikis, sehingga akan dapat diungkapkan seberapa jauh kegiatan puasa dapat menjadikannya lebih sehat.
Oleh karena itu kita akan melihat hasil penelitian dampak puasa terhadap :
Fungsi Kimiawi Tubuh (metabolisme), Termasuk disini adalah Kadar gula darah, kolesterol, SGOT, SGPT, HDL, LDL, Trigliserida
Fungsi Fisiologi
Therapi atau Pengobatan
Untuk mengurai lebih jauh tentang dampak puasa terhadap ketiga hal tersebut, maka kami akan menjelaskan hal tersebut diatas lebih rinci dibawah ini :
Pengaruh Puasa terhadap Metabolisme
Secara bukti empirik bahwa puasa dapat mempengaruhi metabolisme tubuh manusia. Disamping jaringan otot dan lemak, peran liver sangat besar dalam menyediakan glukose sebagai bahan bakar utama untuk menunjang kehidupan. Dalam kondisi sedang berpuasa, liver melepaskan cadangan glukose dan aktif membentuk glukose baru dari sisa pembakaran glukose sebagai bahan limbah metabolisme.
Disamping itu puasa juga mempengaruhi metabolisme lemak. Sebagai cadangan bahan bakar, lemak juga memiliki fungsi struktural dalam tubuh manusia yang dapat mengendalikan keseimbangan kadar unsur-unsurnya; seperti kolesterol, trigliserida, HDL, LDL. Peran liver pun sangat besar dalam proses ini. Adanya gangguan keseimbangan lemak dapat juga menjurus pada timbulnya penyakit berupa gangguan pada sirkulasi darah dan jantung. Perlu diketahui bahwa timbulnya penyakit semacam itu dewasa ini ternyata cenderung meningkat seiring dengan semakin majunya peradaban manusia.
Dibawah ini akan kita lihat hasil penelitian, pengaruh puasa terhadap fungsi kimiawi tubuh.
Pengaruh Puasa terhadap Susunan Darah
Tidak ada pengaruh terhadap frekwensi denyut jantung dan suhu badan akibat shaum. Juga kondisi hemoglobin (Hb) tetap sebagaimana biasa. Ini disebabkan waktu shaum tidak cukup untuk menimbulkan pengaruh terhadap Hb. Ini tentunya juga tidak menimbulkan perubahan berarti pada tensi darah secara umum, meski ada sedikit penurunan tensi darah pada sebagian kondisi diawal Ramadhan.
Pengaruh Puasa terhadap Assimilasi Kalori bagi Sel
Tidak ada perubahan yang terlihat pada kadar assimilasi pokok didalam sel-sel tubuh selama masa shaum. Tetapi pada wanita hamil malah meningkat, berkisar antara 15,1 kalorimeter (lebih dari biasanya) pada hari-hari pertama shaum. Hasil dalam batas potensi tubuh jika kondisi hamil tidak dimasukkan.
Pengaruh Puasa terhadap Gula Darah
A B C D E
Tidak Shaum 92 97 90 88 93
Rata-rata Tingkat Gula darah pada orang puasa 84 80 80 74 86
Wanita Hamil 88 84 72 68 81
A = Sebelum Ramadhan
B,C,D = Hari pertama hari ke-10 akhir Ramadhan
E = Sebulan sesudah Ramadhan
Dari tabel tersebut nampak ada penurunan yang menyolok pada tingkatan jumlah gula darah dalam darah. Tapi ini masih dalam batas normal (70% mg-110 mg).
Pengaruh Puasa terhadap SGOT, SGPT, Fosfat alkalin, Albumin, Globulin dan Protein darah total.
Hasil penelitian pengaruh puasa terhadap Fungsi Hati tersebut adalah normal.
Pengaruh Puasa terhadap Laju Metabolik Basal (Basal Metabolic Rate, BMR)
Hasil penelitian pengaruh puasa terhadap BMR adalah dalam batas normal. Yodium yang mengikat protein normal. Hanya jika puasa diperpanjang maka BMR turun, seperti halnya pada kegiatan fisik berat. Ini menjamin bahwa turunnya berat badan tidak berlebihan. Dengan turunnya BMR, denyut nadi dan tekanan darah juga turun.
Pengaruh Puasa terhadap Laju Filtrasi Glomerular
Hasil penelitian pengaruh puasa terhadap LFG adalah normal dan gravitasi spesifik air kencing tetap konstan seluruhnya. Nitrogen urea darah normal.
Pengaruh Puasa terhadap Magnesium (Mg)
Selama berpuasa Mg darah meningkat. Beberapa reaksi ion magnesium dapat menimbulkan pengaruh kardioprotektif sehingga kini magnesium sering digunakan dalam pengobatan jantung.
Pengaruh Puasa terhadap fungsi Fisiologi tubuh
Tubuh manusia memiliki mekanisme alamiah yang digunakan untuk mangatasi kondisi-kondisi yang tak diinginkan, agar tetap dalam kondisi normal. Mekanisme alamiah ini disebut sebagai Hemeostatis. Dalam keadaan puasa selama 14 jam tubuh tidak mendapatkan supplai makanan, akan tetapi tubuh tetap bertahan. Ini disebabkan tubuh masih memiliki cadangan energi dalam bentuk lemak yang berasal dari karbohidrat yang disimpan dalam bentuk glikogen. Cadangan energi ini mampu bertahan sampai 25 jam. Dengan demikian, mereka yang berpuasa jangan khawatir menjadi sakit karena memiliki mekanisme alamiah untuk mempertahankan dirinya.
Dibawah ini kita akan mengetahui pengaruh mekanisme puasa terhadap fungsi fisiologi tubuh adalah :
Pengaruh Puasa terhadap Otak
Pengaruh puasa terhadap daya ingat sangat besar. Ini diakibatkan oleh karena puasa mengakibatkan tidur semakin nyenyak, dan pada saat tidur nyenyak tersebut terjadi sintesis protein yang digunakan untuk memulihkan fungsi otak.
Pengaruh Puasa terhadap Jantung
Dengan puasa jantung semakin sehat, oleh karena otot-otot jantung diberikan isitrahat yang cukup untuk mengadakan recovery. Selain itu juga ada ion Mg yang berfungsi sebagai kardioprotektor.
Kadar plasma Mg rendah selama satu atau dua hari setelah Myocardial infarction dan peluang pasien untuk sembuh dari serangan jantung meningkat bila Mg segera diberikan setelah serangan jantung. Puasa mengecilkan tingkat kematian dalam Myocardial infarction, kemungkinan dengan mengurangi resiko Arrhytmia serius, terutama ventricular vibrillation yang disebabkan oleh kenaikan konsentrasi lokal katekolamin. Kekurangan Mg meningkat ketegangan nadi jantung.
Pengaruh Puasa terhadap Sistem Pencernaan
Diluar bulan Ramadhan alat pencernaan kita bekerja extra keras selama hampir 11 bulan dari 12 bulan dalam satu tahun. Oleh karena itu sepantasnyalah alat pencernaan ini diberi istirahat, paling sedikit satu bulan dalam satu tahun.
Makanan yang masuk kedalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam, yaitu empat jam diproses didalam lambung dan empat jam didalam usus kecil. Jika makan sahur dilakukan pada pukul empat pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai berbuka kurang lebih selama 6 jam, alat pencernaan mengalami istirahat total. Hal ini terjadi selama satu bulan. Masa ini cukup untuk membersihkan makanan yang tertimbun dalam usus besar dan memberikan kepada usus besar untuk beristirahat dari proses pencernaan. Oleh karena itu dalam bulan puasa usus besar bersih dari makanan yang bertumpuk, suatu hal yang menjadikan makanan tidak masam karena tidak dicerna dan membebaskan seseorang dari gas dan bau yang tidak sedap dan rusaknya alat pencernaan.
Selama proses pencernaan didalam lambung, makanan berubah wujud menjadi seperti bubur dengan tingkat keasaman tertentu. Selanjutnya didalam usus kecil diproses, disaring dan diserap sampai tingkat molekular yang amat lembut, yang disebut sari-sari makanan. Setelah proses ini, sari-sari makanan yang mengandung gizi berproses menjadi darah, yang kemudian disupplai keseluruh tubuh.
Mekanisme kerja lambung pada saat puasa
SAHUR (Kurang lebih pukul 04.00 pagi)
Selama empat jam setelah sahur -- Makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dilambung, untuk selanjutnya dikirim ke usus kecil
Empat jam berikutnya -- Makanan diubah dari wujud bubur menjadi sari-sari makanan di usus kecil, selanjutnya disupplai keseluruh tubuh melalui pembuluh darah (Kurang lebih pukul 12.00 siang)
Enam jam berikutnya -- Alat-alat pencernaan (lambung dan usus kecil) mengalami istirahat selama kurang lebih enam jam (pukul 12.00-18.00)
BERBUKA PUASA (Kurang lebih pukul 18.00 sore)
Total : Kurang lebih empat belas jam selamanya, mulai dari setelah sahur sampai berbuka, tubuh orang yang berpuasa tidak disupplai oleh makanan.
Pengaruh Puasa terhadap Ginjal
Laju filtrasi Glomerular normal, dan gravitasi spesifik air kencing tetap konstan seluruhnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan apapun pada fungsi kedua ginjal selama shaum dan justru selama ginjal menguraikan timbunan zat sisa yang membahayakan tubuh seperti elektrolit ataupun purin yang dapat menimbulkan penyakit Gout.
Pengaruh Puasa terhadap Hepar (Hati)
Dalam kondisi sedang berpuasa, liver melepaskan cadangan glukose dan aktif membentuk glukose baru dari sisa pembakaran glukose sebagai limbah metabolisme.
Aktivitas pelepasan cadangan dan pembentukan glukose baru yang disentralisasi di liver merupakan hasil proses tubuh yang sangat komplek dalam rangka mempertahankan keseimbangan lingkungan dalam tubuh. Proses ini melibatkan hampir seluruh subsistem dan organ tubuh, termasuk didalamnya sistem hormon dan susunan syaraf pusat. Pengendalian fungsi hati dalam metabolisme sangat bergantung pada hormon pankreas, insulin dan glukagon. Hormon insulin bekerja menghambat pembentukan glukose, sedangkan glukagon justru memacu pembentukan serta pelepasan glukose. Sementara itu pelepasan hormon pankreas dipengaruhi oleh kadar glukose plasma (gula darah). Apabila glukose darah turun maka pelepasan insulin dihambat, sedangkan pelepasan glukagon dipacu, sehingga hati akan meningkatkan glukoneogenesis (pembentukan glukose baru) dan melepaskan glukosenya ke darah.
Pengaruh Puasa terhadap Kulit
Setiap saat tubuh mengalami metabolisme energi, yaitu peristiwa perubahan dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi energi potensial dalam tubuh. Sisanya akan disimpan didalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, serta dalam bentuk lemak dan glikogen. Cadangan gizi inilah yang sewaktu-waktu akan dibakar menjadi energi jika tubuh tidak mendapat supplai pangan dari luar. Ketika berpuasa, cadangan energi yang tersimpan dalam organ-organ tubuh serta sel-sel penyimpannya. Peristiwa ini lazim disebut Peremajaan Sel. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila orang yang sering berpuasa, kulitnya akan menjadi lebih segar dan lembut.
Pengaruh Puasa terhadap Hormon
Pada saat-saat tertentu, misalnya disaat sedih, gembira, cemas, bersikap sosial dan yang lainnya. Kelenjar endoktrin menghasilkan zat-zat kimia yang mengeluarkan hormon. Jika tugasnya sudah selesai, pengeluaran hormon dihentikan untuk sementara, sambil menunggu tugas yang sama. Idealnya, hormon-hormon tersebut berfungsi secara seimbang didalam tubuh. Kelebihan atau kekurangan hormon tertentu berakibat buruk bagi kesehatan. Misalnya, kekurangan hormon insulin akan mengakibatkan terkena penyakit. Diabetes Melitus, sedang bila kelebihan akan mengakibatkan hiperglikemia. Demikian dengan hormon-hormon lainnya, kekurangan atau kelebihan produksinya akan menghasilkan efek yang kurang baik bagi tubuh dan kesehatan.
Meningkatkan Fungsi Organ Tubuh
Berpuasa berarti memberikan kesempatan interval selama kurang lebih empat belas jam bagi kerja organ-organ tubuh, seperti : lambung, ginjal, liver. Selama itu tubuh tidak menerima makanan ataupun minuman, sehingga menimbulkan efek berupa rangsangan terhadap seluruh sel, jaringan tubuh dan organ tubuh. Efek rangsangan ini akan menghasilkan, memulihkan dan meningkatkan fungsi-fungsi organ sesuai dengan fungsi fisiologisnya, misalnya panca indra menjadi tajam.
Pengaruh Puasa terhadap Therapi Penyakit
Berdasarkan penelitian para pakar kesehatan, disamping puasa berdampak menyehatkan fisik juga memiliki efek terhadap penyembuhan penyakit. Penelitian tersebut dilakukan diberbagai tempat seperti Jepang, Korea, Perancis, China, Taiwan dan Amerika Serikat.
Penyakit-penyakit yang biasanya dapat disembuhkan oleh puasa adalah penyakit yang diakibatkan oleh karena terlalu banyak mengkonsumsi salah satu Zat Gizi; baik itu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
Pada hal didalam Islam telah diatur tata cara makan yang sehat yang sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an surah Al A'rof ayat 31 yang artinya sebagai berikut : "… Makan dan minumlah tetapi jangan melampaui batas. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya". (QS 7:31)
Nabi Muhammad SAW telah bersabda, yang artinya : "Kami makan hanya bila merasa lapar, dan kalau makan tidak sampai kenyang".
Sabda Rasulullah yang lain "Perut adalah rumah penyakit dan pencegahan adalah pangkal obat. Dan asal semua penyakit adalah mengisi perut dengan berlebih-lebihan".
Sabda Rasulullah yang lain lagi "Tidaklah suatu tempat yang dipenuhi oleh bani Adam lebih jelek dari perutnya, padahal yang dibutuhkan oleh bani Adam sebatas penyangga tulang rusuk, kalau toh harus memenuhinya, maka sepertiga untuk makannya sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya".
Penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan oleh puasa tersebut adalah :
Diabetes Mellitus (Penyakit Kencing Manis)
Bila kita dalam mengkonsumsi karbohidrat berlebihan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan terjadinya penumpukan gula darah (glukose) dalam darah dan ini akan mengakibatkan timbulnya penyakit kencing manis.
Hal tersebut terjadi karena terlalu banyak makan mengakibatkan kelenjar ludah perut lelah, sehingga pankreas tidak cukup lagi menghasilkan insulin yang berfungsi mengolah gula. Gula yang tidak dapat diolah tersebut tetap beredar didarah, kemudian dikeluarkan melalui air kencing sehingga rasanya manis dan akibatnya kencing tersebut dikerubungi oleh semut.
Selain itu kelebihan gula didalam darah juga dapat menimbulkan Obesitas (kegemukan).
Pencegahan penyakit Kencing Manis dan Obesitas tesebut melalui Puasa, baik itu puasa sunah ataupun puasa Ramadhan. Selain itu juga melakukan olah raga yang teratur.
Hyperkolesterolaemia
Bila kita makan terlalu banyak, terutama lemak akan mengakibatkan kelebihan lemak yang akan disimpan didalam jaringan. Sampai suatu saat jaringan lemak tidak dapat lagi menampung, sehingga lemak tersebut beredar didalam darah, maka terjadilah Hyperkolesterolaemia. Kelebihan lemak didalam darah tersebut akan tertimbun di pembuluh darah dan akan mengakibatkan Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah) dan ini akan sangat membahayakan bagi organ-organ yang mendapatkan aliran darah dari pembuluh darah yang telah menyempit tersebut. Sehingga organ tersebut akan kekurangan darah dan dapat menimbulkan kematian bila yang terkena tersebut adalah organ vital seperti jantung.
Penimbunan lemak tersebut juga bisa terjadi ditempat lain seperti pada Hati, Otak, Benjolan-benjolan dibawah kulit seperti Atherum Cyste, Lipoma (jaringan lemak yang jinak), dll.
Dengan puasa maka kelebihan-kelebihan lemak tersebut akan dibakar sebagai cadangan energi sehingga lemak tersebut akan berkurang sampai hilang sama sekali.
Gout
Penyakit ini diakibatkan oleh karena tubuh kebanyakan protein. Protein tersebut yang diurai dan tidak dipakai sehingga menumpuk di sendi-sendi di seluruh tubuh manusia. Akibatnya sendi-sendi tersebut bengkakdan menimbulkan rasa nyeri. Dengan puasa penumpukan protein tersebut akan hilang bila belum terlalu parah.
Hipertensi (Darah Tinggi)
Salah satu penyebab penyakit ini adalah kelebihan garam (Natrium) didalam darah. Therapinya dengan diet (puasa) rendah garam.
Obesitas
Ini diakibatkan tubuh kelebihan terhadap zat gizi baik itu karbohidrat ataupun lemak. Untuk menghilangkan kegemukan tersebut, di luar negeri melakukan Starvation Diet (diet lapar), Dan didalam Islam dengan melakukan puasa.
Ulkus Peptikum
Penyakit ini adalah kerusakan mukosa lambung yang timbul atas pengaruh asam dan pepsin. Penyakit ini mengakibatkan produksi asam lambung yang berlebihan sehingga mengakibatkan kerusakan dinding lambung, oleh karena asam lambung tersebut bersifat korosif terhadap dinding lambung.
Pada saat puasa, getah lambung hanya akam memproduksi asam lambung dalam jumlah sedikit. Hal ini oleh karena ada pengaruh dari Niat, yaitu kesengajaan untuk menunda jam lapar.
Indikasi-indikasi kesempurnaan Puasa yang dapat memberikan dampak terhadap kesehatan :
Menyegerakan Berbuka Puasa
Dianjurkan orang yang berpuasa segera berbuka sebagaimana telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW baik melalui qoul (perkataan)-nya mapun melalui fi'il (perbuatan)-nya. Dalam Hadist riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya :
"Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka".
"Agama Islam senantiasa jaya selama umat Islam menyegerakan berbuka. Sebab orang-orang Yahudi dan Nasrani (biasa) mengakhirkannya" (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Huzaemah dan Hakim).
"Bahwa Nabi SAW biasa berbuka dengan beberapa ruthab (kurma yang baru masak) sebelum mengerjakan shalat, Jika tidak ada, dengan beberapa tamer (kurma kering). Jika tidak ada (juga), beliau minum air dengan beberapa teguk" (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Imam Ahmad).
Bagi negara-negara yang tidak dapat ruthab dan tamer dapat memakan makanan-makanan atau buah-buahan yang manis. Apa sebab Rasulullah menganjurkan makan makanan yang manis? Ini disebabkan karena kurma atau makanan yang manis mengandung Karbohidrat sederhana, yang langsung masuk dalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung melejit dan dapat digunakan untuk energi. Selain kurma, karbohidrat sederhana juga pada makanan yang manis seperti : es krim, jelly, selai, sirup, minuma ringan dan permen.
Selain karbohidrat sederhana ada juga Karbohidrat kompleks yaitu jenis karbohidrat yang memiliki ikatan kimiawi yang lebih dari satu rantai glukosa, sedang yang sederhana tadi mengandung satu rantai glukosa. Contoh karbohidrat kompleks adalah roti, nasi dan kentang, harus diuraikan dulu menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap dalam aliran darah dulu.
Mengakhirkan Sahur
Diantara amalan yang disunahkan oleh Nabi SAW bagi orang yang berpuasa adalah sahur yang diakhirkan. Hal ini dimaksudkan agar orang yang berpuasa mampu menjalankan puasa dan menahan lapar dan haus terutama waktu siangnya lebih lama daripada malamnya. Kita lihat sabda Rasulullah dibawah ini :
"Hendaklah kamu bersahur karena sesungguhnya didalam bersahur itu ada barokah" (HR. Bukhari dan Muslim)
"Perbedaan puasa kami dengan ahli kitab ialah makan sahur" (HR. Muslim, Abu Daud, Nasa'i, Tirmidzi).
"Sahur-sahur semuanya adalah (mengandung) barokah. Karena itu janganlah kamu tinggalkan maupun seorang diantara kamu minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah azza wa Jalla dan pada Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang bersahur" (HR. Imam Ahmad).
Hadist tersebut diatas semua menunjukkan bahwa kita semua disunahkan untuk mengakhirkan sahur. Ini mengandung hikmah yang dalam untuk mengoptimalkan puasa kita.
Bila kita mengakhirkan sahur (04.00) itu artinya bahwa waktu untuk timbulnya rasa lapar tersebut akan lebih lama. Proses pencernaan tersebut memerlukan waktu kurang lebih 8 jam (mulai dari mulut sampai usus kecil) dan itu berarti bahwa siang baru terasa lapar. Lapar yang dimaksud disini adalah disebabkan karena makanan-makanan meninggalkan lambung dan usus kecil dan ini dampaknya tidak apa-apa, bisa diatasi dengan sedikit menekan perut, maka akan hilang rasa lapar tersebut. Dan bukan karena lapar oleh karena kekurangan gula darah. Bila kekurangan gula darah bisa mengakibatkan lemas bahkan sampai pingsan.
Jumat, 02 September 2011
PUASA SUNNAH DI BULAN SYAWAL
Bulan Ramadhan sudah berlalu, Di Bulan Syawal ini amalan yang penuh dengan faedah. Amalan tersebut yaitu puasa enam hari di bulan Syawal. Apa saja faedah melaksanakan puasa tersebut? Berikut ini lima faedah puasa syawal:
Faedah pertama: Puasa syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.
Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh, -pen) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan). Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا) »
“Barangsiapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal][3].” Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal. Inilah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan pada umat Islam.
Cara melaksanakan puasa Syawal adalah:
Puasanya dilakukan selama enam hari.
Lebih utama dilaksanakan sehari setelah Idul Fithri, namun tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih di bulan Syawal.
Lebih utama dilakukan secara berurutan namun tidak mengapa jika dilakukan tidak berurutan.
Usahakan untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh. Dan ingatlah puasa Syawal adalah puasa sunnah sedangkan qodho’ Ramadhan adalah wajib. Sudah semestinya ibadah wajib lebih didahulukan daripada yang sunnah.
Faedah kedua: Puasa syawal seperti halnya shalat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib
Yang dimaksudkan di sini bahwa puasa syawal akan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada puasa wajib di bulan Ramadhan sebagaimana shalat sunnah rawatib yang menyempurnakan ibadah wajib. Amalan sunnah seperti puasa Syawal nantinya akan menyempurnakan puasa Ramadhan yang seringkali ada kekurangan di sana-sini. Inilah yang dialami setiap orang dalam puasa Ramadhan, pasti ada kekurangan yang mesti disempurnakan dengan amalan sunnah.
Faedah ketiga: Melakukan puasa syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan
Jika Allah subhanahu wa ta’ala menerima amalan seorang hamba, maka Dia akan menunjuki pada amalan sholih selanjutnya. Jika Allah menerima amalan puasa Ramadhan, maka Dia akan tunjuki untuk melakukan amalan sholih lainnya, di antaranya puasa enam hari di bulan Syawal. Hal ini diambil dari perkataan sebagian salaf,
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”
Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan perkataan salaf lainnya, ”Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”
Renungkanlah! Bagaimana lagi jika seseorang hanya rajin shalat di bulan Ramadhan (rajin shalat musiman), namun setelah Ramadhan shalat lima waktu begitu dilalaikan? Pantaskah amalan orang tersebut di bulan Ramadhan diterima?!
Faedah keempat: Melaksanakan puasa syawal adalah sebagai bentuk syukur pada Allah
Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu nikmat ampunan dosa yang begitu banyak di bulan Ramadhan. Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan shalat malam selama sebulan penuh adalah sebab datangnya ampunan Allah, begitu pula dengan amalan menghidupkan malam lailatul qadr di akhir-akhir bulan Ramadhan?!
Ibnu Rajab mengatakan, ”Tidak ada nikmat yang lebih besar dari pengampunan dosa yang Allah anugerahkan.” Sampai-sampai Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pun yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang banyak melakukan shalat malam. Ini semua beliau lakukan dalam rangka bersyukur atas nikmat pengampunan dosa yang Allah berikan. Ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya oleh istri tercinta beliau yaitu ’Aisyah radhiyallahu ’anha mengenai shalat malam yang banyak beliau lakukan, beliau pun mengatakan,
أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
”Tidakkah aku senang menjadi hamba yang bersyukur?
Begitu pula di antara bentuk syukur karena banyaknya ampunan di bulan Ramadhan, di penghujung Ramadhan (di hari Idul fithri), kita dianjurkan untuk banyak berdzikir dengan mengangungkan Allah melalu bacaan takbir ”Allahu Akbar”. Ini juga di antara bentuk syukur sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)
Faedah kelima: Melaksanakan puasa syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinu dan bukan musiman saja
Amalan yang seseorang lakukan di bulan Ramadhan tidaklah berhenti setelah Ramadhan itu berakhir. Amalan tersebut seharusnya berlangsung terus selama seorang hamba masih menarik nafas kehidupan.
Sebagian manusia begitu bergembira dengan berakhirnya bulan Ramadhan karena mereka merasa berat ketika berpuasa dan merasa bosan ketika menjalaninya. Siapa yang memiliki perasaan semacam ini, maka dia terlihat tidak akan bersegera melaksanakan puasa lagi setelah Ramadhan karena kepenatan yang ia alami. Jadi, apabila seseorang segera melaksanakan puasa setelah hari ’ied, maka itu merupakan tanda bahwa ia begitu semangat untuk melaksanakan puasa, tidak merasa berat dan tidak ada rasa benci.
Sebagai penutup, perhatikanlah perkataan Ibnu Rajab berikut, ”Barangsiapa melakukan dan menyelesaikan suatu ketaaatan, maka di antara tanda diterimanya amalan tersebut adalah dimudahkan untuk melakukan amalan ketaatan lainnya. Dan di antara tanda tertolaknya suatu amalan adalah melakukan kemaksiatan setelah melakukan amalan ketaatan. Jika seseorang melakukan ketaatan setelah sebelumnya melakukan kejelekan, maka kebaikan ini akan menghapuskan kejelekan tersebut. Yang sangat bagus adalah mengikutkan ketaatan setelah melakukan ketaatan sebelumnya. Sedangkan yang paling jelek adalah melakukan kejelekan setelah sebelumnya melakukan amalan ketaatan. Ingatlah bahwa satu dosa yang dilakukan setelah bertaubat lebih jelek dari 70 dosa yang dilakukan sebelum bertaubat. … Mintalah pada Allah agar diteguhkan dalam ketaatan hingga kematian menjemput. Dan mintalah perlindungan pada Allah dari hati yang terombang-ambing.”
Sumber: www.muslim.or.id,
Faedah pertama: Puasa syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.
Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh, -pen) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan). Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا) »
“Barangsiapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal][3].” Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal. Inilah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan pada umat Islam.
Cara melaksanakan puasa Syawal adalah:
Puasanya dilakukan selama enam hari.
Lebih utama dilaksanakan sehari setelah Idul Fithri, namun tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih di bulan Syawal.
Lebih utama dilakukan secara berurutan namun tidak mengapa jika dilakukan tidak berurutan.
Usahakan untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh. Dan ingatlah puasa Syawal adalah puasa sunnah sedangkan qodho’ Ramadhan adalah wajib. Sudah semestinya ibadah wajib lebih didahulukan daripada yang sunnah.
Faedah kedua: Puasa syawal seperti halnya shalat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib
Yang dimaksudkan di sini bahwa puasa syawal akan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada puasa wajib di bulan Ramadhan sebagaimana shalat sunnah rawatib yang menyempurnakan ibadah wajib. Amalan sunnah seperti puasa Syawal nantinya akan menyempurnakan puasa Ramadhan yang seringkali ada kekurangan di sana-sini. Inilah yang dialami setiap orang dalam puasa Ramadhan, pasti ada kekurangan yang mesti disempurnakan dengan amalan sunnah.
Faedah ketiga: Melakukan puasa syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan
Jika Allah subhanahu wa ta’ala menerima amalan seorang hamba, maka Dia akan menunjuki pada amalan sholih selanjutnya. Jika Allah menerima amalan puasa Ramadhan, maka Dia akan tunjuki untuk melakukan amalan sholih lainnya, di antaranya puasa enam hari di bulan Syawal. Hal ini diambil dari perkataan sebagian salaf,
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”
Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan perkataan salaf lainnya, ”Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”
Renungkanlah! Bagaimana lagi jika seseorang hanya rajin shalat di bulan Ramadhan (rajin shalat musiman), namun setelah Ramadhan shalat lima waktu begitu dilalaikan? Pantaskah amalan orang tersebut di bulan Ramadhan diterima?!
Faedah keempat: Melaksanakan puasa syawal adalah sebagai bentuk syukur pada Allah
Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu nikmat ampunan dosa yang begitu banyak di bulan Ramadhan. Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan shalat malam selama sebulan penuh adalah sebab datangnya ampunan Allah, begitu pula dengan amalan menghidupkan malam lailatul qadr di akhir-akhir bulan Ramadhan?!
Ibnu Rajab mengatakan, ”Tidak ada nikmat yang lebih besar dari pengampunan dosa yang Allah anugerahkan.” Sampai-sampai Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pun yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang banyak melakukan shalat malam. Ini semua beliau lakukan dalam rangka bersyukur atas nikmat pengampunan dosa yang Allah berikan. Ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya oleh istri tercinta beliau yaitu ’Aisyah radhiyallahu ’anha mengenai shalat malam yang banyak beliau lakukan, beliau pun mengatakan,
أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
”Tidakkah aku senang menjadi hamba yang bersyukur?
Begitu pula di antara bentuk syukur karena banyaknya ampunan di bulan Ramadhan, di penghujung Ramadhan (di hari Idul fithri), kita dianjurkan untuk banyak berdzikir dengan mengangungkan Allah melalu bacaan takbir ”Allahu Akbar”. Ini juga di antara bentuk syukur sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)
Faedah kelima: Melaksanakan puasa syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinu dan bukan musiman saja
Amalan yang seseorang lakukan di bulan Ramadhan tidaklah berhenti setelah Ramadhan itu berakhir. Amalan tersebut seharusnya berlangsung terus selama seorang hamba masih menarik nafas kehidupan.
Sebagian manusia begitu bergembira dengan berakhirnya bulan Ramadhan karena mereka merasa berat ketika berpuasa dan merasa bosan ketika menjalaninya. Siapa yang memiliki perasaan semacam ini, maka dia terlihat tidak akan bersegera melaksanakan puasa lagi setelah Ramadhan karena kepenatan yang ia alami. Jadi, apabila seseorang segera melaksanakan puasa setelah hari ’ied, maka itu merupakan tanda bahwa ia begitu semangat untuk melaksanakan puasa, tidak merasa berat dan tidak ada rasa benci.
Sebagai penutup, perhatikanlah perkataan Ibnu Rajab berikut, ”Barangsiapa melakukan dan menyelesaikan suatu ketaaatan, maka di antara tanda diterimanya amalan tersebut adalah dimudahkan untuk melakukan amalan ketaatan lainnya. Dan di antara tanda tertolaknya suatu amalan adalah melakukan kemaksiatan setelah melakukan amalan ketaatan. Jika seseorang melakukan ketaatan setelah sebelumnya melakukan kejelekan, maka kebaikan ini akan menghapuskan kejelekan tersebut. Yang sangat bagus adalah mengikutkan ketaatan setelah melakukan ketaatan sebelumnya. Sedangkan yang paling jelek adalah melakukan kejelekan setelah sebelumnya melakukan amalan ketaatan. Ingatlah bahwa satu dosa yang dilakukan setelah bertaubat lebih jelek dari 70 dosa yang dilakukan sebelum bertaubat. … Mintalah pada Allah agar diteguhkan dalam ketaatan hingga kematian menjemput. Dan mintalah perlindungan pada Allah dari hati yang terombang-ambing.”
Sumber: www.muslim.or.id,
Selasa, 02 Agustus 2011
PUASA / SHAUM
PUASA ialah menahan diri daripada segala yang membatalkannya sepanjang hari, bermula dari terbit fajar hingga tenggelam matahari disertakan dengan niat.
Ia diwajibkan kepada umat Islam pada Ramadan.
Ia difardukan atas umat Islam pada bulan Syaaban, tahun kedua Hijrah. Puasa Ramadan ialah satu daripada rukun Islam yang lima, sebagaimana ditegaskan al-Quran dan hadis, (maksudnya):
“Dari Ibn Umar, r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: “Islam itu dibina dan ditegakkan di atas lima dasar (lima rukun), iaitu mengucap dua kalimah syahadah (dengan menyakini serta menerangkan kebenaran) bahawa sesungguhnya tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad pesuruh Allah, mendirikan solat, memberi zakat, berpuasa pada bulan Ramadan dan mengerjakan haji ke Baitullah". (Hadis Sahih Riwayat Muslim)
Puasa Ramadan wajib ditunaikan bagi orang Islam yang mencukupi syaratnya, dengan menahan diri daripada makan minum serta hubungan seksual, malah semua perkara yang boleh membatalkannya sebagai satu amal ibadat kepada Allah s.w.t.
Ibadat itu mampu merapatkan jurang perbezaan di kalangan manusia terutama antara si kaya dan miskin kerana sama-sama berlapar dan menahan dahaga.
Malah, ia menyumbang kepada kesihatan akal dan jasmani seseorang, melatih diri bersabar, menahan kehendak nafsu dan melahirkan sifat lemah-lembut, tolak ansur, belas kasihan dan prihatin terhadap sesama manusia.
Ditinjau dari sudut sejarah, puasa bukan saja dilakukan umat Islam, tetapi turut diamalkan generasi terdahulu.
Al-Quran ada menegaskan, maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas orang-orang yang terdahulu daripada kamu supaya kamu bertaqwa.” (al-Baqarah: 183)
Nabi Adam dan Hawa manusia pertama berpuasa untuk membersihkan diri daripada keterlanjuran kerana memakan buah khuldi yang menjadi larangan Allah ketika mereka di syurga.
Bahkan, Nabi Adam diperintahkan tidak memakan buah khuldi, ditafsirkan ulama sebagai suatu bentuk puasa pada masa itu. “Dan Kami berfirman: Wahai Adam, diamilah kamu dan isterimu syurga ini dan makanlah makanan yang banyak lagi baik di mana saja kamu suka dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Baqarah: 35)
Nabi Idris, iaitu keturunan keenam Nabi Adam, memberikan beberapa nasihat, antaranya ialah kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan, orang yang bahagia adalah orang berwaspada dan mengharapkan syafaat dari Allah dengan amal solehnya dan apabila memohon sesuatu kepada Allah, berdoa dengan mengikhlaskan niat termasuk dengan solat dan puasa.
Putera Nabi Ayub, iaitu Nabi Zulkifli sanggup menerima amanah raja untuk berpuasa pada waktu siang dan beribadat pada malamnya serta sanggup bersabar.
Nabi Musa bersama kaumnya berpuasa selama 40 hari. Dalam surah Maryam, dinyatakan Nabi Zakaria dan Maryam sering mengamalkan puasa.
Nabi Daud pula berpuasa secara selang-seli, iaitu berpuasa secara selang sehari dan puasa baginda diibaratkan Allah sebagai puasa yang amat mulia.
Perkara ini dinyatakan Nabi Muhammad s.a.w melalui sabdanya yang bermaksud: “Puasa yang amat dikasihi Allah adalah puasa Nabi Daud yang berpuasa sehari dan berbuka sehari.”
Nabi lain yang dikatakan turut berpuasa ialah Nabi Daniel, Nabi Musa, Nabi Isa dan golongan penyokongnya yang dikenali sebagai al-Hawariyun.
Nabi Musa ketika bermunajat kepada Allah di Bukit Tursina selama 40 hari 40 malam, berpuasa daripada memakan roti dan meminum air. Selepas diselamatkan Allah daripada buruan Firaun dan tenteranya, Nabi Musa juga berpuasa bersama kaum Bani Israel.
Nabi Isa diriwayatkan pernah berpuasa selama 40 hari, manakala di kalangan penyokongnya iaitu al-Hawariyun, mereka berpuasa daripada makan daging, ikan, telur dan susu.
Begitupun, cara puasa generasi terdahulu tidak dinyatakan secara jelas dan terperinci baik melalui wahyu Allah atau pernyataan daripada Nabi mahupun ulama melalui penulisan mereka.
Saidatina Aisyah r.a menceritakan, seperti yang diriwayatkan Hisyam bin 'Urwah, bahawa orang Quraisy Arab selalu menjalankan puasa pada bulan Asyura walaupun untuk sehari.
Namun sejak Allah melantik Muhammad sebagai rasul-Nya, puasa dilaksanakan pada Ramadan, manakala puasa pada bulan 'Asyura masih disyariatkan tetapi berada dalam status sunat.
Nabi Muhammad s.a.w sendiri sebelum diangkat menjadi rasul mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura (10 Muharram).
Berpuasa pada 10 Muharam sebenarnya turut menjadi amalan orang Yahudi dan Nasrani di Madinah. Amalan berpuasa pada hari itu terus menjadi amalan Rasulullah selepas hijrah Baginda ke Madinah hingga turun ayat kewajipan puasa Ramadan pada tahun kedua hijrah.
Orang Yahudi di Madinah mewarisi amalan puasa daripada Nabi Musa yang diriwayatkan berpuasa bersama-sama kaumnya selepas mereka diselamatkan Allah daripada buruan Firaun dan bala tenteranya.
Syeikh Muhammad Ali as-Sabuni dalam kitabnya Tafsir Ayat-Ayat Hukum menjelaskan puasa yang difardukan kepada orang Yahudi dan Nasrani juga sebulan, tetapi mereka sengaja menukar waktu dan bilangan harinya yang sepatutnya dilakukan selama sebulan itu hingga menjangkau 50 hari.
Ini kerana ahli kitab kadangkala meminda jumlah hari puasa ketika musim panas atau sejuk dengan alasan terlalu sejuk dan panas, lalu mereka menukar puasa itu pada musim bunga.
Sesetengah ulama mengatakan, puasa pertama kali disyariatkan pada zaman Nabi Nuh a.s dan tetap dilaksanakan sehingga zaman Muhammad. Malah, Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa, puasa diwajibkan selama tiga hari pada setiap bulan.
Tetapi penulis kitab Tafsir Ruh-l-Ma'ani, Syihabuddin al-Alusi , berhujah dengan berdasar hadis Rasulullah yang diriwayatkan Abdullah bin 'Umar lebih percaya puasa Ramadan disyariatkan sejak Adam a.s. Al-Zamakhsari melalui kajiannya juga menegaskan puasa amal ibadah yang sudah lama.
Melihat kepada hadis diriwayatkan Abdullah bin Umar dan beberapa faktor lain seperti proses penurunan syariat yang tidak diawali sebab tertentu serta beberapa hal lain, jelas menunjukkan puasa pada Ramadan memang disyariatkan kepada manusia sejak sekian lama tetapi diselewengkan umat terdahulu.
Ini boleh diterima kerana kerasulan Nabi Muhammad s.a.w untuk membimbing manusia kepada jalan Allah, meluruskan dan memperkuat kembali syariat yang diturunkan-Nya selepas golongan sesat dan perosak menyelewengkan ajaran terbabit sehingga menimbulkan kekeliruan.
Apabila mengetahui puasa juga ibadat generasi terdahulu, sewajarnya umat Islam tidak berasa ibadat itu sesuatu yang membebankan kerana jika orang dahulu boleh berpuasa, mengapa tidak kita hari ini?
amalanpuasa.blogspot.com
Ia diwajibkan kepada umat Islam pada Ramadan.
Ia difardukan atas umat Islam pada bulan Syaaban, tahun kedua Hijrah. Puasa Ramadan ialah satu daripada rukun Islam yang lima, sebagaimana ditegaskan al-Quran dan hadis, (maksudnya):
“Dari Ibn Umar, r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: “Islam itu dibina dan ditegakkan di atas lima dasar (lima rukun), iaitu mengucap dua kalimah syahadah (dengan menyakini serta menerangkan kebenaran) bahawa sesungguhnya tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad pesuruh Allah, mendirikan solat, memberi zakat, berpuasa pada bulan Ramadan dan mengerjakan haji ke Baitullah". (Hadis Sahih Riwayat Muslim)
Puasa Ramadan wajib ditunaikan bagi orang Islam yang mencukupi syaratnya, dengan menahan diri daripada makan minum serta hubungan seksual, malah semua perkara yang boleh membatalkannya sebagai satu amal ibadat kepada Allah s.w.t.
Ibadat itu mampu merapatkan jurang perbezaan di kalangan manusia terutama antara si kaya dan miskin kerana sama-sama berlapar dan menahan dahaga.
Malah, ia menyumbang kepada kesihatan akal dan jasmani seseorang, melatih diri bersabar, menahan kehendak nafsu dan melahirkan sifat lemah-lembut, tolak ansur, belas kasihan dan prihatin terhadap sesama manusia.
Ditinjau dari sudut sejarah, puasa bukan saja dilakukan umat Islam, tetapi turut diamalkan generasi terdahulu.
Al-Quran ada menegaskan, maksudnya: “Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas orang-orang yang terdahulu daripada kamu supaya kamu bertaqwa.” (al-Baqarah: 183)
Nabi Adam dan Hawa manusia pertama berpuasa untuk membersihkan diri daripada keterlanjuran kerana memakan buah khuldi yang menjadi larangan Allah ketika mereka di syurga.
Bahkan, Nabi Adam diperintahkan tidak memakan buah khuldi, ditafsirkan ulama sebagai suatu bentuk puasa pada masa itu. “Dan Kami berfirman: Wahai Adam, diamilah kamu dan isterimu syurga ini dan makanlah makanan yang banyak lagi baik di mana saja kamu suka dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Baqarah: 35)
Nabi Idris, iaitu keturunan keenam Nabi Adam, memberikan beberapa nasihat, antaranya ialah kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan, orang yang bahagia adalah orang berwaspada dan mengharapkan syafaat dari Allah dengan amal solehnya dan apabila memohon sesuatu kepada Allah, berdoa dengan mengikhlaskan niat termasuk dengan solat dan puasa.
Putera Nabi Ayub, iaitu Nabi Zulkifli sanggup menerima amanah raja untuk berpuasa pada waktu siang dan beribadat pada malamnya serta sanggup bersabar.
Nabi Musa bersama kaumnya berpuasa selama 40 hari. Dalam surah Maryam, dinyatakan Nabi Zakaria dan Maryam sering mengamalkan puasa.
Nabi Daud pula berpuasa secara selang-seli, iaitu berpuasa secara selang sehari dan puasa baginda diibaratkan Allah sebagai puasa yang amat mulia.
Perkara ini dinyatakan Nabi Muhammad s.a.w melalui sabdanya yang bermaksud: “Puasa yang amat dikasihi Allah adalah puasa Nabi Daud yang berpuasa sehari dan berbuka sehari.”
Nabi lain yang dikatakan turut berpuasa ialah Nabi Daniel, Nabi Musa, Nabi Isa dan golongan penyokongnya yang dikenali sebagai al-Hawariyun.
Nabi Musa ketika bermunajat kepada Allah di Bukit Tursina selama 40 hari 40 malam, berpuasa daripada memakan roti dan meminum air. Selepas diselamatkan Allah daripada buruan Firaun dan tenteranya, Nabi Musa juga berpuasa bersama kaum Bani Israel.
Nabi Isa diriwayatkan pernah berpuasa selama 40 hari, manakala di kalangan penyokongnya iaitu al-Hawariyun, mereka berpuasa daripada makan daging, ikan, telur dan susu.
Begitupun, cara puasa generasi terdahulu tidak dinyatakan secara jelas dan terperinci baik melalui wahyu Allah atau pernyataan daripada Nabi mahupun ulama melalui penulisan mereka.
Saidatina Aisyah r.a menceritakan, seperti yang diriwayatkan Hisyam bin 'Urwah, bahawa orang Quraisy Arab selalu menjalankan puasa pada bulan Asyura walaupun untuk sehari.
Namun sejak Allah melantik Muhammad sebagai rasul-Nya, puasa dilaksanakan pada Ramadan, manakala puasa pada bulan 'Asyura masih disyariatkan tetapi berada dalam status sunat.
Nabi Muhammad s.a.w sendiri sebelum diangkat menjadi rasul mengamalkan puasa tiga hari setiap bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura (10 Muharram).
Berpuasa pada 10 Muharam sebenarnya turut menjadi amalan orang Yahudi dan Nasrani di Madinah. Amalan berpuasa pada hari itu terus menjadi amalan Rasulullah selepas hijrah Baginda ke Madinah hingga turun ayat kewajipan puasa Ramadan pada tahun kedua hijrah.
Orang Yahudi di Madinah mewarisi amalan puasa daripada Nabi Musa yang diriwayatkan berpuasa bersama-sama kaumnya selepas mereka diselamatkan Allah daripada buruan Firaun dan bala tenteranya.
Syeikh Muhammad Ali as-Sabuni dalam kitabnya Tafsir Ayat-Ayat Hukum menjelaskan puasa yang difardukan kepada orang Yahudi dan Nasrani juga sebulan, tetapi mereka sengaja menukar waktu dan bilangan harinya yang sepatutnya dilakukan selama sebulan itu hingga menjangkau 50 hari.
Ini kerana ahli kitab kadangkala meminda jumlah hari puasa ketika musim panas atau sejuk dengan alasan terlalu sejuk dan panas, lalu mereka menukar puasa itu pada musim bunga.
Sesetengah ulama mengatakan, puasa pertama kali disyariatkan pada zaman Nabi Nuh a.s dan tetap dilaksanakan sehingga zaman Muhammad. Malah, Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh hingga Nabi Isa, puasa diwajibkan selama tiga hari pada setiap bulan.
Tetapi penulis kitab Tafsir Ruh-l-Ma'ani, Syihabuddin al-Alusi , berhujah dengan berdasar hadis Rasulullah yang diriwayatkan Abdullah bin 'Umar lebih percaya puasa Ramadan disyariatkan sejak Adam a.s. Al-Zamakhsari melalui kajiannya juga menegaskan puasa amal ibadah yang sudah lama.
Melihat kepada hadis diriwayatkan Abdullah bin Umar dan beberapa faktor lain seperti proses penurunan syariat yang tidak diawali sebab tertentu serta beberapa hal lain, jelas menunjukkan puasa pada Ramadan memang disyariatkan kepada manusia sejak sekian lama tetapi diselewengkan umat terdahulu.
Ini boleh diterima kerana kerasulan Nabi Muhammad s.a.w untuk membimbing manusia kepada jalan Allah, meluruskan dan memperkuat kembali syariat yang diturunkan-Nya selepas golongan sesat dan perosak menyelewengkan ajaran terbabit sehingga menimbulkan kekeliruan.
Apabila mengetahui puasa juga ibadat generasi terdahulu, sewajarnya umat Islam tidak berasa ibadat itu sesuatu yang membebankan kerana jika orang dahulu boleh berpuasa, mengapa tidak kita hari ini?
amalanpuasa.blogspot.com
Minggu, 24 Juli 2011
marhaban ahlan wasahlan ya ramadhan
PERKATAAN Indah Adalah AllAH
LAGU Merdu Adalah AzaN
MEDIA Terbaik Adalah AL-QUR’AN
SENAM sehat Adalah SHOLAT
DIET Sempurna Adalah PUASA
KEBERSIHAN Menyegarkan Adalah WUDUK
PERJALANAN Indah Adalah HAJI
KHAYALAN yang Baik Adalah Ingat Akan Dosa dan TAUBAT
SELAMAT MENYAMBUT BULAN SUCI RHAMADHAN
LAGU Merdu Adalah AzaN
MEDIA Terbaik Adalah AL-QUR’AN
SENAM sehat Adalah SHOLAT
DIET Sempurna Adalah PUASA
KEBERSIHAN Menyegarkan Adalah WUDUK
PERJALANAN Indah Adalah HAJI
KHAYALAN yang Baik Adalah Ingat Akan Dosa dan TAUBAT
SELAMAT MENYAMBUT BULAN SUCI RHAMADHAN
Rabu, 13 Juli 2011
BULAN SYA'BAN / RUWAH
HARI ini kita memasuki bulan Sya’ban kembali. Nama bulan yang tidak begitu akrab bagi sebagian masyarakat kita. Berbeda dengan bulan-bulan lain, seperti Muharram, Rabiul Awwal, Rajab, Ramadhan, atau Dzulhijjah.
Di sekolah-sekolah umum dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak banyak mengulas tentang bulan Sya’ban. Paling-paling hanya sekedar menyebutkan puasa sunnah diantaranya puasa di bulan Sya’ban. Pada hal bulan Sya’ban ini termasuk bulan yang disukai Rasulullah SAW, karena menurut beliau pada bulan ini diangkatnya amal-amal kepada Rabbul ’alamin, Allah SWT.
Kalender hijriyah memiliki dua belas bulan sebagaimana kalender masehi. Hanya tahun hijriyah ini dihitung berdasarkan peredaran bulan, sedangkan tahun masehi berdasarkan peredaran matahari. Satu tahun hijriyah yang terdiri dua belas bulan ini disebutkan di dalam Al-Quran. ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi,…” ( QS. At-Taubah [9] : 36 ).
Hari-hari pada penanggalan hijriyah yang dimulai bulan Muharram ini bisa terdiri dari 29 atau 30 hari. Berbeda dengan penanggalan masehi yang bisa berjumlah 28 sampai 31 hari dalam satu bulan. Sehingga setiap tahun terjadi pergeseran sekitar sebelah hari dalam penanggalan masehi. Sebagai contoh, misalnya tahun baru hijriyah 1 Muharram 1427 bertepatan dengan tanggal 31 Januari 2006, tahun baru 1428 pada tanggal 20 Januari 2007, tahun baru 1429 pada tanggal 10 Januari 2008. Sedangkan 1 Muharram 1430 masih di tahun 2008, tepatnya tanggal 29 Desember. Sedangkan tahun baru hijriyyah 1431— tahun ini — bertepatan dengan tanggal 18 Desember 2009.
Kata Sya’ban, menurut Ensiklopedi Islam, berasal dari kata syi’ab (jalan di atas gunung ). Dikatakan Sya’ban karena pada bulan itu ditemui berbagai jalan untuk mencapai kebaikan. Menurut Syekh ‘Alamuddin as-Sakhawi, kata Sya’ban berasal dari kalimat ‘Tasya’ubil Qabail’ artinya berpecahnya kabilah-kabilah atau berpisah-pisahnya (bercabang-cabang) mereka. Sedangkan Cyril Glasse mengartikan kata Sya’ban sebagai ‘bulan pembagian’.
Bulan Sya’ban — yang hari ini memasuki tanggal 1 tahun 1431– memiliki keutamaan. Masyarakat Muslim banyak yang tidak mengetahui bahwa Sya’ban ini termasuk bulan yang disukai Rasulullah SAW. Beliau banyak melakukan puasa pada bulan tersebut, bahkan menurut beberapa riwayat Rasulullah SAW berpuasa sebulan penuh.
Pada bulan Sya’ban ini, amalan-amalan kita dilaporkan kepada Allah SWT oleh malaikat-malaikat pencatat amal, apakah itu amal kebaikan atau amal keburukan. Oleh karena itu Rasulullah SAW banyak melakukan puasa pada bulan ini.
Rasulullah SAW ketika ditanya oleh beberapa orang shahabat tentang latar belakang puasanya di bulan Sya’ban itu, menjawab, “Bulan diangkatnya amal-amal kepada Robbul ‘alamin. Maka aku ingin diangkat amalku dan aku sedang puasa” ( HR. Nasa’i ).
Ada beberapa riwayat hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW sangat mencintai bulan Sya’ban. Kecintaannya itu ditunjukkan melalui sikap dan perbuatannya yang mencerminkan bahwa bulan Sya’ban ini memiliki nilai keutamaan tersendiri.
Keutamaan Sya’ban ini disampaikan Rasulullah SAW, yang menurut penilaian para ahli hadits termasuk hadits yang shahih. Abdullah bin Abi Qais telah mendengar Aisyah berkata, ”Termasuk bulan yang paling disukai Rasulullah untuk melaksanakan puasa adalah bulan Sya’ban, lalu beliau menyambungnya dengan bulan Ramadhan (HR. Ahmad, Abu Daud, dan al-Hakim).
Dalam riwayat lain, Usamah bin Zaid berkata,”Aku telah bertanya, ’Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau puasa di bulan-bulan lainnya seperti puasa engkau di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab, ‘Itu adalah bulan yang dilupakan banyak manusia, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Itu adalah bulan di mana amal-amal diangkat kepada Penguasa alam semesta (Allah), dan aku sangat suka jika amalku diangkat dan aku sedang berpuasa.” (HR. Ahmad dan Nasa’i).
Di samping hadits-hadits shahih seperti tersebut di atas, ada beberapa buku yang ditulis berbicara tentang keutamaan bulan Sya’ban. Tapi ada beberapa dalil yang dibuat-buat, bahkan dipalsukan. Sehingga tidak layak untuk dijadikan sebagai landasan akan keutamaan bulan Sya’ban itu sendiri.
Beberapa dalil yang dinyatakan oleh para ulama pakar ilmu hadits sebagai hadits palsu (maudhu’) berbicara tentang keutamaan bulan Sya’ban. Riwayat itu di antaranya,”Keutamaan bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya seperti keutamaanku dibanding seluruh para nabi. Dan keutamaan bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya seperti keutamaan Allah dibanding para hamba-Nya.”
Imam Ibnu Hajar mengatakan,”hadits tersebut palsu (maudhu’). Karena as-Saqthi salah seorang perawinya terkenal sebagai pemalsu hadits dan sanad. Dan perawi-perawi lainnya dalam hadits itu sama sekali tidak pernah meriwayatkan hadits ini. Dengan demikian, jelas sekali bahwa hadits itu buatan as-Saqthi sendiri”.
Walaupun kita mengetahui keutamaan bulan Sya’ban ini, namun kita tidak boleh melakukan sesuatu dengan cara-cara yang tidak dicontohkan Rasulullah SAW. Hadits-hadits shahih di atas menjelaskan kepada kita, bahwa untuk memperoleh keutamaan dari bulan Sya’ban ini dengan melakukan puasa.
Barangkali karena keutamaan itulah yang menjadikan sebagian masyarakat Muslim kita melakukan ibadah dan ritual-ritual tertentu pada pertengahan bulan ini ( nishfu Sya’ban ). Mereka melakukan shalat khusus dan membaca Surah Yasin beberapa kali dengan cara tersendiri. Amalan-amalan itu mereka yakini bisa menambah rizki, memanjangkan umur dan menolak bala.
Membaca Surah Yasin tentu sangat baik, tetapi menjadi tidak tepat bila hal itu dilakukan khusus untuk menyambut nishfu Sya’ban dan menganggap bahwa itu ada sumber haditsnya. Dan itu semua tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Setiap waktu, hari, dan bulan yang kita lalui adalah milik Allah SWT. Kita tidak boleh mengistimewakan satu waktu atau hari dengan waktu atau hari lainnya kalau Sang Pemilik waktu itu tidak mengistimewakannya. Apalagi kalau untuk mengistimewakan waktu-waktu tersebut disertai dengan melakukan ritual atau ibadah tertentu. Sedangkan Allah sendiri yang kita sembah dan kita jadikan tujuan ibadah itu tidak memerintahkannya atau menganjurkannya.
ððð
DAFTAR RUJUKAN
Azra, Azyumardi (Pemred). 2001. Ensiklopedi Islam. Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve
Glasee, Cyril. 2002. Ensiklopedi Islam (Ringkas), Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Majalah Ghoib, Edisi 71 Th. 4, 14 Ramadhan 1427 / 7 Oktober 2006
Diambil dari Islam 4 All
Di sekolah-sekolah umum dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak banyak mengulas tentang bulan Sya’ban. Paling-paling hanya sekedar menyebutkan puasa sunnah diantaranya puasa di bulan Sya’ban. Pada hal bulan Sya’ban ini termasuk bulan yang disukai Rasulullah SAW, karena menurut beliau pada bulan ini diangkatnya amal-amal kepada Rabbul ’alamin, Allah SWT.
Kalender hijriyah memiliki dua belas bulan sebagaimana kalender masehi. Hanya tahun hijriyah ini dihitung berdasarkan peredaran bulan, sedangkan tahun masehi berdasarkan peredaran matahari. Satu tahun hijriyah yang terdiri dua belas bulan ini disebutkan di dalam Al-Quran. ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi,…” ( QS. At-Taubah [9] : 36 ).
Hari-hari pada penanggalan hijriyah yang dimulai bulan Muharram ini bisa terdiri dari 29 atau 30 hari. Berbeda dengan penanggalan masehi yang bisa berjumlah 28 sampai 31 hari dalam satu bulan. Sehingga setiap tahun terjadi pergeseran sekitar sebelah hari dalam penanggalan masehi. Sebagai contoh, misalnya tahun baru hijriyah 1 Muharram 1427 bertepatan dengan tanggal 31 Januari 2006, tahun baru 1428 pada tanggal 20 Januari 2007, tahun baru 1429 pada tanggal 10 Januari 2008. Sedangkan 1 Muharram 1430 masih di tahun 2008, tepatnya tanggal 29 Desember. Sedangkan tahun baru hijriyyah 1431— tahun ini — bertepatan dengan tanggal 18 Desember 2009.
Kata Sya’ban, menurut Ensiklopedi Islam, berasal dari kata syi’ab (jalan di atas gunung ). Dikatakan Sya’ban karena pada bulan itu ditemui berbagai jalan untuk mencapai kebaikan. Menurut Syekh ‘Alamuddin as-Sakhawi, kata Sya’ban berasal dari kalimat ‘Tasya’ubil Qabail’ artinya berpecahnya kabilah-kabilah atau berpisah-pisahnya (bercabang-cabang) mereka. Sedangkan Cyril Glasse mengartikan kata Sya’ban sebagai ‘bulan pembagian’.
Bulan Sya’ban — yang hari ini memasuki tanggal 1 tahun 1431– memiliki keutamaan. Masyarakat Muslim banyak yang tidak mengetahui bahwa Sya’ban ini termasuk bulan yang disukai Rasulullah SAW. Beliau banyak melakukan puasa pada bulan tersebut, bahkan menurut beberapa riwayat Rasulullah SAW berpuasa sebulan penuh.
Pada bulan Sya’ban ini, amalan-amalan kita dilaporkan kepada Allah SWT oleh malaikat-malaikat pencatat amal, apakah itu amal kebaikan atau amal keburukan. Oleh karena itu Rasulullah SAW banyak melakukan puasa pada bulan ini.
Rasulullah SAW ketika ditanya oleh beberapa orang shahabat tentang latar belakang puasanya di bulan Sya’ban itu, menjawab, “Bulan diangkatnya amal-amal kepada Robbul ‘alamin. Maka aku ingin diangkat amalku dan aku sedang puasa” ( HR. Nasa’i ).
Ada beberapa riwayat hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW sangat mencintai bulan Sya’ban. Kecintaannya itu ditunjukkan melalui sikap dan perbuatannya yang mencerminkan bahwa bulan Sya’ban ini memiliki nilai keutamaan tersendiri.
Keutamaan Sya’ban ini disampaikan Rasulullah SAW, yang menurut penilaian para ahli hadits termasuk hadits yang shahih. Abdullah bin Abi Qais telah mendengar Aisyah berkata, ”Termasuk bulan yang paling disukai Rasulullah untuk melaksanakan puasa adalah bulan Sya’ban, lalu beliau menyambungnya dengan bulan Ramadhan (HR. Ahmad, Abu Daud, dan al-Hakim).
Dalam riwayat lain, Usamah bin Zaid berkata,”Aku telah bertanya, ’Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau puasa di bulan-bulan lainnya seperti puasa engkau di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab, ‘Itu adalah bulan yang dilupakan banyak manusia, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Itu adalah bulan di mana amal-amal diangkat kepada Penguasa alam semesta (Allah), dan aku sangat suka jika amalku diangkat dan aku sedang berpuasa.” (HR. Ahmad dan Nasa’i).
Di samping hadits-hadits shahih seperti tersebut di atas, ada beberapa buku yang ditulis berbicara tentang keutamaan bulan Sya’ban. Tapi ada beberapa dalil yang dibuat-buat, bahkan dipalsukan. Sehingga tidak layak untuk dijadikan sebagai landasan akan keutamaan bulan Sya’ban itu sendiri.
Beberapa dalil yang dinyatakan oleh para ulama pakar ilmu hadits sebagai hadits palsu (maudhu’) berbicara tentang keutamaan bulan Sya’ban. Riwayat itu di antaranya,”Keutamaan bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya seperti keutamaanku dibanding seluruh para nabi. Dan keutamaan bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya seperti keutamaan Allah dibanding para hamba-Nya.”
Imam Ibnu Hajar mengatakan,”hadits tersebut palsu (maudhu’). Karena as-Saqthi salah seorang perawinya terkenal sebagai pemalsu hadits dan sanad. Dan perawi-perawi lainnya dalam hadits itu sama sekali tidak pernah meriwayatkan hadits ini. Dengan demikian, jelas sekali bahwa hadits itu buatan as-Saqthi sendiri”.
Walaupun kita mengetahui keutamaan bulan Sya’ban ini, namun kita tidak boleh melakukan sesuatu dengan cara-cara yang tidak dicontohkan Rasulullah SAW. Hadits-hadits shahih di atas menjelaskan kepada kita, bahwa untuk memperoleh keutamaan dari bulan Sya’ban ini dengan melakukan puasa.
Barangkali karena keutamaan itulah yang menjadikan sebagian masyarakat Muslim kita melakukan ibadah dan ritual-ritual tertentu pada pertengahan bulan ini ( nishfu Sya’ban ). Mereka melakukan shalat khusus dan membaca Surah Yasin beberapa kali dengan cara tersendiri. Amalan-amalan itu mereka yakini bisa menambah rizki, memanjangkan umur dan menolak bala.
Membaca Surah Yasin tentu sangat baik, tetapi menjadi tidak tepat bila hal itu dilakukan khusus untuk menyambut nishfu Sya’ban dan menganggap bahwa itu ada sumber haditsnya. Dan itu semua tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Setiap waktu, hari, dan bulan yang kita lalui adalah milik Allah SWT. Kita tidak boleh mengistimewakan satu waktu atau hari dengan waktu atau hari lainnya kalau Sang Pemilik waktu itu tidak mengistimewakannya. Apalagi kalau untuk mengistimewakan waktu-waktu tersebut disertai dengan melakukan ritual atau ibadah tertentu. Sedangkan Allah sendiri yang kita sembah dan kita jadikan tujuan ibadah itu tidak memerintahkannya atau menganjurkannya.
ððð
DAFTAR RUJUKAN
Azra, Azyumardi (Pemred). 2001. Ensiklopedi Islam. Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve
Glasee, Cyril. 2002. Ensiklopedi Islam (Ringkas), Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Majalah Ghoib, Edisi 71 Th. 4, 14 Ramadhan 1427 / 7 Oktober 2006
Diambil dari Islam 4 All
Kamis, 16 Juni 2011
BULAN RAJAB
Amalan di Bulan Rajab
Jauhnya sebagian umat Islam dari ajaran agamanya mengakibatkan mereka tak mampu membedakan antara ajaran agama atau bukan. Sesuatu yang merupakan ajaran agama terkadang dipandang bukan ajaran agama. Sebaliknya, sesuatu yang bukan ajaran agama justru dipandang sebagai ajaran agama.
Di sinilah peran ilmu syar'i sangat penting dan menentukan, sehingga seseorang tak salah dalam mengklasifikasikan suatu persoalan, ushuliyah kah (pokok/prinsip) atau tergolong masalah furu'iyah (cabang) yang di dalamnya terbuka pintu ijtihad dan perbedaan pendapat.
Di sisi lain, ada beberapa persoalan yang secara jelas termasuk yang diada-adakan dalam agama ini yang seharusnya ditinggalkan karena tidak berdasarkan dalil yang jelas dan tegas, tetapi diamalkan oleh sebagian besar umat Islam
Dalam hal ini ada dua kemungkinan.
Pertama, bisa jadi mereka melakukan amalan tersebut karena tidak tahu bahwa hal itu tidak ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam, sehingga menganggapnya sebagai ajaran agama.
Kedua, mengetahui bahwa hal itu sebagai perbuatan yang tidak ada dasar dan dalilnya, tetapi dengan berbagai dalih dan pembenaran yang dipaksakan, mereka melakukan perbuatan tersebut, sehingga semakin memantapkan orang-orang awam bahwa hal itu merupakan ajaran agama yang harus diamalkan.
Padahal, Allah i]Subhanahu waTa’alatidak menerima amalan seseorang, kecuali yang memang merupakan ajaran agama dan dicontohkan oleh Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda,"Barangsiapa melakukan suatu amalan tidak atas perintahku maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim).
Ajaran Yang Tidak Ada Perintah Dari Rasululllah shalllallahu ‘alaihi wasallam, Tapi Membudaya Dan Diamalkan Umat.
Di antara persoalan yang termasuk tidak ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam tetapi kebanyakan umat Islam melakukannya adalah memilih bulan Rajab untuk melakukan ibadah-ibadah khusus, misalnya puasa sebulan penuh atau sebagiannya, dan meyakininya memiliki keutamaan yang besar. Atau -dan ini turun temurun sejak nenek moyang- menyelenggarakan peringatan Isra' Mi'raj pada malam 27 Rajab atau malam lain di bulan tersebut.
Biasanya, peringatan Isra' Mi'raj itu diselenggarakan di dalam masjid. Masyarakat yang hadir dalam peringatan tersebut dari berbagai kalangan . Dari orang-orang awam, ulama hingga para pejabat.
Karena sangat semarak dan ramainya peringatan Isra' Mi'raj tersebut, kadang-kadang umat Islam yang hadir lupa bahwa mereka sedang berada di rumah Allah Subhanahu waTa’ala. Akhirnya tak terhindarkan lagi bercampurnya kebenaran dan kebatilan dalam masjid tersebut, sehingga masjid itu berubah fungsinya menjadi tempat keramaian dan bersenang-senang/ hiburan.
Masjid-masjid itu boleh dan sah diadakan berbagai pertemuan yang diselenggarakan di dalamnya, jika berupa majlis ta'lim, mengaji kandungan al-Qur'an al-Karim atau halaqah ilmu-ilmu agama, berdzikir kepada Allah Subhanahu waTa’ala, memusyawarahkan perkara-perkara yang bermanfaat bagi umat dan lain-lain yang masih dalam kerangka beribadah kepada Allah Subhanahu waTa’ala.
Masjid bukan tempat peringatan dan pertemuan yang tujuannya sempit dan terbatas, tanpa memperdulikan apakah hal tersebut diridhai Allah Subhanahu waTa’ala atau dimurkaiNya.
Dan perlu kita ketahui, sesungguhnya acara-acara penyelenggaraan peringatan Isra' Mi'raj tersebut tidaklah pernah diperintahkan dan dicontohkan oleh Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam.
Biasanya orang-orang datang dalam peringatan Isra' Mi'raj tersebut untuk mendengar beberapa hal:
Pertama: Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an dari seorang qari' terkenal dengan suara meliuk-liuk yang bisa diduga agar -wallahu a'lam- mendapatkan simpati dan kekaguman dari para pendengarnya.
Kedua: Mendengarkan ceramah agama, yang biasanya oleh seorang yang dikenal pandai melucu di sela-sela ceramahnya. Atau oleh orang yang pandai berkomunikasi dengan para pendengarnya. Adapun kriteria kadar keilmuan dan kewara'an sang penceramah merupakan sesuatu yang hampir terlupakan.
Acara-acara di atas menelan biaya cukup besar, bahkan ada yang hingga puluhan juta rupiah. Dan, bila acara tersebut terselenggara dengan baik, peringatan Isra' Mi'raj pun dianggap sukses.
Orang-orang awam menganggap bawah itulah agama, itulah ajaran Islam. Dan mungkin sebagian mereka beranggapan, asal telah menyelenggarakan berbagai acara tersebut, berarti mereka telah menunaikan kewajiban agama.
Tidak sedikit mereka yang percaya dengan upacara peringatan-peringatan itu tidak menjaga shalatnya, berbalikan dengan semangat mereka menyelenggarakan berbagai macam peringatan tersebut. Bahkan tak jarang di antara mereka ada yang datang ke masjid hanya sekali dalam seminggu karena harus melaksanakan shalat Jum'at.
Ini adalah keawaman umat Islam. Karena itu kewajiban para ulama pewaris para Nabi menerangkan ajaran Islam kepada umatnya tanpa menyimpangkannya atau menghiasai kebenaran dengan kebatilan, dengan maksud untuk lebih menarik simpati dan mendapatkan banyak pengikut.
Perkara lain yang tidak ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam di bulan Rajab adalah -ini biasanya dilakukan oleh sebagian wanita muslimah- ziarah kubur pada hari Kamis, pekan pertama dari bulan Rajab. Dalam ziarah tersebut mereka membawa berbagai makanan lezat, buah-buahan segar dan minuman yang serba enak. Berbagai bawaan itu mereka bagi-bagikan kepada orang-orang yang sedang berkerumun di kuburan. Dan, sebagiannya membacakan al-Qur'an di beberapa sudut pekuburan. Perbuatan yang mereka anggap baik itu, justeru menjerumuskan mereka pada lumpur dosa.
Pertama: Mereka menyiapkan dirinya mendapat laknat Allah Subhanahu waTa'ala , karena sesungguh-nya Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam mendoakan buruk atas para wanita yang berziarah kubur, sebagaimana dalam sabda beliau,"Allah Subhanahu waTa'ala melaknat para wanita yang berziarah kubur, mereka yang membangun masjid-masjid di atasnya, dan meneranginya dengan lampu-lampu." (HR. Abu Daud dan lainnya, Ahmad Syakir berkata, hadits hasan).
Kedua: Membagi-bagikan sedekah di kuburan akan membuat fitnah kepada manusia, sebab mereka akan berebut pergi ke lokasi-lokasi kuburan tempat pembagian sedekah. Lalu apa pula landasan para wanita tersebut, sehingga harus mengkhususkan membagi-bagikan sedekah di kuburan? Apakah sedekah hanya diterima jika dibagi-bagikan di kuburan? Padahal Allah Subhanahu waTa'ala akan menerima setiap sedekah, asalkan dikeluarkan dengan ikhlas, kapan dan di mana pun sedekah itu dikeluarkan.
Ketiga: Allah Subhanahu waTa'ala menurunkan Al-Qur'an sebagai peringatan bagi orang-orang hidup. Benar bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat doa-doa yang berfaedah untuk pembacanya, yang merenungkan dan memahami isinya. Tetapi bukan untuk orang-orang yang telah wafat. Apa manfaat pembacaan ayat atau surat yang berisi tentang peringatan akan adzab Allah Subhanahu waTa'ala, kisah-kisah masa lalu, ayat-ayat hukum dalam soal harta waris, thalak, nikah, jihad, amar ma'ruf dan nahi munkar kepada orang yang telah meninggal dunia?
Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam mendoakan orang yang telah meninggal dan memohonkannya ampun kepada Allah shalllallahu ‘alaihi wasallam. Tetapi beliau tidak memba-cakan al-Qur'an atas mayit tersebut.
Adapun puasa pada bulan Rajab, dibolehkan selama merupakan kebiasaan orang yang melakukannya. Seperti bagi yang terbiasa melakukan puasa Senin-Kamis, atau puasa tiga hari pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Hijriyah.
Hadits-hadits Palsu dan Tidak Shahih Seputar Bulan Rajab
Di antara hadits-hadits dha’if (lemah) dan maudhu' (palsu) yang sering dijadikan pegangan untuk amalan-amalan tertentu pada bulan Rajab adalah:
"Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku."
Diriwayatkan secara mursal oleh Abu al-Fatah bin Abi al-Fawaris, dalam “Amaliyah” (Hadits dha’if, lihat: “Dha’if al-Jami’, hadits no. 3094, karya al-Albani).
"Sesungguhnya di Surga terdapat sungai yang dinamakan sungai Rajab. Airnya lebih putih daripada susu, (rasanya) lebih manis daripada madu. Barangsiapa puasa sehari dari bulan Rajab, maka Allah akan memberinya minum dari sungai tersebut." Diriwayatkan oleh Syairazi dalam Alqab (hadits maudhu', lihat: “Dha’if al-Jami’, hadits no. 1902, karya al-Albani).
"Barangsiapa puasa tiga hari dalam bulan haram (yakni hari) Kamis, Jum'at dan Sabtu, maka Allah menuliskan untuknya (pahala) ibadah (selama) dua tahun." (Hadits dha’if, lihat: “Dha’if al-Jami’, hadits no. 5649, karya al-Albani).
"Keutamaan bulan Rajab atas segenap bulan lain seperti keutamaan al-Qur'an atas segenap per-kataan (manusia)." Ibnu Hajar berkomentar, hadits ini maudhu'. (Lihat: Kitab “Kasyfu al-Khafa’ 2/110, karya al-Ajaluni).
Mengkhususkan puasa pada bulan Rajab dan Sya'ban, sama sekali tidak berdasarkan pada dalil. Diriwayatkan bahwa Umar z memukul orang yang berpuasa pada bulan Rajab. Selanjutnya beliau berkata, “Rajab adalah bulan yang sangat diagung-agungkan oleh orang-orang Jahiliyah.”(Shahih. Lihat: “al-Irwa’, hal. 957, karya al-Albani).
Ibnu Hajar berkata, “Tidak ada satupun hadits shahih tentang keutamaan bulan rajab, serta mengkhususkan puasa pada hari tertentu di dalamnya, juga tidak qiyamullail pada malam tertentu, yang bisa dijadikan dalil dalam masalah tersebut (Lihat: “Tabyinu al-’Ajab, hal.21, karya Ibnu Hajar).
Dalil Palsu Mereka Seputar Bulan Rajab
Adapun hadits-hadits maudhu' yang mereka jadikan dalil amalan mereka memang banyak. Untuk menjelaskan ketidak benaran dalil mereka, asy-Syaukani dalam “al-Fawaid al-Majmu'ah Fi al-Ahadits al-Maudhu-'ah” menyebutkan beberapa dalil mereka di antaranya:
1. "Perbanyaklah istighfar di bulan Rajab, karena sesungguhnya pada setiap saat daripadanya, Allah Subhanahu waTa'ala memerdekakan beberapa orang dari (adzab) Neraka." (Hadits maudhu').
2. "Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab dan melakukan qiyamullail pada suatu malam saja, niscaya Allah Subhanahu waTa'ala akan mengutus padanya pengaman pada hari Kiamat." (Hadits maudhu').
3. "Barangsiapa melakukan qiyamullail semalam dari bulan Rajab dan berpuasa sehari daripadanya, niscaya Allah Subhanahu waTa'ala akan memberinya makan dari buah-buahan Surga." (Hadits maudhu').
4. "Rajab adalah bulan Allah Subhanahu waTa'ala yang paling baik untuk berpuasa, karena Dia mengkhusus-kannya untuk diriNya. Barangsiapa berpuasa sehari daripadanya karena iman dan mencari ridha Allah Subhanahu waTa'ala , niscaya ia akan mendapatkan keridha-anNya." (Hadits maudhu').
Dari berbagai uraian di muka, jelaslah bahwa pengkhususan bulan Rajab untuk berbagai amalan dan ibadah tertentu bukanlah tuntunan dan ajaran Rasulullah shalllallahu ‘alaihi wasallam,. Cukuplah kita beribadah dan melakukan amalan sesuai dengan petunjuk dan tuntunan beliau.
(Redaksi Buletin an-Nur)
Jauhnya sebagian umat Islam dari ajaran agamanya mengakibatkan mereka tak mampu membedakan antara ajaran agama atau bukan. Sesuatu yang merupakan ajaran agama terkadang dipandang bukan ajaran agama. Sebaliknya, sesuatu yang bukan ajaran agama justru dipandang sebagai ajaran agama.
Di sinilah peran ilmu syar'i sangat penting dan menentukan, sehingga seseorang tak salah dalam mengklasifikasikan suatu persoalan, ushuliyah kah (pokok/prinsip) atau tergolong masalah furu'iyah (cabang) yang di dalamnya terbuka pintu ijtihad dan perbedaan pendapat.
Di sisi lain, ada beberapa persoalan yang secara jelas termasuk yang diada-adakan dalam agama ini yang seharusnya ditinggalkan karena tidak berdasarkan dalil yang jelas dan tegas, tetapi diamalkan oleh sebagian besar umat Islam
Dalam hal ini ada dua kemungkinan.
Pertama, bisa jadi mereka melakukan amalan tersebut karena tidak tahu bahwa hal itu tidak ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam, sehingga menganggapnya sebagai ajaran agama.
Kedua, mengetahui bahwa hal itu sebagai perbuatan yang tidak ada dasar dan dalilnya, tetapi dengan berbagai dalih dan pembenaran yang dipaksakan, mereka melakukan perbuatan tersebut, sehingga semakin memantapkan orang-orang awam bahwa hal itu merupakan ajaran agama yang harus diamalkan.
Padahal, Allah i]Subhanahu waTa’alatidak menerima amalan seseorang, kecuali yang memang merupakan ajaran agama dan dicontohkan oleh Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda,"Barangsiapa melakukan suatu amalan tidak atas perintahku maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim).
Ajaran Yang Tidak Ada Perintah Dari Rasululllah shalllallahu ‘alaihi wasallam, Tapi Membudaya Dan Diamalkan Umat.
Di antara persoalan yang termasuk tidak ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam tetapi kebanyakan umat Islam melakukannya adalah memilih bulan Rajab untuk melakukan ibadah-ibadah khusus, misalnya puasa sebulan penuh atau sebagiannya, dan meyakininya memiliki keutamaan yang besar. Atau -dan ini turun temurun sejak nenek moyang- menyelenggarakan peringatan Isra' Mi'raj pada malam 27 Rajab atau malam lain di bulan tersebut.
Biasanya, peringatan Isra' Mi'raj itu diselenggarakan di dalam masjid. Masyarakat yang hadir dalam peringatan tersebut dari berbagai kalangan . Dari orang-orang awam, ulama hingga para pejabat.
Karena sangat semarak dan ramainya peringatan Isra' Mi'raj tersebut, kadang-kadang umat Islam yang hadir lupa bahwa mereka sedang berada di rumah Allah Subhanahu waTa’ala. Akhirnya tak terhindarkan lagi bercampurnya kebenaran dan kebatilan dalam masjid tersebut, sehingga masjid itu berubah fungsinya menjadi tempat keramaian dan bersenang-senang/ hiburan.
Masjid-masjid itu boleh dan sah diadakan berbagai pertemuan yang diselenggarakan di dalamnya, jika berupa majlis ta'lim, mengaji kandungan al-Qur'an al-Karim atau halaqah ilmu-ilmu agama, berdzikir kepada Allah Subhanahu waTa’ala, memusyawarahkan perkara-perkara yang bermanfaat bagi umat dan lain-lain yang masih dalam kerangka beribadah kepada Allah Subhanahu waTa’ala.
Masjid bukan tempat peringatan dan pertemuan yang tujuannya sempit dan terbatas, tanpa memperdulikan apakah hal tersebut diridhai Allah Subhanahu waTa’ala atau dimurkaiNya.
Dan perlu kita ketahui, sesungguhnya acara-acara penyelenggaraan peringatan Isra' Mi'raj tersebut tidaklah pernah diperintahkan dan dicontohkan oleh Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam.
Biasanya orang-orang datang dalam peringatan Isra' Mi'raj tersebut untuk mendengar beberapa hal:
Pertama: Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an dari seorang qari' terkenal dengan suara meliuk-liuk yang bisa diduga agar -wallahu a'lam- mendapatkan simpati dan kekaguman dari para pendengarnya.
Kedua: Mendengarkan ceramah agama, yang biasanya oleh seorang yang dikenal pandai melucu di sela-sela ceramahnya. Atau oleh orang yang pandai berkomunikasi dengan para pendengarnya. Adapun kriteria kadar keilmuan dan kewara'an sang penceramah merupakan sesuatu yang hampir terlupakan.
Acara-acara di atas menelan biaya cukup besar, bahkan ada yang hingga puluhan juta rupiah. Dan, bila acara tersebut terselenggara dengan baik, peringatan Isra' Mi'raj pun dianggap sukses.
Orang-orang awam menganggap bawah itulah agama, itulah ajaran Islam. Dan mungkin sebagian mereka beranggapan, asal telah menyelenggarakan berbagai acara tersebut, berarti mereka telah menunaikan kewajiban agama.
Tidak sedikit mereka yang percaya dengan upacara peringatan-peringatan itu tidak menjaga shalatnya, berbalikan dengan semangat mereka menyelenggarakan berbagai macam peringatan tersebut. Bahkan tak jarang di antara mereka ada yang datang ke masjid hanya sekali dalam seminggu karena harus melaksanakan shalat Jum'at.
Ini adalah keawaman umat Islam. Karena itu kewajiban para ulama pewaris para Nabi menerangkan ajaran Islam kepada umatnya tanpa menyimpangkannya atau menghiasai kebenaran dengan kebatilan, dengan maksud untuk lebih menarik simpati dan mendapatkan banyak pengikut.
Perkara lain yang tidak ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam di bulan Rajab adalah -ini biasanya dilakukan oleh sebagian wanita muslimah- ziarah kubur pada hari Kamis, pekan pertama dari bulan Rajab. Dalam ziarah tersebut mereka membawa berbagai makanan lezat, buah-buahan segar dan minuman yang serba enak. Berbagai bawaan itu mereka bagi-bagikan kepada orang-orang yang sedang berkerumun di kuburan. Dan, sebagiannya membacakan al-Qur'an di beberapa sudut pekuburan. Perbuatan yang mereka anggap baik itu, justeru menjerumuskan mereka pada lumpur dosa.
Pertama: Mereka menyiapkan dirinya mendapat laknat Allah Subhanahu waTa'ala , karena sesungguh-nya Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam mendoakan buruk atas para wanita yang berziarah kubur, sebagaimana dalam sabda beliau,"Allah Subhanahu waTa'ala melaknat para wanita yang berziarah kubur, mereka yang membangun masjid-masjid di atasnya, dan meneranginya dengan lampu-lampu." (HR. Abu Daud dan lainnya, Ahmad Syakir berkata, hadits hasan).
Kedua: Membagi-bagikan sedekah di kuburan akan membuat fitnah kepada manusia, sebab mereka akan berebut pergi ke lokasi-lokasi kuburan tempat pembagian sedekah. Lalu apa pula landasan para wanita tersebut, sehingga harus mengkhususkan membagi-bagikan sedekah di kuburan? Apakah sedekah hanya diterima jika dibagi-bagikan di kuburan? Padahal Allah Subhanahu waTa'ala akan menerima setiap sedekah, asalkan dikeluarkan dengan ikhlas, kapan dan di mana pun sedekah itu dikeluarkan.
Ketiga: Allah Subhanahu waTa'ala menurunkan Al-Qur'an sebagai peringatan bagi orang-orang hidup. Benar bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat doa-doa yang berfaedah untuk pembacanya, yang merenungkan dan memahami isinya. Tetapi bukan untuk orang-orang yang telah wafat. Apa manfaat pembacaan ayat atau surat yang berisi tentang peringatan akan adzab Allah Subhanahu waTa'ala, kisah-kisah masa lalu, ayat-ayat hukum dalam soal harta waris, thalak, nikah, jihad, amar ma'ruf dan nahi munkar kepada orang yang telah meninggal dunia?
Nabi shalllallahu ‘alaihi wasallam mendoakan orang yang telah meninggal dan memohonkannya ampun kepada Allah shalllallahu ‘alaihi wasallam. Tetapi beliau tidak memba-cakan al-Qur'an atas mayit tersebut.
Adapun puasa pada bulan Rajab, dibolehkan selama merupakan kebiasaan orang yang melakukannya. Seperti bagi yang terbiasa melakukan puasa Senin-Kamis, atau puasa tiga hari pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Hijriyah.
Hadits-hadits Palsu dan Tidak Shahih Seputar Bulan Rajab
Di antara hadits-hadits dha’if (lemah) dan maudhu' (palsu) yang sering dijadikan pegangan untuk amalan-amalan tertentu pada bulan Rajab adalah:
"Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku."
Diriwayatkan secara mursal oleh Abu al-Fatah bin Abi al-Fawaris, dalam “Amaliyah” (Hadits dha’if, lihat: “Dha’if al-Jami’, hadits no. 3094, karya al-Albani).
"Sesungguhnya di Surga terdapat sungai yang dinamakan sungai Rajab. Airnya lebih putih daripada susu, (rasanya) lebih manis daripada madu. Barangsiapa puasa sehari dari bulan Rajab, maka Allah akan memberinya minum dari sungai tersebut." Diriwayatkan oleh Syairazi dalam Alqab (hadits maudhu', lihat: “Dha’if al-Jami’, hadits no. 1902, karya al-Albani).
"Barangsiapa puasa tiga hari dalam bulan haram (yakni hari) Kamis, Jum'at dan Sabtu, maka Allah menuliskan untuknya (pahala) ibadah (selama) dua tahun." (Hadits dha’if, lihat: “Dha’if al-Jami’, hadits no. 5649, karya al-Albani).
"Keutamaan bulan Rajab atas segenap bulan lain seperti keutamaan al-Qur'an atas segenap per-kataan (manusia)." Ibnu Hajar berkomentar, hadits ini maudhu'. (Lihat: Kitab “Kasyfu al-Khafa’ 2/110, karya al-Ajaluni).
Mengkhususkan puasa pada bulan Rajab dan Sya'ban, sama sekali tidak berdasarkan pada dalil. Diriwayatkan bahwa Umar z memukul orang yang berpuasa pada bulan Rajab. Selanjutnya beliau berkata, “Rajab adalah bulan yang sangat diagung-agungkan oleh orang-orang Jahiliyah.”(Shahih. Lihat: “al-Irwa’, hal. 957, karya al-Albani).
Ibnu Hajar berkata, “Tidak ada satupun hadits shahih tentang keutamaan bulan rajab, serta mengkhususkan puasa pada hari tertentu di dalamnya, juga tidak qiyamullail pada malam tertentu, yang bisa dijadikan dalil dalam masalah tersebut (Lihat: “Tabyinu al-’Ajab, hal.21, karya Ibnu Hajar).
Dalil Palsu Mereka Seputar Bulan Rajab
Adapun hadits-hadits maudhu' yang mereka jadikan dalil amalan mereka memang banyak. Untuk menjelaskan ketidak benaran dalil mereka, asy-Syaukani dalam “al-Fawaid al-Majmu'ah Fi al-Ahadits al-Maudhu-'ah” menyebutkan beberapa dalil mereka di antaranya:
1. "Perbanyaklah istighfar di bulan Rajab, karena sesungguhnya pada setiap saat daripadanya, Allah Subhanahu waTa'ala memerdekakan beberapa orang dari (adzab) Neraka." (Hadits maudhu').
2. "Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab dan melakukan qiyamullail pada suatu malam saja, niscaya Allah Subhanahu waTa'ala akan mengutus padanya pengaman pada hari Kiamat." (Hadits maudhu').
3. "Barangsiapa melakukan qiyamullail semalam dari bulan Rajab dan berpuasa sehari daripadanya, niscaya Allah Subhanahu waTa'ala akan memberinya makan dari buah-buahan Surga." (Hadits maudhu').
4. "Rajab adalah bulan Allah Subhanahu waTa'ala yang paling baik untuk berpuasa, karena Dia mengkhusus-kannya untuk diriNya. Barangsiapa berpuasa sehari daripadanya karena iman dan mencari ridha Allah Subhanahu waTa'ala , niscaya ia akan mendapatkan keridha-anNya." (Hadits maudhu').
Dari berbagai uraian di muka, jelaslah bahwa pengkhususan bulan Rajab untuk berbagai amalan dan ibadah tertentu bukanlah tuntunan dan ajaran Rasulullah shalllallahu ‘alaihi wasallam,. Cukuplah kita beribadah dan melakukan amalan sesuai dengan petunjuk dan tuntunan beliau.
(Redaksi Buletin an-Nur)
Kamis, 02 Juni 2011
TAUBAT
Taubat Nabi-nabi dalam Al-Quran
Al-Quran telah menyebutkan kepada kita taubat Nabi-nabi dan orang-orang yang soleh atas perbuatan salah mereka. Mereka akan menyesal, bertaubat dan beristighfar dari kesalahan itu. Dengan berharap agar Allah SWT mengampuni dan meneriman taubat mereka.Pemimpin orang-orang yang taubat adalah nenek moyang manusia, Adam as Yang telah Allah SWT jadikan dia dengan tangan-Nya dan meniupkan ke dalam dirinya secercah dari ruh-Nya, memerintahkan malaikat untuk sujud kepadanya, mengajarkan kepadanya seluruh nama-nama, serta memaparkan keutamaannya atas malaikat dengan ilmu pengetahuannya. Namun Adam yang selamat dalam ujian ilmu pengetahuan, tidak selamat dalam “term pertama” ujian iradah (mengekang hawa nafsu). Allah SWT mengujinya dengan beban pertama yang ditanggungkan kepadanya. Iaitu melarang untuk memakan suatu pohon. Hanya satu pokok yang dilarang untuk dimakannya, sementara memberikan kebebasan baginya untuk memakan seluruh pohon Syurga sesuka hatinya, bersama isterinya.
Di sini tampak ia tidak dapat menahan keinginan peribadinya, serta melupakan larangan Rabbnya dengan dipengaruhi bujuk rayu syaitan dan tipu dayanya, sehingga dia pun memakannya dan dia pun terjatuh dalam kemaksiatan. Namun segera dia mencuci dan membersihkan dirinya dari bekas-bekas dosa itu, dengan taubat dan istighfar.”Dan derhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (QS. Thaaha: 121-122)
Al-Quran menceritakan kepada kita tentang taubat Nabi Musa yang dipilih Allah untuk membawa risalah-Nya dan menerima kalam-Nya. Serta Allah SWT menurunkan taurat kepadanya, menjadikannya sebagai salah satu ulul ‘azmi dari sekian Rasul, serta membekalkannya dengan sembilan ayat-ayat penjelas. Namun ia telah melakukan dosa sebelum mendapatkan risalah. Iaitu kerana menuruti permintaan seseorang dari kaumnya yang sedang bertengkar dengan kaum Fir’aun untuk membantunya, maka kemudian Musa memukulnya dan orang itupun tewas seketika.”Nabi Musa berkata: Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan adalah musuh yang menyesatkan, lagi nyata (permusuhannya). Musa berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, kerana itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. “(QS. al-Qasas: 15-16)
Beliau juga telah melakukan kesalahan setelah menerima risalah, ketika beliau berkata:”Nabi Musa berkata: Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu tidak sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sedia kala) nescaya engkau akan dapat melihatKu. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur lebur, dan Musapun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman. ” (QS. al-A’raaf: 143)
Di sini, Allah SWT berfirman:”Wahai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahku dan untuk berbicara langsung denganKu. Sebab itu berpegan teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. al-A’raaf: 144)
Ketika Musa kembali kepada kaumnya setelah beliau melakukan munajat kepada Tuhannya selama empat puluh malam, dan mendapati kaumnya telah menyembah anak lembu yang dibuat oleh Samiri, dan menjadikan anak lembu itu sebagai tuhan yang disembah, maka amarah beliaupun akan meletup. Dan bersabda: “alangkah buruknya perlakuan kamu sepeninggalku”. Kemudian beliau melemparkan lembaran-lembaran yang terdapat di dalamnya Taurat kalam Allah. Beliau melemparkan lembaran itu ke tanah, padahal di dalamnya terdapat firman-firman Allah. Kemudian menarik kepala saudaranya, Harun, kepadanya, padahal ia juga adalah Rasul sepertinya jua. Dan saudaranya itu berkata kepadanya: “Wahai saudara seibuku, mengapa engkau tarik janggut dan kepalaku, kerana kaum kita itu menganggap aku lemah, dan mereka hampir membunuhku, maka janganlah engkau jadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah jadikan aku dari kumpulan orang yang zalim .Di sini Musa menyedari kemarahannya itu, walaupun marahnya itu kerana Allah SWT.”Musa berdoa: Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan sauadaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. al-A’raaf: 151)
Al -Quran juga menceritakan tentang taubat Nabi Yunus as Ketika beliau berdakwah kepada kaumnya untuk menyembah Allah SWT namun mereka tidak menuruti dakwahnya itu. Maka Nabi Yunus tidak merasa sabar menghadapi itu, dan marah terhadap kaumnya, kemudian beliaupun pergi meninggalkan mereka. Kemudian Allah SWT ingin menguji beliau dengan cubaan yang boleh membersihkannya, dan menampakkan sifat aslinya yang bagus. Serta sejauh mana keyakinanya terhadap Rabbnya dan kejujurannya dengan Rabbnya. Beliau kemudian menaiki sebuah kapal laut, di tengah laut kapal itu dihantam angin besar, dan dipermainkan oleh ombak, dan mereka merasa bahawa mereka sedang berada dalam bahaya yang besar. Para anak buah kapal berkata; kita harus mengurangkan beban kapal sehingga kapal ini tidak tenggelam. Dan akhirnya mereka harus memilih untuk menceburkan sebahagian orang yang berada di atas kapal itu agar para penumpang yang lain selamat dari ancaman tenggelam itu. Hal itu dilakukan dengan sistem undian. Kemudian undian itu jatuh kepada Yunus, dan beliaupun harus mengikuti nasibnya itu. Maka beliaupun dilemparkan ke laut, dan kemudian ditelan oleh seekor ikan paus, sambil mendapatkan kecaman kerana ia marah terhadap kaumnya serta meninggalkan mereka, kerana putus harapan atas mereka. Tanpa berupaya untuk terus mengulangi usahanya itu. Di dalam perut ikan paus itu, keyakinan Yunus kembali menguat, dan beliau berdoa dalam kegelapan yang menyelimutinya itu: kegelapan laut, kegelapan malam, dan kegelapan perut ikan paus, dengan kalimat-kalimat yang dirakam oleh al-Quran ketika bercerita dengan ringkas tentang Yunus ini:”Dan (ingatlah) kisah Dzun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahawa Kami tidak akan mengenakannya atau menyulitkannya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: Bahawa tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) selain Engkau . Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. ” (QS. al-Anbiyaa: 87-88)
Tiga kalimat pendek yang dipergunakan oleh Yunus as, namun ketiganya mempunyai pengertian yang besar:Pertama: menunjukkan atas tauhid – tauhid uluhiyah -, yang dengnnya Allah SWT mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab, dan dengannya pula berdiri syurga dan neraka: “La Ilaha Illa Anta” “tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) selain Engkau “.Kedua: menunjukkan pembersihan Allah SWT dari seluruh kekurangan. Ini adalah makna tasbih yang dilakukan langit dan bumi dan seluruh makhluk. Kerana segala sesuatu bertasbih dengan memuji-Nya. “Subhaanaka” “Maha Suci Engkau”.Ketiga: Menunjukkan pengakuan atas dosa yang dilakukan. Tidak menjalankan hak Rabbnya dengan sempurna serta menzalimi diri sendiri kerana sikapnya itu. “Inni kuntu Minazh zhaalimiin” “sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim” ini adalah tanda sebuah taubat.Tidak hairan jika kata-kata yang pendek namun jujur dan ikhlas itu akan mendapatkan jawapannya di dunia ini, sebelum di akhirat:”Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. al Anbiya: 88)Dan kata-kata yang mengandungi tiga hal ini: peng-esaan, pembersihan dan pengiktirafan, menjadi contoh bagi pujian dan do’a ketika terjadi kesulitan. Hingga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia mensahihkannya diriwayatkan:”Do’a saudaraku Dzun Nun (Nabi Yunus) yang jika dibaca oleh orang yang sedang tertimpa bencana nisaya Allah SWT akan menghilangkan bencana dan kesulitannya itu:” Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang melakukan kezaliman ” .
Al-Quran juga menuturkan kepada kita tentang cerita taubat nabi Daud as seperti diceritakan dalam surah Saad. Iaitu ketika dua orang yang sedang berselisih datang kepada beliau, dan memasuki mihrab beliau, sehingga beliau terkejut melihat kedua-dua orang itu.
Keduanya kemudian berkata:”Janganlah kamu merasa takut (kami) adalah dua orang yang berselisihan, salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain, maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukkilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini, mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor sahaja. Maka dia berkata: Serahkanlah yang seekor itu kepadaku, dan ia mengalahkan aku dalam perdebatan. Daud berkata: Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambah kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh; dan amat sedikit mereka ini. Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik. ” (QS. Saad: 22-25)
Kita lihat, apa kesalahan Nabi Daud dalam kisah ini, yang dia sangka sebagai fitnah, dan cubaan bagi beliau, kemudian beliau beristighfar kepada Rabbnya, serta tunduk sujud dan memohon keampunan.Yang tampak dalam kisah itu adalah: Nabi Daud as bertindak dengan tergesa-gesa serta tidak meneliti dahulu secara mendalam, sehingga beliau terpengaruh oleh dorongan emosi ketika mendengar perkataan salah seorang yang sedang berselisih itu. Dan secara tergesa-gesa memutuskan hukum dengan merugikan pihak lain, tanpa terlebih dahulu mendengar alasan-alasannya, dan memberikan kesempatan kepadanya untuk membela dirinya sendiri. Seorang hakim yang adil hendaknya tidak terpedaya oleh ucapan satu pihak yang sedang berselisih atau penampilannya. Hingga ia telah meneliti dan menyelidikinya dengan teliti, dan mendengar dari seluruh pihak yang berselisih dan adanya dalil yang menyokong ucapan masing-masing. Oleh kerana itu ada yang mengatakan: Jika salah seorang yang sedang berselisih datang kepadamu dan sambil memperlihatkan satu matanya yang luka, maka tunggullah hingga engkau juga melihat lawan perkaranya, kerana barangkali justru lawannya itu kedua matanya luka!Oleh kerana itu, datang perintah Tuhan agar Daud tidak cepat terpengaruh oleh emosinya dalam menetapkan suatu undang-undang.
Dalam firman Allah SWT:”Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia denga adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Saad: 26)
Adakah kedua-dua orang yang sedang berselisih itu adalah memang manusia, atau dua malaikat yang menyamar sebagai manusia, datang untuk menguji Nabi Daud, kemudian keduanya lenyap tanpa bekas?Apapun kemungkinannya, namun pengertian dan tujuannya adalah sama. Namun itu tidak boleh dijadikan sebagai suatu bentuk metafor, dan sebagai sindiran bagi Daud sendiri, kerana ia menginginkan isteri tetangganya sendiri, seperti digambarkan oleh kisah-kisah Israiliat yang memaparkan dengan buruk perjalanan para Rasul dan Nabi-nabi. Hingga dalam kisah Israiliat itu para Nabi telah jatuh dalam tindakan-tindakan yang orang biasa saja tidak mahu melakukannya, maka bagaimana mungkin berlaku bagi seseorang yang Allah SWT mudahkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya pada petang dan pagi hari. Tentangnya Allah SWT berfirman:”Dan ingatlah akan hamba Kami Nabi Daud, yang mempunyai kekuatan, sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan)”.”Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik”.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan taubat banyak terdapat dalam al-Quran, dan dalam halaman selanjutnya ayat-ayat itu akan kami ungkapkan. Insya Allah.(sebelum, sesudah)Judul Asli: at Taubat Ila AllahPengarang: Dr. Yusuf al Qardhawi
Penterjemah: Abdul Hayyie al KattaniPenerbit: Maktabah Wahbah, KaherahCetakan: I/1998
SETULUS HATI SEIKHLAS JIWA
By: Hati Balqis
Al-Quran telah menyebutkan kepada kita taubat Nabi-nabi dan orang-orang yang soleh atas perbuatan salah mereka. Mereka akan menyesal, bertaubat dan beristighfar dari kesalahan itu. Dengan berharap agar Allah SWT mengampuni dan meneriman taubat mereka.Pemimpin orang-orang yang taubat adalah nenek moyang manusia, Adam as Yang telah Allah SWT jadikan dia dengan tangan-Nya dan meniupkan ke dalam dirinya secercah dari ruh-Nya, memerintahkan malaikat untuk sujud kepadanya, mengajarkan kepadanya seluruh nama-nama, serta memaparkan keutamaannya atas malaikat dengan ilmu pengetahuannya. Namun Adam yang selamat dalam ujian ilmu pengetahuan, tidak selamat dalam “term pertama” ujian iradah (mengekang hawa nafsu). Allah SWT mengujinya dengan beban pertama yang ditanggungkan kepadanya. Iaitu melarang untuk memakan suatu pohon. Hanya satu pokok yang dilarang untuk dimakannya, sementara memberikan kebebasan baginya untuk memakan seluruh pohon Syurga sesuka hatinya, bersama isterinya.
Di sini tampak ia tidak dapat menahan keinginan peribadinya, serta melupakan larangan Rabbnya dengan dipengaruhi bujuk rayu syaitan dan tipu dayanya, sehingga dia pun memakannya dan dia pun terjatuh dalam kemaksiatan. Namun segera dia mencuci dan membersihkan dirinya dari bekas-bekas dosa itu, dengan taubat dan istighfar.”Dan derhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (QS. Thaaha: 121-122)
Al-Quran menceritakan kepada kita tentang taubat Nabi Musa yang dipilih Allah untuk membawa risalah-Nya dan menerima kalam-Nya. Serta Allah SWT menurunkan taurat kepadanya, menjadikannya sebagai salah satu ulul ‘azmi dari sekian Rasul, serta membekalkannya dengan sembilan ayat-ayat penjelas. Namun ia telah melakukan dosa sebelum mendapatkan risalah. Iaitu kerana menuruti permintaan seseorang dari kaumnya yang sedang bertengkar dengan kaum Fir’aun untuk membantunya, maka kemudian Musa memukulnya dan orang itupun tewas seketika.”Nabi Musa berkata: Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan adalah musuh yang menyesatkan, lagi nyata (permusuhannya). Musa berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, kerana itu ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. “(QS. al-Qasas: 15-16)
Beliau juga telah melakukan kesalahan setelah menerima risalah, ketika beliau berkata:”Nabi Musa berkata: Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu tidak sekali-kali tidak sanggup melihatKu, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sedia kala) nescaya engkau akan dapat melihatKu. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur lebur, dan Musapun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman. ” (QS. al-A’raaf: 143)
Di sini, Allah SWT berfirman:”Wahai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahku dan untuk berbicara langsung denganKu. Sebab itu berpegan teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. al-A’raaf: 144)
Ketika Musa kembali kepada kaumnya setelah beliau melakukan munajat kepada Tuhannya selama empat puluh malam, dan mendapati kaumnya telah menyembah anak lembu yang dibuat oleh Samiri, dan menjadikan anak lembu itu sebagai tuhan yang disembah, maka amarah beliaupun akan meletup. Dan bersabda: “alangkah buruknya perlakuan kamu sepeninggalku”. Kemudian beliau melemparkan lembaran-lembaran yang terdapat di dalamnya Taurat kalam Allah. Beliau melemparkan lembaran itu ke tanah, padahal di dalamnya terdapat firman-firman Allah. Kemudian menarik kepala saudaranya, Harun, kepadanya, padahal ia juga adalah Rasul sepertinya jua. Dan saudaranya itu berkata kepadanya: “Wahai saudara seibuku, mengapa engkau tarik janggut dan kepalaku, kerana kaum kita itu menganggap aku lemah, dan mereka hampir membunuhku, maka janganlah engkau jadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah jadikan aku dari kumpulan orang yang zalim .Di sini Musa menyedari kemarahannya itu, walaupun marahnya itu kerana Allah SWT.”Musa berdoa: Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan sauadaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (QS. al-A’raaf: 151)
Al -Quran juga menceritakan tentang taubat Nabi Yunus as Ketika beliau berdakwah kepada kaumnya untuk menyembah Allah SWT namun mereka tidak menuruti dakwahnya itu. Maka Nabi Yunus tidak merasa sabar menghadapi itu, dan marah terhadap kaumnya, kemudian beliaupun pergi meninggalkan mereka. Kemudian Allah SWT ingin menguji beliau dengan cubaan yang boleh membersihkannya, dan menampakkan sifat aslinya yang bagus. Serta sejauh mana keyakinanya terhadap Rabbnya dan kejujurannya dengan Rabbnya. Beliau kemudian menaiki sebuah kapal laut, di tengah laut kapal itu dihantam angin besar, dan dipermainkan oleh ombak, dan mereka merasa bahawa mereka sedang berada dalam bahaya yang besar. Para anak buah kapal berkata; kita harus mengurangkan beban kapal sehingga kapal ini tidak tenggelam. Dan akhirnya mereka harus memilih untuk menceburkan sebahagian orang yang berada di atas kapal itu agar para penumpang yang lain selamat dari ancaman tenggelam itu. Hal itu dilakukan dengan sistem undian. Kemudian undian itu jatuh kepada Yunus, dan beliaupun harus mengikuti nasibnya itu. Maka beliaupun dilemparkan ke laut, dan kemudian ditelan oleh seekor ikan paus, sambil mendapatkan kecaman kerana ia marah terhadap kaumnya serta meninggalkan mereka, kerana putus harapan atas mereka. Tanpa berupaya untuk terus mengulangi usahanya itu. Di dalam perut ikan paus itu, keyakinan Yunus kembali menguat, dan beliau berdoa dalam kegelapan yang menyelimutinya itu: kegelapan laut, kegelapan malam, dan kegelapan perut ikan paus, dengan kalimat-kalimat yang dirakam oleh al-Quran ketika bercerita dengan ringkas tentang Yunus ini:”Dan (ingatlah) kisah Dzun Nun (Yunus) ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahawa Kami tidak akan mengenakannya atau menyulitkannya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: Bahawa tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) selain Engkau . Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. ” (QS. al-Anbiyaa: 87-88)
Tiga kalimat pendek yang dipergunakan oleh Yunus as, namun ketiganya mempunyai pengertian yang besar:Pertama: menunjukkan atas tauhid – tauhid uluhiyah -, yang dengnnya Allah SWT mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab, dan dengannya pula berdiri syurga dan neraka: “La Ilaha Illa Anta” “tidak ada tuhan (yang berhak di sembah) selain Engkau “.Kedua: menunjukkan pembersihan Allah SWT dari seluruh kekurangan. Ini adalah makna tasbih yang dilakukan langit dan bumi dan seluruh makhluk. Kerana segala sesuatu bertasbih dengan memuji-Nya. “Subhaanaka” “Maha Suci Engkau”.Ketiga: Menunjukkan pengakuan atas dosa yang dilakukan. Tidak menjalankan hak Rabbnya dengan sempurna serta menzalimi diri sendiri kerana sikapnya itu. “Inni kuntu Minazh zhaalimiin” “sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim” ini adalah tanda sebuah taubat.Tidak hairan jika kata-kata yang pendek namun jujur dan ikhlas itu akan mendapatkan jawapannya di dunia ini, sebelum di akhirat:”Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. al Anbiya: 88)Dan kata-kata yang mengandungi tiga hal ini: peng-esaan, pembersihan dan pengiktirafan, menjadi contoh bagi pujian dan do’a ketika terjadi kesulitan. Hingga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia mensahihkannya diriwayatkan:”Do’a saudaraku Dzun Nun (Nabi Yunus) yang jika dibaca oleh orang yang sedang tertimpa bencana nisaya Allah SWT akan menghilangkan bencana dan kesulitannya itu:” Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang melakukan kezaliman ” .
Al-Quran juga menuturkan kepada kita tentang cerita taubat nabi Daud as seperti diceritakan dalam surah Saad. Iaitu ketika dua orang yang sedang berselisih datang kepada beliau, dan memasuki mihrab beliau, sehingga beliau terkejut melihat kedua-dua orang itu.
Keduanya kemudian berkata:”Janganlah kamu merasa takut (kami) adalah dua orang yang berselisihan, salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain, maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukkilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini, mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor sahaja. Maka dia berkata: Serahkanlah yang seekor itu kepadaku, dan ia mengalahkan aku dalam perdebatan. Daud berkata: Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambah kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh; dan amat sedikit mereka ini. Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik. ” (QS. Saad: 22-25)
Kita lihat, apa kesalahan Nabi Daud dalam kisah ini, yang dia sangka sebagai fitnah, dan cubaan bagi beliau, kemudian beliau beristighfar kepada Rabbnya, serta tunduk sujud dan memohon keampunan.Yang tampak dalam kisah itu adalah: Nabi Daud as bertindak dengan tergesa-gesa serta tidak meneliti dahulu secara mendalam, sehingga beliau terpengaruh oleh dorongan emosi ketika mendengar perkataan salah seorang yang sedang berselisih itu. Dan secara tergesa-gesa memutuskan hukum dengan merugikan pihak lain, tanpa terlebih dahulu mendengar alasan-alasannya, dan memberikan kesempatan kepadanya untuk membela dirinya sendiri. Seorang hakim yang adil hendaknya tidak terpedaya oleh ucapan satu pihak yang sedang berselisih atau penampilannya. Hingga ia telah meneliti dan menyelidikinya dengan teliti, dan mendengar dari seluruh pihak yang berselisih dan adanya dalil yang menyokong ucapan masing-masing. Oleh kerana itu ada yang mengatakan: Jika salah seorang yang sedang berselisih datang kepadamu dan sambil memperlihatkan satu matanya yang luka, maka tunggullah hingga engkau juga melihat lawan perkaranya, kerana barangkali justru lawannya itu kedua matanya luka!Oleh kerana itu, datang perintah Tuhan agar Daud tidak cepat terpengaruh oleh emosinya dalam menetapkan suatu undang-undang.
Dalam firman Allah SWT:”Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia denga adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Saad: 26)
Adakah kedua-dua orang yang sedang berselisih itu adalah memang manusia, atau dua malaikat yang menyamar sebagai manusia, datang untuk menguji Nabi Daud, kemudian keduanya lenyap tanpa bekas?Apapun kemungkinannya, namun pengertian dan tujuannya adalah sama. Namun itu tidak boleh dijadikan sebagai suatu bentuk metafor, dan sebagai sindiran bagi Daud sendiri, kerana ia menginginkan isteri tetangganya sendiri, seperti digambarkan oleh kisah-kisah Israiliat yang memaparkan dengan buruk perjalanan para Rasul dan Nabi-nabi. Hingga dalam kisah Israiliat itu para Nabi telah jatuh dalam tindakan-tindakan yang orang biasa saja tidak mahu melakukannya, maka bagaimana mungkin berlaku bagi seseorang yang Allah SWT mudahkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya pada petang dan pagi hari. Tentangnya Allah SWT berfirman:”Dan ingatlah akan hamba Kami Nabi Daud, yang mempunyai kekuatan, sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan)”.”Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik”.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan taubat banyak terdapat dalam al-Quran, dan dalam halaman selanjutnya ayat-ayat itu akan kami ungkapkan. Insya Allah.(sebelum, sesudah)Judul Asli: at Taubat Ila AllahPengarang: Dr. Yusuf al Qardhawi
Penterjemah: Abdul Hayyie al KattaniPenerbit: Maktabah Wahbah, KaherahCetakan: I/1998
SETULUS HATI SEIKHLAS JIWA
By: Hati Balqis
Langganan:
Postingan (Atom)