Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad Rasulullah

Senin, 15 Maret 2010

SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW(2)

B. Nabi Muhammad sebagai seorang Rasul

Priode Mekkah berlangsung sejak diangkat Muhammad saw menjadi nabi dan rasul yang ditandai dengan turunnya wahyu pertama yaitul Alaq ayat 1-5 kepada beliau hingga menjelang hijrah Nabi Muhammad saw ke Madinah. Masa itu berlangsung selama +13 tahun yakni dari tahun 610 – 622M. Masa ini sangat berat dirasakan karena Rasulullah banyak mendapatkan rintangan, khususnya dari lingkungan masyarakat atau kaumnya. Setelah Nabi Muhammad saw, menerima wahyu kedua yaitu Surah Al Muddatstsir yang berbunyi:

Artinya: ” Hai orang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa( menyembah berhala) tingglkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan untuk ( memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (Al Muddatstsir ayat 1-7)

1. Da’wah secara sembunyi-sembunyi.

Ayat diatas menunjukkan bahwa setiap rasul itu memang selalu rajin, ulet dan tidak cepat putus asa. Setelah surah ini turun, mulailah Rasulullah saw, berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Beliau terutama berdakwah kepada orang-orang yang terdekat dengan beliau, dan teman sejawat agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya. Tempat yang dipilih oleh beliau untuk berdakwah adalah rumah Al Arqam bin Abil Arqam Al Makhzumy. Para sahabat Nabi yang pertama masuk Islam adalah sebagai berikut :

a. Abu Bakar,
b. Siti Khadijah
c. Ali bin Abi Thalib
d. Zaid bin Haristah

Selain dari yang tersebut diatas, maka dengan bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq dari hari ke hari bertambahlah orang-orang yang masuk yang beriman kepada seruan beliau, baik dari pihak lelaki maupun perempuan. Orang yang beriman itu terbagi tiga golongan hartawan, golongan bangsawan dan golongan hamba sahaya dan orang-orang desa. Mereka berdakwah secara sembunyi-sembunyi lebih kurang selama 3 tahun memeluk dan mengikuti seruan nabi Muhammad saw. Apabila mereka hendak mengerjakan ibadah kepada Allah, mereka harus pergi ke satu tempat yang jauh dari kota Mekkah seperti di celah-celah bukit, agar tidak diketahui oleh orang kafir. Mereka menyadari apabila dilihat oleh orang-orang kafir, mereka akan mendapat rintangan dan bahaya.

2. Da’wah secara terang-terangan.

Setelah Islam semakin kuat pengikutnya semakin banyak, maka tak ada lagi alasan untuk secara sembunyi Allah turunkan surat Al Hijr ayat 94 berbunyi:
Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik
Sejak turunnya ayat ini, da’wah dilaksanakan nabi secara terang-terangan di depan masyarakat umum. Cara beliau melarang sesuatu tidak sekaligus, tetapi sedikit demi sedikit. Pada awal da’wah terang-terangan, Abu Lahab membuat gaduh suasana sehingga pada saat itu juga turun surat Al Lahab ayat 1-5 yang berbunyi:
Artinya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa, Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan, Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak, Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu baker, Yang di lehernya ada tali dari sabut. ( Al Lahab : 1-5).
Pada waktu berikutnya Abu Lahab, selalu membuat kegaduhan, yaitu menghasut orang Quresy supaya memusuhi Nabi Muhammad saw. Mereka mendatangi Abu Thalib, meminta agar melarang Nabi berda’wah. Permintaan itu dilaksanakan oleh Abu Thalib, lalu Nabi menjawab, ” ya pamanku, andaikata diletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan ditangan kiriku, aku tidak akan berhenti berda’wah.” Mulai waktu itu, Abu Thalib tidak berani lagi melarang Nabi untuk berda’wah.
Setelah usaha mereka gagal, orang Quresy membawa seorang pemuda tampan kepada Abu Thalib, yang bernama Ammarah bin Al Walid bin Mughirah, mereka seraya berkata, ” Wahai Abu Thalib, ambillah ia menjadi anak saudara dan serahkan kepada kami Muhammad ungtuk kami bunuh sebab ia telah menentang kami dan memecah belah persatuan kami,” Usul kaum Quresy tersebut dijawab oleh Abu Thalib, ” Jahat benar pikiran kamu, demi Tuhan, sekali-kali tidak bisa.”

Akhirnya tokoh-tokoh Quresy bermufakat untuk memilih seorang yang fasih dan lancar bicara untuk membujuk Rasulullah. Utbah bin Rabi’ah pembicara ulung menghadap Nabi dan mengatakan, ” Ya Muhammad apa sebenarnya maksudmu menyiarkan agama baru ini, jika engkau bermaksud mencari pengaruh, berhentilah, kami akan mengangkatmu menjadi raja, kami tidak akan memutuskan suatu perkara tanpa seizin engkau. Apabila engkau ingin kekayaan, kami kumpulkan harta kekakyaan untukmu. Apabila engkau ingin wanita cantik, kami akan carikan untukmu atau barangkali engkau sakit, biarlah kami yang mengobati dengan kami sendiri, asalkan engkau berhenti da’wah.” Setelah Utbah bin Rabi’ah selesai bicara lalu ia diam dan penuh harap supaya Nabi menerima tawaran itu. Setelah itu, Nabi membacakan beberapa ayat Al Qur’an. Hati dan jiwa Utbah spontan menjadi lemah karena ayat Al Qur’an yang gaya bahasanya sangat indah.Ia tidak berkata apa-apa, lalu pulang dengan perasaan hampa dan kecewa, pada saat lain Utbah datang lagi untuk membujuk Nabi agar mau bergantian dalam peribatan, sekali menyembah Allah, sekali menyembah berhala, maka turunlah surat Al Kafirun ayat 1-6 yang berbunyi:

Artinya: Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku ( Al Kafirun : 1-6).


3. Hijrah ke Negeri Habsyi.

Pengertian hijrah ialah berpindah dari suatu tempat yang lain. Nabi Muhammad saw, tidak tega melihat penderitaan kaum muslim yang dianiaya oleh kaum Quresy. Beliau ingin menolong tetapi kekuatan beliau saat itu masih lemah dan jumlah umat Islam masih sedikit. Oleh karena itu, beliau menyuruh para sahabatnya dan kaum muslim untuk hijrah ke negeri Habsyi, sebagai mana sabda beliau yang artinya: “ Jikalau kamu keluar berpindah ke negeri Habsyi, adalah lebih baik, karena disana ada seorang raja yang di wilayahnya tidak ada seorang pun yang dianiaya sehingga Allah menjadikan suatu masa kegirangan dan keluasan kepada kamu dari pada keadaan sekarang yang seperti ini.”

Lalu mereka pun hijrah ke negeri Habsyi, sedangkan nabi dan sahabat lainnya masih banyak yang tinggal di Mekkah. Peristiwa hijrah ini disebut hijratul ula (pindah yang pertama). Selanjutnya karena adanya pemboikotan atas kaum muslimin di Mekkah oleh kafir Quresy, maka nabipun menyuruh kaum muslimin untuk hijrah yang kedua kalinya ke negeri Habsyi. Mereka pun mengikuti perintah nabi, dan yang hijrah saat itu berjumlah 101 orang yaitu 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Hijrah itu diikuti oleh kaum muslim di Yaman yang dipimpin oleh Abu Musa Al Asyari dan jumlah mereka adalah 50 orang. Karena kekejaman kaum

C. Nabi Muhammad saw sebagai Uswatun Hasanah

Uswatun Hasanah berarti teladan yang baik. Siapakah yang akan kita contoh dalam hidup ini? Sepatutnya, yang wajib kita contoh adalah tingkah laku Rasulullah sebab ucapan dan segala perbuatan Rasulullah dijamin benar dan baik sebagaimana firman Allah swt berikut ini:(lihat google al-Qur’an online)

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”( Al Ahzab : 21 )

Barang siapa yang menginginkan hidup bahagia di dunia dan akhirat, seharusnya ia mengikuti jejak serta mencontoh perbuatan Nabi. Berikut ini adalah beberapa sifat terpuji Rasulullah saw.

1. Ketabahan dan keteguhan pendirian Nabi Muhammad saw.
Sejak lahir hidup Nabi Muhammad saw penuh dengan rantai kesedian. Namun beliau tidak pernah mengeluh, mengadu dan putus asa. Dengan langkah yang tegap dan penuh perhitungan beliau tidak pernah mundur menghadapi cobaan hidup.
Dalam menyampaikan risalah, beliau selalu mendapat penghinaan, siksaan dan ancanana. Setiap peperangan melawan orang musyrik, bala tentara Islam jumlahnya jauh lebih sedikit, sedangkan peralatan perangnya lebih sederhana. Namun Rasulullah tidak pernah turun semangatnya, walaupun cobaan-cobaan berat dalam mengemban tugas menyampaikan risalah terus berdatangan.

2. Pemaafnya Nabi Muhammad saw.

Pada tahun 621 M, Nabi Muhammad saw, berda’wah ke Thaif. Akan tetapi beliau disambut dengan siksaan dan lemparan batu. Lalu Malaekat Jibril datang menawarkan jasa untuk membalaskan tingkah laku orang Thaif. Nabi menolak sambil berdo’a : ” Berikanlah petunjuk-mu pada kaumku, ampunilah mereka karena mereka belum tahu.”
Pada tahun 622 M, Orang-orang musyrik mengumumkan akan memberi hadiah bagi siapa saja yang dapat menangkap Muhammad saw dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Lalu ada orang yang sanggup untuk membunuh Nabi, yaitu Suraqah, tetapi kuda yang ditungggangi jatuh waktu mau menangkap Nabi. Niat untuk membunuh Nabi batal dan ia meminta maaf, Nabi pun memberi maaf.

3. Beliau adalah pemimpin yang memikirkan umatnya.

Ia perintahkan umatnya hijrah supaya tidak dianiaya orang kafir Mekkah, sementara beliau tetap berada di Mekkah.

4. Beliau adalah orang yang terkenal kejujurannya sehingga diberi gelar Al Amin.

Nabi Muhammad SAW Membangun Masyarakat Melalui Kegiatan Ekonomi dan Perdagangan
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah SWT. Sejak lahir telah tampak pada diri beliau keistimewaan dan keajaiban, diantaranya adalah beliau lahir dalam kondisi telah berkhitan dan tali pusarnya telah diputus, sehingga kelahiran Nabi Muhammad SAW sangat menggemparkan dunia.

Di balik keajaiabn itu terdapat banyak ujian dan cobaan yang harus beliau jalani, diantaranya beliau lahir sudah dalam kondisi yatim, dan usia 6 tahun beliau telah menjadi yatim piatu, sehingga beliau benar – benar dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Setelah kake beliau meninggal dunia, beliau tinggal dengan paman beliau, Abu Thalib yang miskin. Dalam usia yang masih tergolong anak – anak, beliau harus sudah bekerja keras untuk bertahan hidup, beliau mengembala kambing milik penduduk mekah.
Di balik pengembalaannya, Allah SWT benar – benar ingin menguji seseorang yang kelak akan diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Saat mengembala, beliau merenung dan berfikir, yang menyebabkab beliau jauh dari pemikiran duniawi dan terhindar dari noda yang merusak namanya. Sejak muda, beliau sudah terkenal sebagai orang yang terpercaya. Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajak beliau untuk berdagang ke Negeri Syam (Syiria). Sekalipun hanya ikut membantu pamannya, Nabi Muhammad SAW sangat bersemangat dan tekun. Ia belajar bagaimana cara berdagang dan melayani para pembeli dengan baik. Sikapnya yang sangat sopan dan ramah membuat masyarakat di sekitar negeri Syam tertarik.

Ketika Nabi Muhammad SAW menginjak dewasa, yaitu 25 tahun, beliau kembali berdagang ke Negeri Syam. Namun dalam perjalanan kali ini, beliau tidak lagi ditemani oleh pamannya. Kali ini, beliau dipercaya untuk menjual barang dagangan milik Khadijah, seorang janda kaya raya yang amat disegani oleh masyarakat Arab ketika itu. Alasan Khadijah menyerahkan barang dagangan kepada beliau yaitu karena Khadijah telah mendengar kebaikan, kejujuran, dan keuletan Nabi dalam berdagang.
Dalam perjalanan ke negeri Syam, Nabi Muhammad SAW ditemani oleh seorang pembantu yang bernama Maisyaroh. Maisyaroh adalah seorang kepercayaan Khadijah yang sangat berpengalaman dalam berdagang. Atas bantuan Maisyroh, Nabi Muhammad SAW tidak mengalami kesusahan untuk berdagang di Negeri Syam.
Dalam perdagangan bersama maisyaroh, Nabi Muhammad SAW mendapatkan keuntungan yang besar. Hal ini ia dapatkan karena selama berdagang ia sangat tekun, jujur, ramah, dan murah senyum kepada para pembeli yang dating.

Nabi Muhammad SAW tidak pernah membohongi pembeli. Jika ada barang yang cacat, maka beliau menunjukkan kecacatannya. Jika barang tersebut berharga murah, maka beliau tidak akan menjual dengan harga yang mahal. Jika barang itu banyak, maka beliau tidak pernah menimbun barang tersebut agar mendapat keuntungan yang lebih besar. Beliau memberitahukan harga jual yang telah ditentukan oleh majikannya. Beliau akan mengatakannya dengan jujur, sehingga pembeli tertarik untuk membeli barang dagangannya.

Karena kejujuran dan kepandaian beliau dalam berbisnis, beliau mendapatkan laba yang sangat besar dan Khadijah tertarik untuk melamarnya. Kemudian Nabi Muhammad SAW yang berusia 25 tahun menikah dengan Khadijah yang berusia 40 tahun. Dari pernikahan ini beliau dianugerahi 6 orang anak.
Demikian kisah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan. Sebagai umatnya, kita harus meneladani beliau. Dikala muda, beliau sudah mencari nafkah untuk hidupnya sendiri, beliau mengembala kambing dan berdagang untuk memenuhi kebutuhannya. Keuletan, kejujuran, dan keramah – tamahan beliau sudah seharusnya kita teladani dalam kehidupan sehari – hari.

Tidak ada komentar: